Bab 11 Tawa Elegan
Bab 11 Tawa Elegan
"Hmm ... Bastian, sebaiknya kamu jangan memandangi sahabatku seperti itu!" sambar Ayumi sembari memberikan kerlingan luar biasa yang bisa membuat siapa saja merasa tertekan karenanya.
Seketika Margo menunduk untuk menghindari kontak mata, akibat tatapan misterius yang diberikan oleh Bastian. Dia menahan ujung bajunya yang berukuran setengah paha itu agar tidak beringsut naik ke atas, dan sebagai informasi, kain hitam berjahit tersebut begitu melekat sempurna pada tubuh langsingnya nan mulus.
"Apa kamu selalu berpikir buruk tentang klienmu, Ayumi?" tanya Bastian heran dengan alis sedikit terangkat. Lelaki berhidung mancung itu tersenyum samar, meski saat berbicara rahang kukuhnya bergerak tak kentara hingga menimbulkan kesan dingin sosok CEO yang sangat berwibawa dengan setelan jas hitam nan lengkap.
Ayumi tersenyum salah tingkah, "Maaf aku hanya berusaha bersikap santai dan mengakrabkan diri dengan suasana ini, Bastian."
Suasana menjadi hening. Ayumi menggerutu dalam hati melihat sikap dingin yang Bastian tampilkan. Setelah beberapa menit berlalu dengan tanpa ada suara di antara mereka bertiga, Ayumi pun berinisiatif untuk memanfaatkan situasi tersebut sebagai sebuah peluang emas, yakni selain membahas bisnis.
"Kasihan Margo, dia pernah trauma pada mantannya, hingga sulit mendapatkan lelaki karena traumanya itu," desah Ayumi yang lalu menyesap wine milik Bastian tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Maksudmu adalah perempuan yang sedari tadi hanya diam saja, dan kini tengah berada di hadapanku ini, Ayumi?" tanya Bastian penuh minat.
Ayumi mengangguk, wajahnya menoleh pada Bastian dengan sebuah kedipan manja.
"Tidak juga, maksudku adalah bukan sepenuhnya yang dikatakan oleh Ayumi itu benar," Margo mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis tanpa terlihat gugup.
'Semua sudah sesuai harapanku dan apa yang kurencanakan harus berjalan lancar!' tekad Ayumi dalam hati.
"Hekhmm," Ayumi berdehem, "sebenarnya Margo ingin bertanya begini, Bastian. Apa kamu tahu di mana mendapatkan lelaki baik yang akan memperlakukannya dengan baik, dan membuatnya kecanduan seks? Margo ingin menemukan lelaki seperti itu dan akan menjadikannya sebagai suaminya," jelas Ayumi dengan nada seorang pembawa acara gosip yang sangat ceria.
Margo melotot pada Ayumi, perempuan bersurai pirang itu bahkan mencubit paha putih mulus sahabatnya, tetapi Ayumi hanya menarik tangan Margo dan mengeratkan bibir sembari mengangguk, seolah-olah adalah kode untuk, 'tenanglah ... semua akan baik-baik saja.'
Bastian menyeringai samar, mata gelapnya memindai sosok Margo dari ujung rambut hingga paha mulus istri Garda itu, sementara bagian kaki ke bawah agak terhalang oleh meja kaca berwarna hitam.
"Bagaimana jika lelaki baik itu adalah aku?" kata Bastian percaya diri dengan mengusap-ngusap dagunya menggunakan ibu jari tangan kanan, pandangannya tersorot penuh pada sosok Margo.
"Wah, kamu dengar itu Margo? Aku sudah tahu kalau Bastian akan menyukaimu, dan dia itu expert perihal making love, seharusnya kamu tidak akan menyesal. Ayolah, bilang saja kamu mau!" bujuk Ayumi mengerling genit pada Margo dan merapikan rambut Margo pada belakang telinganya.
Tanpa sadar, Margo merasa wajahnya memanas. Dia lalu mengangkat wajahnya dan tertawa kecil.
'Tawa elegan khas wanita berkelas!' seru Bastian dalam hati.
"Bukankah aku cukup ideal untuk menjadi suamimu, Margo?" tanya Bastian dengan sorot mata berhenti pada wajah Margo, memanah sempurna pada mata hezel milik Margo.
"Bercandamu keterlaluan, Bastian. Aku yakin di luar sana banyak sekali wanita yang tergila-gila padamu, yang rela menjadi kekasih atau bahkan istrimu!" kata Margo dengan nada mencibir.
Bastian menyeringai samar, "Aku serius dengan apa yang kukatakan, Nona. Kita bisa membicarakan hal ini lebih lanjut nanti. Sekarang aku ingin menyelesaikan urusan bisnis dengan Ayumi dulu," jelas Bastian.
Hati Ayumi bersorak senang, mendapati apa yang direncanakannya sudah menunjukkan setengah jalan dan hampir sempurna. Sementara Margo terkekeh samar, dia bahkan belum berkata kalau dirinya sudah menjadi istri seorang Garda.
Margo tersenyum mengangguk sesaat sebelum Ayumi dan Bastian mulai saling mendekat untuk membicarakan bisnis mereka.
"Bagaimana, Ayumi. Apa kamu akan memakai packaging dari pabrikku?" tanya Bastian pada Ayumi yang sudah melihat lembaran berisi tulisan dan gambar sample mengenai tawaran dari Bastian.
"Iya, Bastian. Aku mau! Sepertinya terlihat begitu mewah dan menarik!" sahut Ayumi senang dengan mata yang berbinar.
"Baiklah, pembicaraan soal bisnis, kita sudahi sampai di sini. Okay?" tawar Bastian menyeringai samar.
Ayumi menarik wajahnya, matanya membulat, menyadari sesuatu yang sangat mungkin memengaruhi pikiran Bastian.
"Hmm, aku ingin berkenalan dengan Margo. Bisakah kita berdansa, Margo?" tanya Bastian yang tanpa diperkirakan siapa pun sudah berada di depan Margo dan tengah mengulurkan tangan kanannya.
Margo tersenyum canggung, dia bisa menghidu aroma parfum yang digunakan oleh Bastian dari jarak sedekat itu. Istri Garda itu lalu melirik Ayumi, sahabatnya tersebut malah tersenyum lebar dengan mata yang dikedip-kedipkan.
"Hmmm, aku tidak bisa berdansa. Maaf, Bastian!" tolak Margo dengan senyum tipisnya.
Bastian mengangkat kedua alisnya, dia bisa merasakan hasratnya yang menyentak di bawah sana, 'gadis yang menarik!' gumamnya. Kini lelaki berahang kokoh itu berpura-pura kesal dengan menarik napas panjang.
"Margo, di sini itu tidak harus dansa klasik, kamu tahu itu, kan? Joget bebas ajah!" usul Ayumi dengan mengerutkan wajah dan berekspresi yang menggemaskan. Dengan sangat lincah, Ayumi pun mulai beranjak dari duduknya dan menggoda seorang lelaki yang tengah duduk diam di sofa yang lain.
Margo menggeleng melihat tingkah Ayumi, dia sampai tak habis pikir akan kelakuan sahabat lamanya itu, keheranan yang hakiki. Sementara Bastian memandang Margo dengan cermat. Dan seketika seluruh darahya kembali bergolak. Dari jarak sedekat ini Bastian bisa melihat wajah rupawan Margo yang makin menawan dengan lesung pipit di pipinya yang mengembang sempurna saat tersenyum, juga mata cokelat keemasan nan indah dalam bingkai bulu mata lentik tebal.
Hidung mancung dan bibir tipis nan seksi yang dipoles dengan lipstik warna nude kemerahan yang menggoda, tampak begitu sempurna dan membangkitkan hasrat kelelakian Bastian. Pandangan Bastian beralih pada rambut coklat keemasan yang diikalkan pada ujung-ujungnya.
"Aku bisa mengajarimu berdansa dan berjoget sekaligus, Nona Margo!" seru Bastian dengan nada sedikit angkuh nan ramah.
'Ekhem' Margo berdehem, lalu membasahi bibirnya. Dia merasa sangat takut dengan apa yang akan dipilihnya. Di satu sisi, dia teringat Garda dan pernikahannya, di satu sisi dia terpukau dengan Bastian, dan di sisi yang lain dia ingin sesekali merasakan apa yang namanya selingkuh.
Margo mendesah kesal karena bingung apa yang harus dia putuskan sekarang, sementara di hadapannya seorang lelaki yang gagah menunggu jawabannya. Bastian yang melihat bibir Margo yang berkerut menjadi merasa sangat gemas dan ingin sekali menyapu bibir itu dengan bibirnya. Hingga menghapus ekspresi kesal Margo, untuk menggantinya dengan desahan kenikmatan.
"Kalau begitu, bisakah kamu mengajariku untuk berdansa, Bastian?" kata Margo dengan menatap Bastian penuh harap.
Bastian tersenyum tipis, "Tenang saja, aku akan mengajarimu, Nona Margo yang cantik!" pujinya terhadap Margo yang memang terlihat sangatlah menawan, tubuh langsingnya dibingkai gaun hitam seksi, hingga menimbulkan kesan mewah nan elegan.
Tepat saat musik berdentum keras, dengan nuansa yang kian ingar-bingar, keduanya saling menatap dan seakan menuntut sesuatu. Akhirnya, Bastian menarik tangan langsing di depannya, mengajak Margo untuk setengah berlari dan menembus kerumunan orang yang sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya, menuju bagian depan panggung musik.
Awalnya Margo terkejut, namun kemudian turut mengikuti langkah Bastian dengan cepat.
Saat mereka sampai di area depan panggung musik, tubuh keduanya saling berhadapan. Pergerakan tubuh yang naik turun begitu kentara akibat degup jantung yang berusaha menormalkan dirinya kembali.
"Kamu cantik," kata Bastian menatap wajah di depannya yang terlihat berserakan terkena sinar lampu warna-warni yang terus berputar di atas sana. Seketika Margo tersipu, wajahnya memanas, menahan sesuatu debar aneh. Istri Garda itu bahkan seakan mengabaikan kelebatan bayangan suaminya yang semalam memasuki inti tubuhnya.
"Kamu juga tampan," balas Margo. Sementara Bastian hanya tersenyum datar.
