Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BUNUH DIRI

Lengan Nila terjulur hendak mengambil garpu yang berada di atas nampan, berisi makananya yang telah dingin.

Tangannya tak sampai,membuat Nila perlahan menyingkirkan lengan Chandra dari pinggangnya.Tapi sayang, Chandra memeluk erat dirinya dan Nila kesusahan untuk menyingkirkannya.

Perasaan marah dan sedih semakin memenuhi rongga dada Nila. Bahkan dalam keadaan tidur pun, Chandra enggan melepasnya.

Dengan sedikit usaha,akhirnya dia bisa melepas diri dari kungkungan suaminya.

Nila duduk dengan selimut putih yang menutupi tubuhnya yang di penuhi tanda cinta dari Chandra.Ia menangis sambil mencoba menghapusinya, walaupun Nila tahu, itu tak mungkin bisa hilang.

Nila benci tubuhnya yang menurutnya semakin kotor dengan banyak tanda keunguan yang di dapatnya. Di ambilnya garpu yang berada di atas nakas.

Air matanya mengalir. Dadanya sesak menahan tangisnya supaya tak terdengar. Di arahkan nya ujung runcing yang garpu ke lehernya.

Tangan Nila gemetar, ia menutup mulut dengan tangannya yang lain sebagai bentuk upaya meredam suara tangis.

Nila tak mau hidup lagi.Jiwa dan hatinya telah mati sejak malam terkutuk itu.

Semakin di tekan ujung runcing garpu ke leher. Matanya terpejam, mengalirkan air mata membasahi wajahnya yang cekung dan sembab.

"Ugh.." Nila memejamkan mata rapat-rapat,saat bagian tajamnya, mengenai pembulu darah di leher dan menimbulkan rasa sakit.

Nila siap mati. Tapi tiba-tiba, bayangan Ayahnya yang tengah koma muncul, membuat tekanan garpu mengendur dan Nila membuka mata dengan nafas memburu menahan tangis.

Bagaimana dengan Papa..? tanyanya dalam hati. Ia menurunkan garpu yang tadi di gengamnya erat dan meninggalkan bekas luka di leher.

Selalu seperti ini tiap kali Nila ingin mengakhiri hidupnya yang tak berarti. Bayangan Ayahnya yang sekarat akan menghantui. Membuat hatinya kian merana.

Mungkin ia akan langsung mati sesuai dengan keinginan. Tapi bagaiaman dengan Ayahnya? Apa Chandra tetap mau membiayai semua jika ia sudah tak ada.

Nila tak kuasa menahan tangis, meskipun mulutnya telah ia bekap rapat-rapat,namun suara isakannya masih terdengar jelas.

Chandra membuka mata. Dalam keremangan ruang tidur,dia melihat punggung Istrinya dengan garis tulangnya yang tampak jelas sedang menunduk dengan bahunya yang gemetar.

Chandra tahu Nila menangis. Dan begitulah istrinya,setiap kali mereka selesai berhubungan. Seolah apa yang di lakukannya suatu hal kejam dan menyiksa.

Langit semakin gelap. Lampu-lampu taman telah di nyalakan, dan itu terlihat dari biasnya melalui jendela besar di kamar mereka yang belum tertutup dari tadi siang.

Pandangan Chandra terarah pada garpu yang tergeletak di samping Nila duduk. Kening Chandra sedikit berkerut, dia bisa menebak apa yang hendak di lakukan istrinya itu.

Sudah berapa kali Nila berpikir untuk mengakiri hidupnya. Tapi selama Chandra masih memegang kartu As nya, wanita itu tak akan mampu melakukannya meski selemah apa pun jiwanya.

Walaupun begitu,Chandra akan tetap marah. Pasalnya dulu dalam percobaan bunuh dirinya,Nila hampir tak selamat, saat mencoba menegelemkan diri ke kolam renang.

Tapi saat ini, ketika Chandra memandang punggung kecil dengan tonjolan tulangnya belakangnya itu, ada perasaan tak tega dan iba yang bergelayut di hati.

Dia bangkit dari tidurnya, secara naluriah, Chandra langsung memeluk Nila dari belakang.

Nila tersentak kaget.Seketika ia berusaha melepaskan diri. "Lepaskan aku." bentaknya.

Ia semakin merapatkan selimut yang menutupi bagian istimewanya,lalu merapatkan tubuhnya,agar tangan Chandra tak mengenainya.

Chandra tak bicara. Ia hanya memeluk pundak rapuh itu dan menyandarkan pada dirinya.

Tahu Chandra tak mau melepasnya. Nila meraih garpu yang masih berada di samping dan ingin menacapkannya lagi ke lehernya.

Tapi dengan sigap,Chandra memegangi pergelangan tangan Nila, membuat gerakan istrinya itu terhenti,tepat sebelum mengenai kulit.

"Aku benci padamu!" unpat Nila dengan air mata berlina,ketika Chandra dengan mudah mengambil garpu dari tangannya dan melemparkan ke pojok ruang.

"Tinggal,kan aku!"Nila semakin tak terkendali. Ia meronta-ronta,agar Chandra melepaskannya.

Wajah Chandra mengkeras.Tapi ia tetap enggan melepasnya. Di putar tubuh Nila secara paksa agar menghadap dirinya.

Di lihatnya wajah wanita yang di cintainya itu baik-baik.Rautnya sembab, dengan pipi tirus dan kerutan di bawah mata yang menghitam.

Bibirnya pucat dan gemetar.Bibir itu pulalah yang selalu mengeluarkan kalimat makian untuknya,sekaligus bibir yang selalu ingin ia nikmati kelembutannya.

Mata bulat yang mestinya indah itu pun, kini menatap suram dengan air mata berlina. Sama sekali tidak ada raut kebahagiaan di situ.

Selama hampir dua tahu mereka hidup bersama, belum pernah Chandra melihat Nila tersenyum. Padahal senyum itulah yang dulu membuatnya jatuh cinta.

Nila kembali berontak. Membuat lamunan Chandra buyar.

"Kau sudah mendapatkan yang kau mau." Nila berkata meskipun suaranya masih bergetar. "Tinggalkan aku." ia mengigit bibir bawahnya sesaat,dan kembali terisak. "Atau aku yang akan pergi dari kamar ini..." suaranya merendah. "Aku mohon..."ia memelas sambil memeluk tubuhnya yang tanpa arti.

Chandra masih memeluk pinggangnya,sambil memandangi tanpa berkedip.

Nila tak kuat lagi. Kepalanya tertunduk, namun kedua tangannya masih ia jadikan tumpuan agar tak bersandar langsung ke dada Chandra yang terbuka.

Nafas Nila kian berat, keringat dingin mulai membasahi keningnya.

Kenapa dengan ku..? Nila bertanya dalam hati. Ia teringat masa lalunya yang walaupun saat itu sudah mengidap penyakit darah rendah. Tapi masih bebas berlarian di terik matahari.

Tak ada migrain, tak ada pula nafasnya yang serasa putus,meskipun ia hanya beraktifitas ringan.

Kemana tubuh sehatnya dulu?

Chandra merebahkan tubuh lemas istrinya ke ranjang. Di ambilkan gelas kaca berisi air putih dari atas nakas dan di bantunya Nila untuk minum.

Tak ada pilihan bagi Nila selain menurut,karena ia memang membutuhkannya.Nila juga pasrah,ketika Chandra menyandarkan dirinya,pada bahunya dan meminum dari gelas yang di minumkan suaminya.

Setelah minum,di baringkan kembali isttinya,kemudiandi selimuti.

Chandra sendiri langsung turun dari ranjang dan berpakaian. Dia juga memunguti baju-baju Nila yang tercecer,lalu menaruhnya di samping Nila berbaring.

Nila membuang muka,saat Chandra melihat ke arahnya.

Chandra tak berkata apa pun,lalu membuka pintu dan keluar kamar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel