Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

SEKRETARIS

"JALANG !" bentakan Chandra di barengi tamparan dan suara kursi kayu yang terdorong jatuh terdengar sampai ruang tengah,di mana Nila yang berwajah pucat dengan kepalanya yang berdenyut,karena panasnya matahari,baru saja sampai rumah.

Dia terkejut, dan saling pandang dengan Marni yang memegangi lengannya agar kuat berjalan.

Nila memang punya penyakit darah rendah yang parah. Sinar matahari yang terik akan langsung membuat kepalanya pening bak naik rollercoaster.

Pandangan matanya langsung gelap dan berkunang,saat dari luar yang terang, kemudian masuk ke dalam rumah yang redup.

"Nyonya,duduk dulu di sini,saya ambilkan minum sebentar." Marni menyarankan.

"Tidak." Nila memgeleng.Keningnya berpeluh,dan nafasnya mulai sesak. "Antarakan aku ke kamar saja,aku mau istirahat."ia berkata.

"Baik,kalau itu yang Nyonya inginkan." Meskipun Nila kadang ketus terhadapanya. Tapi Marni tak pernah menaruh sakit hati. Ia tak tega melihat Nyonya nya yang sakit-sakitan, dengan wajah yang mengundang iba itu sendirian.

Di pegangi lengan Nila,dan di bantunya berjalan menuju kamar.

"Saya akan membawakan makan siang Nyonya ke kamar." Marni tersenyum memandang wajah majikannya yang selalu muram.

Nila tak berkata apa pun.

Bagi Marni yang sudah setahun lebih mendampinginya,sudah sangat paham dengan sikap Nila yang tak peduli dengan apa pun. Dan ia memaklumi itu semua.

Baru beberapa langkah mereka berjalan.Anna,sekretaris Chandra berjalan tergesa sambil memegangi pipinya yang memerah dan wajah sembab.

Dia tampak terkejut melihat Nila, sedangkan Nila sendiri tak begitu berminat terhadapnya,dan memilih tetap berjalan tanpa melihat sedikitpun ke arahnya.

"Permisi,Bu Nila." sedikit kikuk,Anna menundukkan kepalanya,saat mereka berpapasan,lalu buru-buru pergi,seperti menghindarinya.

Padahal tanpa begitupun,Nila tak berminat dengannya.

Beberapa kali Nila sempat melihatnya,saat datang ke acara perusahaan yang mengharuskannya mendampingi Chandra.

Tapi sekali lagi,Nila tak peduli dan tak mau tahu, jika itu berhubugan dengan suaminya.

"Bukankah itu sekretaris Tuan?" Marni berkata dengan mata yang mengikuti ke mana punggung wanita dengan setelan kerja warna hitam tersebut berjalan.

Nila diam saja.

"Jangan-jangan yang di sebut jalang itu,dia..?" Marni merendahkan suaranya.

Nila tak peduli.

Diruang kerjanya,sorot mata Chandra menyiratkan kemarahan yang luar biasa.Di depannya tergeletak kursi kayu yang ikut terjungkal,saat ia menampar sekretarisnya itu keras-keras.Sampai tubuh wanita itu limbung, dan terjatuh bersamaan dengan kursi di belakangnya.

"Saya tahu rumah tangga Anda sedang tidak baik-baik saja."

Ia teringat Anna yang kurang ajar berjalan mendekatinya,dan mengatakan hal yang membuat keningnya berkerut.

"Banyak gosip di kalangan karyawan tentang istri Anda yang penyakitan dan tidak mampu memberi keturunan."

Kening Chandra kian berdenyut mendengarnya.

"Anda bussinessman sukses dan tampan." Anna menunjukkan senyum mengoda dan kian mendekat. "Kalau hanya anak, saya bisa memberiakn berapa pun yang Anda mau." dia berbisik sambil menyentuh pundak Chandra.

PLAAKK !

Tamparan keras melayang ke pipi mulus wanita itu. Membuatnya terduduk di lantai berlapis karpet.Mengaduh, meringis menahan sakit pada pipi nya yang membengkak.

"JALANG !" Chandra murka.

Wanita itu ketakutan. Di pegangi pipinya yang berdenyut nyeri.Rasanya gigi dan kepalanya ikut sakit,karena tamparan Pria yang menjadi Atasannya tersebut.

"Jangan pernah mengatakan hal yang membuat aku marah." Wajah Chandra merah padam. Menambah kesan seram pada rautnya yang berkesan garang dengan alis tebal dan cambang tipis yang melingkari sekitar dagu.

"Setetespun aku tidak pernah mengisi rahim wanita lain dengan milikku!" bentaknya.

Anna gemetaran. Tak menyangka akan penolakan yang tidak hanya membuat sakit hati,namun jugafisik.

President Direktur Admaja Raya itu memang dingin,semuan tahu itu.Tapi Anna tak menyangka,ia tak tertarik dengan wajah cantik dan tubuh indah daru seorang wanita. Bahkan menampar dan mempermalukannya seperti ini.

"Kau aku pecat tanpa pesangon dan tunjangan." Chandra berdiri angkuh di depan wanita yang baru saja ia tolak dengan begitu sadis.

"Maaf kan saya, Pak." Anna memelas. "Saya memang bersalah, tapi lihat dedikasi saya selama bertahun-tahun pada Perusahaan." air matanya menetes.

Wajah cantik dan air mata, biasanya seorang pria akan luluh. Anna mencoba mengiba dan memohon. "Saya rela turun jabatan atau di mutasi ke tempat yang jauh, tapi tolong jangan pecat saya. Apa lagi tanpa.."

"Gajimu juga akan di potong 50% untuk amal." Chandra memutus kalimat wanita yang kini telah menjadi mantan Sekretarisnya.

Anna langsung lemas.

"Keluar." Chandra membalikkan badan. Tak sudi menatap wanita yang berani-beraninya menyentuh dirinya.

Tak sembarang orang Chandra mau bersentuhan,atau mengijinkan orang lain menyentuh dirinya.

Sampai masalah baju dan perlatan makan, Chandra hanya mengijinkan satu Pelayan yang boleh memegang.

Tentu saja,Nila tak termasuk dalam hitungan,karena hanya pada wanita itu saja,Chandra yang terobsesi pada kerapian dan kebersihan membolehkan.Tapi sayang,istrinya itu yang enggan.

Chandra memang perfeksionis. Segala sesatu harus disiplin dan teratur.

Itu terwujud di Perusahaan yang ia pimpin. Dia bertangan dingin dan semua menyeganinya,meski usianya baru saja menginjak 33 tahun.

Mematahkan stigma bahwa ia hanya melanjutkan apa yang orang tuanya bangun.Nyatanya,di tangan Chandra, Perusahannya makin maju dan berkembang.

Nila sudah berbaring di ranjangnya yang empuk dan kamarnya yang sejuk.

Dia telah berganti baju dengan terusan warna peach dari kain satin yang dingin dan nyaman,membuat sakit kepalanya kini mereda dan malah kantuk yang datang.

Di atas nakas terdapat nampan berisi makanan yang belum ia sentuh. Hanya air putihnya saja yang tadi ia minum.

Di pandanginya kordeng warna putih yang berkibar tertiup angin dari jendela kamarnya yang terbuka.

Rasanya sangat damai dengab angin lembut yang menerobos melalui jendela.Matanya baru saja terpejam,ketika ia mendengar pintu kamarnya terbuka.

Nila menoleh ke arah pintu,dan mendapati Chandra telah masuk ke kamar.

"Kau sudah janji kalau siang tak akan masuk ke kamar ini." Nila bangkit dari tidurnya.

Dia sudah menurunkan kakinya,ketika Chandra tak mengijinkannya dan duduk di samping ranjang.

"Mau apa ?" tanyanya sengit.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel