Cepat buka pintu ini!!
"Kau akan aku laporkan ke ayah! Kau akan dipecat Rery!!" Ujar Danieta dengan wajah memerah karena marah.
"Silahkan saja nyonya Danieta." Jawab Rery sambil tersenyum.
"Ayo Gwen." Ajak Danieta pada Gwen, menabrak tubuh Rery sambil membuka gerbang kediamana Aiden dengan kedua tangannya.
Gwen pun mengikuti Danieta dari belakang. Gwen bahkan tidak menoleh sedikit pun pada Rery. Dalam pikiran Gwen, sebaiknya dia tidak perlu buru-buru melihatkan warna aslinya. Dia harus menganalisa setiap orang-orang yang berpengaruh dalam keluarga Gavin ini terlebih dahulu. Baru dia bisa memutuskan dia akan berdiri di kubu siapa.
Hidup selama ini cukup mengajarkannya dengan baik bahwa tidak selalu menjadi orang baik itu baik. Ada kalanya hidup itu harus memiliki taktik. Dan itu lah yang akan Gwen lakukan setelah masuk ke dalam keluarga Gavin. Dia akan menyusun taktik agar dia bisa hidup senang dengan hati tenang.
Terhindar dari drama sabun nya si peri munafik dan juga target kekesalan si mertua jahat.
"Ngomong-ngomong masalah ibu mertua? Kira-kira ibu mertua ku seperti apa ya?" Gwen tiba-tiba teringat dengan ibu mertuanya. Gwen tidak tahu kalau kedua orang tua Aiden sudah meninggal dunia. Adapun yang akan bertindak sebagai ibu mertua Gwen nantinya adalah Bridgette, bibi nya Aiden yang selama ini menjaga Aiden.
"Cepat antarkan nona Gwen ke kamar tuan Muda Aiden." Perintah Danieta begitu mereka sudah masuk ke dalam ruang tamu kediaman Aiden.
"Tuan Muda Aiden berpesan, tidak ada yang boleh masuk ke kamar nya nyonya Danieta. Karena tuan Muda Aiden sedang beristirahat. Jadi saya akan mengantarkan nona Gwen ke kamar tamu saja." Jawab Rery.
Mata Danieta kini meyipit karena tatapan penuh curiga nya ke Rery. Danieta selalu mendapatkan laporan dari mata-mata nya yang dia susupkan ke dalam kediaman Aiden bahwa Aiden kerap mengurung diri berhari-hari di dalam kamar sendirian.
Bahkan pernah suatu ketika, makanan yang diantar ke kamar Aiden tidak rusak sama sekali. Dan itu terjadi beberapa hari. Itu artinya selama beberapa hari itu, Aiden sama sekali tidak makan apapun.
Tentu saja hal ini menjadi sebuah tanda tanya besar dalam benak setiap orang di mansion ini. Kalau makanan ini tidak ada yang menyentuh nya, lantas bagaimana bisa ketika Aiden keluar dari kamarnya dia masih terlihat segar bugar. Sedikit pun tidak terlihat seperti orang yang busung lapar karena tidak makan berhari-hari.
"Ternyata laporan dari mata-mata ku benar adanya. Tingkah laku Aiden ini sangat mencurigakan." Danieta pun menjadi semakin curiga. "Aku akan memastikan nya sendiri saat ini juga! Jangan sampai aku tertipu oleh bocah lumpuh itu tepat di bawah hidung ku!"
Danieta pun berdiri dan tanpa pemberitahuan sebelumnya Danieta berjalan menuju ke kamar nya Aiden.
"Nyonya Danieta! Apa yang kau lakukan?" Seru Rery yang langsung mengejar Danieta.
"Wah! Apa lagi ini?" Gumam Gwen yang masih setiap duduk di sofa besar itu.
"Aku? Aku ingin bertemu dengan keponakan ku! Kau tidak berhak melarang ku! Aku ini adalah adik ayah nya! Itu artinya, aku ini adalah bibi nya!!!" Danieta langsung menolak Rery yang memblokade jalannya ke samping.
"Hei! Anda tidak boleh ke kamar nya tuan Muda Aiden! Dia baru saja beristirahat!" Cegah Rery yang kini langsung berdiri di depan pintu kamar Aiden sambil merentangkan tangannya.
Bagiamana pun cara nya, Rery harus bisa mencegah Danieta untuk sampai ke kamar Aiden. Jangan kan masuk ke dalam kamar itu, memegang handle pintu itu pun jangan sampai. Karena kalau sampai Danieta tahu kamar Aiden terkunci dia pasti akan menggedor-gedor kamar itu seperti orang gila. Suasana pun pasti akan heboh dan berujung dengan membuka paksa pintu kamar Aiden.
"Tidak!! Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Kalau sampai dia masuk paksa ke kamar tuan Muda dan tidak menemukan tuan Muda di dalam kamar itu bisa bahaya!! Tuan Muda kan baru saja di operasi! Dia pasti belum kembali!!" Seru Rery dalam hati.
"Cepat minggir kata ku Rery!!!!" Teriak Danieta dengan sangat kencang sampai-sampai menggema ke seluruh ruangan.
