Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HUBUNGAN SUAMI DAN ISTRI

Nila masih memandang dengan sikap bermusuhan,ketika Chandra mengalihkan pandangan ke makan siang istrinya yang belum di sentuh.

"Kau belum makan?" ia bertanya.

Wajah Nila berubah muak.Ia menurnkan kedua kakinya ke lantai,hendak pergi.Tapi Chandra memegangi lengannya,menyuruhnya tetap di tempat.

Nila mengibaskan tangannya dari pegangan Suaminya. "Kau mau apa?" ia menatap benci.

"Aku hanya ingin memastikan kau sudah makan dan meminum obatmu." Chandra memandangnya.

Tak ada ekspresi marah,walaupun Nila memperlakukannya begitu kasar.

"Aku tidak butuh obat apa pun,yang aku butuhkan hanya kau menjauh dari ku." Nila menunjuk Chandra. Ia mendesis pelan,saat kepaanya kembali terasa sakit. Entah sejak kapan,tubuhnya menjadi selemah ini.

Pria dengan cambang tipis itu terdiam menatap istrinya.

Kesempurnaan fisik yang seharusnya bisa meluluhkan hati wanita manapun. Tapi tidak dengan wanita berwajah sendu yang berhasil merebut hatinya sejak pertemuan pertama mereka.

Hanya bara kebencian yang selalu terpancar dari mata indah yang menjadi dambaan seorang Chandrama Admaja. Seorang pria dengan kekuasaan mutlak dalam keluarganya yang kaya dan terhormat.Yang mestinya,sanggup mendapatkan apa pun,dan siapa pun dengan mencentikkan jari.

Tak melihat reaksi dari Suaminya,Nila beringsut dari ranjang. Tapi baru satu kaki yang menginjak lantai,pandangan Nila langsung buram.

"Nila..?"Chandra menangkapnya, sebelum tubuhnya terjatuh.

Kepala Nila serasa berputar,sampai matanya berair,karena begitu nyerinya.

Ia berusaha menjauhkan Chandra darinya,saat Pria itu membopong dan kembali merebahkannya ke atas ranjang.

"Panggil Marni, aku tak mau denganmu." Nila memegangi kepalanya, sambil memejamkan mata untuk meredam pening.

Kening Chandra berkerut melihat sikap Nila,walaupun kepayahan,tapi masih menolak bantuannya.

"Tidak akan ada Marni atau siap pun di sini, aku yang akan merawatmu."

Mata Nila langsung membuka. Menatap Chandra dengan kedua alis yang hampir menyatu."Kau yang membuat aku sakit." tuduhnya."Semua ini,gara-gara kau."

Rasa kesal yang betumpuk,di tambah  masalah dengan sekretarisnya yang berani kurang ajar terhadapatnya.Membuat kesabaran Chandra kali ini menipis.

"Gara-gara aku?" ia menarik ujung bibirnya."Siapa yang menyelamatkan Perusahaan Papamu?Membiayai semua perawatannya selama koma?" wajah Chandra terlihat kaku.è

Nila mundur dengan kedua tangan saling mengenggam di dada.

"Hutang judi Abangmu yang sampai jutaan,siapa yang melunasi?" Chandra menatapnya.

Air mata Nila membayang. "Aku membayar itu semua dengan seluruh hidupku yang kau hancurkan." ia memalingkan muka,enggan melihat wajah suaminya.

Kening Chandra berkerut.Ditariknya pergelangan tangan istrinya,sampai tertubruk dirinya.

"Lepaskan!" Nila berteriak.Ia mengangakat satu tangannya yang lain untuk memukul suaminya.Tapi dengan sigap,Chandra segera menangkapnya.

"Salahkan Raksamu yang ingin membawa kabur calon istri orang."tajam ia berkata.

Bibir Nila gemetar.

"Laki-laki bernyali tikus yang hanya mementingkan dirinya sendiri." ucap Chandra sinis.

PLAAK!

Seketika Nila menampar nya.

Chandra tertegun,tak menyangka istrinya akan menampar dirinya.

"Tahu apa kau tentang Raksa?" Nila tak terima Chandra menghina laki-laki pemilik hatinya.

Yang Nila tak tahu,Chandra juga sama tak terimanya,dengan ia yang lebih membela orang lain dari pada suaminya sendiri.

"Kalau bukan karena cara licikmu" sekuat tenaga Nila menahan agar tak menangis,mengingat peristiwa yang mengugurkan semangat hidupnya.

"Lalu di mana dia sekarang?" tanya Chandra tenang. "Apa dia berusaha datang untuk mencari tahu keadaanmu?"

Air mata Nila luruh juga,ketika menyadari,sejak 2 tahun lalu,tak ada kabar apa pun tentang Raksanya.

Chandra tersenyum miring,membuat raut wajahnya begitu bengis di mata Nila.

"Tikus tetaplah tikus,dia hanya bisa bersembunyi di tempat gelap dan kotor."

Emosi Nila tersulut "Kau yang tikus!" ia berteriak. "Kau yang membuatnya tak bisa meraih impiannya,menghancurkan cita-citanya!" dipukulinya Chandra sekuat tenaga.

Nila tak peduli kuku jari kelingkingnya yang patah dan tubuh lemahnya yang tak bertenaga. Ia tidak mau Raksa nya di hina.

Chandra cemburu, jika Nila menyebut nama Raksa. Selama ini ia diam.Tapi kali ini,Nila benar-benar sudah mengusik kesabarannya.

Di bekap bibir Nila yang terus melontarkan kata benci dengan bibirnya,sampai ia terdorong dan jatuh dengan posisi Chandra di atas.

"Tidak..." Nila berusah melawan."Kau janji tak akan memaksaku." ia menangis. "Kau janji hanya di minggu ke dua menjamah kuu.. !" Nila menjerit, saat Suaminya menarik baju dan menyesap kulit lehernya.

Chandra tak peduli. Perasaan cemburu yang melebur bersama rasa marah menjadi satu.

Nila tak akan pernah tahu,hanya padanya lah Chandra jatuh cinta.Melakukan semua yang dia mampu,untuk melihat senyum itu kembali.Tapi,selalu nama Raksa yang di sebut oleh wanitanya.

"Aku tidak mauu.." Nila mengelengkan kepalanya.Kepalanya kian berdenyut hebat dalam upayanya mempertahankan diri.

Semuanya serasa berputar. Seperti ingatan buruk yang akan terus terulang dan berulang. Membuat fisiknya makin terkikis dan air matanya yang mengalir tak berkesudahan.

Bukankah seharusnya hubungan suami-istri itu indah? Semua mendambanya.Bercinta dengan orang yang di kasihi. Merasakan kenikmatan dunia yang memabukan,yang membuat pemerannya ingin mengulang.

Tapi yang kini di rasakan oleh Nila,hanya rasa sakit dan jijik,saat kulit mereka saling bersentuhan.

Kening Nila berpeluh,ia memalingkan muka dengan mata yang terpejam rapat-rapat.

"Nila.."hangat nafas Chandra pada telingan dan lehernya membuat bulu kudu Nila meremang.

Nila mengigit bibir bawahnya saat gerakan Chandra makin cepat. Ia terisak,saat suaminya mengigit lembut daun telinganya,kemudian kembali memberikan tanda di leher dan dadanya.

Nafas Nila mulai berat,seiring kuatnya Chandra memasukinya.

"tidak..tidaak..." Nila meraup kedua pundak Chandra dengan kuku-kuku jarinya yang panjang.Berharap suaminya akan berhenti.Tapi Chandra malah memegangi kedua tangannya,dan menguncinya di kiri dan kanan.

Nila menjerit,mendesah dan mengerang saat Chandra menikmati dua gundukan miliknya,sambil terus memompanya,cepat dan tanpa ampun.

Nila tergolek dengan wajah sepucat kertas. Air matanya telah kering dan netra nya kini menatap kosong pada jendela kamarnya yang terbuka.

Ia tidur miring, membelakangi Chandra yang memeluknya posesif dengan mata terpejam, lelah, setelah berhasil memuaskan dahaganya yang hebat.

Cahaya jingga yang menunjukan pergantian waktu sore ke malam menerobos melalui celah jendela.

Angin sore berhembus lembut, mengibarkan kordeng putihnya.

Nila memandang tak berkedip. Wajahnya sayu,menggambarkan lara hatinya yang mendalam.

Baju-baju yang mereka kenakan berserakan di sekitar tempat tidur dan lantai.

Chandra mendesakkan wajahnya dengan mata terpejam ke pundak istrinya.Mencium aroma wangi rambut Nila yang tergerai kusut dan berantakan.Merapatkan pelukannya pada tubuh lembut istrinya yang tanpa baju, kemudian kembali tak bergerak, tidur.

Seandainya Nila bisa melihat,betapa damai ekspresi yang di tampilkan Chandra saat ini. Sama sekali tak ada raut dingin,tak berperasaan Kesan garang yang di tampikannya pun lenyap,sebab rambutnya yang biasa tersisir rapi itu,kini terlihat acak dan menutupi sebagian keningnya. Membuatnya terlihat lebih manusiawi, karena sehari-hari Chandra seolah kaku tak tersentuh.

Nila masih tak bergerak,seluruh tubuhnya dan hatinya terasa remuk.

Tiba-tiba pandangannya terarah pada garpu makannya yang berada di atas nakas.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel