Pria Yang Penuh Dendam
"Ada satu hal yang sedari dulu ingin aku katakan pada mu Stella, sebenarnya aku adalah pemilik Corp Angkasa, dua tahun ini aku memang ditugasi oleh ayah ku untuk memimpin anak perusahan kami yang bermitra dengan perusahaan ayah mu. Tapi itu dulu.Dua minggu yang lalu aku dipanggil oleh ayah ku untuk di serahi tugas menjalankan Corp Angkasa. Aku lah Ceo perusahan itu sekarang." Jelas Abian.
"Kau tidak bercanda kan Abian?" ucap Stella yang saking terkejut nya ia sampai mundur beberapa langkah ke belakang.
"Hei! Kau kenapa sayang? Apakah kau tidak suka kalau aku ternyata bukan lah Ceo dari perusahaan kecil?" Abian meraih tangan Stella. Dan seketika itu juga Stella menjatuhkan diri nya dirinya ke lantai dan langsung menangis
"Mengapa kau baru mengatakan nya sekarang Abian?!" Rapat Stella, terduduk di atas karpet yang super tebal itu.
"Mengapa kau baru mengatakan nya sekarang?" Dia terus meratap pilu sambil memeluk kaki Abian.
"hheei..hei, ayo bangun cinta ku! Kau jangan seperti ini." Abian menarik tubuh Stella yang terasa sangat lemah ke dalam pelukan.
"Katakan pada ku, apa yang sebenarnya terjadi Stella!" Abian kembali panik, dia membawa Stella ke tepian tempat tidur dan mendudukan kekasih hati nya itu disana. Lalu Abian berjongkok di depan Stella untuk menyamakan tinggi mereka.
"Katakan, apa yang telah terjadi? Mengapa kau bisa ada di hotel ini, berpakaian seperti ini dan menangis?" sederatan pertanyaan keluar dari mulut Abian.
"HIks..hiks... perusahaan ayah ku bangkrit dua minggu yang lalu Abian. Lalu untuk menolong perusahaan ayah ku, aku terpaksa menikah dengan bandot tua kaya raya kenalan dari ayah nya Selena."ucap Stella yang dengan mata di penuhi oleh air mata menatap ke arah Abian. " Lalu pria itu menjual ku ke pria lain untuk mendapatkan uang! AKU TELAH MENIKAH ABIAN, DAN SUAMI YANG DURJANA ITU TELAH MENJADIKAN KU PELACUR DEMI MENDAPATKAN UANG." air mata bercucuran di pipi Stella saat ia mengatakan semua itu pada Abian
***
Dengan hati yang panas Abian kembali ke rumah. Amarahnya tidak dapat dia bendung. Namun saat ini bukanlah saat yang tepat untuk meluapkan semua itu. Dia harus mencari saat yang tepat dan rencana yang tepat untuk membalas Selena dan ayah Selena. Perbuatan mereka pada Stella harus mendapatkan balasan yang setimpal.
"Nah! Itu putra mu sudah pulang!" Teriak Marcella girang saat melihat putra tunggal nya dan Danu masuk ke dalam rumah.
"Kami senang mendapatkan pesan dari mu kalau kau sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengan wanita jalang bernama Stella itu, sayang." Ujar Marcella langsung to the point begitu Abian duduk di sampingnya.
"Sayang! Pilihan kata-kata mu sungguh tidak enak untuk di dengar!" Berang Danu pada Marcella.
Danu juga tidak suka pada Stella tapi mengatakan Stella sebagai wanita murahan di depan Abian juga bukanlah tindakan yang tepat. Bagaimana pun, Abian dan Stella baru saja putus. Pasti masih tersisa rasa cinta Abian untuk Stella di dalam hati Stella. Dan perkataan Marcella hanya akan membuat hati putra mereka semakin terluka.
"Tidak apa-apa ayah. Ibu benar. Dan kalau kalian tidak keberatan, bisa kita tidak membicarakan soal Stella? Aku sedang tidak ingin mendengar namanya." Celetuk Abian dengan wajah datar, seolah dia benar-benar tidak ingin mendengar nama Stella lagi dalam hidupnya. Tapi andaikan ayah dan ibunya tahu, ini semua tidak lebih dari rencana Abian untuk memulai balas dendamnya pada Selena dan ayah Selena. Pertama Abian harus membuat perjodohan antara dirinya dan Selena kembali terjadi. Dan setelah itu baru akan dia pikirkan cara untuk membalas dua orang itu.
"Anak mu saja tidak marah aku menyebut wanita itu wanita jalang. Kau jangan menghalangi ku, sayang." protes Marcella.
"Sudah..! Sudah! Aku pikir ada topik yang lebih baik untuk di bicarakan selain si Stella itu." sela Danu.
Mata Abian langsung melihat ke arah ayahnya. Entah mengapa feelingnya mengatakan kalau ini adalah hal yang dia tunggu-tunggu. PERJODOHAN. Ya! Ini pasti ada hubungannya dengan perjodohan yang pernah gagal itu. Pasti kedua orang tuanya ingin menjodohkan dirinya dan Selena sekali lagi.
"Kau masih berhubungan baik dengan Selena kan, Abian?" tanya Danu pada putranya.
"Tentu saja ayah. Aku dan Selena masih berhubungan baik." Jawab Abian, menyembunyikan rasa senang dalam hatinya.
"Bagaimana menurutmu tentang Selena? Hmm- maksud ku, bagaimana menurutmu jika kau dan Selena kembali kami jodohkan? Toh, saat ini kalian berdua sama-sama singel! Kau singel dan Selena pun masih singel." Ungkap Danu tanpa ingin menunda maksud hatinya. Dalam pikiran Danu, jangan sampai Abian berubah pikiran. Atau jangan sampai Abian memiliki kekasih yang lain.
"Aku tidak masalah dengan ide itu ayah. Hanya saja apa Selena bersedia? Aku tidak begitu yakin Selena bersedia ayah. Apalagi dahulu aku pernah menolak perjodohan kami. Mungkin saja dia sakit hati atau - entahlah. Mungkin sebaiknya ayah dan ibu tanyakan dahulu hal itu padanya dan ayahnya."
Abian merangkai kata-katanya sedemikian rupa agar tidak terlihat dia memang menginginkan hal yang sama.
"Kau tenang saja putraku. Aku sudah bicara dengan ayahnya Selena. Dan Selena sama sekali tidak keberatan akan hal itu. DIa malah mengkhawatirkan dirimu. Dia tidak ingin kau terpaksa menikahinya karena paksaan kami." jelas Danu pada Abian.
