Belajar Mengurus Bayi Orang
Kukatakan pada Felix bahwa aku akan tetap tinggal dan meminta maaf karena merepotkannya. Aku beruntung karena Felix tak bertanya kenapa, atau mempermasalahkan sesuatu yang tidak aku beritahukan padanya secara terus terang, ia hanya memintaku untuk menghubunginya jika terjadi sesuatu lagi. Tanpa keberatan aku menyanggupinya.
Kupikir mungkin aku akan membutuhkan bantuan Felix lagi suatu hari nanti. Jika keadaan bertambah rumit, jika aku tidak sanggup mengurus bayi orang, atau jika Eric mengkhianatiku lagi. Aku dengar selingkuh itu adalah penyakit, jika kau melakukannya satu kali maka kau akan ketagihan untuk melakukannya lagi. Dan jika Eric menyakitiku lagi, aku tidak ada pilihan selain melepaskannya lebih dulu.
Kini aku, dan Eric ada di ruang tamu bersama Leticia dan juga putrinya yang sedang tertidur. “Aku tak sempat berbincang dengan Xaviera. Mungkin kau terkejut karena kedatanganku yang tiba-tiba. Maaf juga karena tinggal disini sejak kemarin dan–”
“Tidak apa-apa, Xaviera mengerti. Aku sudah menjelaskan semuanya.” Aku terkejut karena Eric tiba-tiba berbicara dan menenangkan Leticia yang merasa tidak enak tinggal disini.
“Syukurlah, Patricia masih membutuhkan asi jadi,”
“Jadi Leticia akan tinggal bersama kita beberapa saat. Mungkin ia juga akan mengajarkanmu bagaimana cara mengurus Patricia.” Aku melirik ke arah Eric karena lagi-lagi ia membantu Leticia untuk berbicara. Leticia hanya tersenyum dan mengangguk membenarkan ucapan Eric. Aku tidak tahu apa mereka telah berdiskusi untuk melakukan dialog seperti ini dihadapanku atau ini terjadi karena Eric ingin melindunginya dariku.
“Aku rasa Xaviera perlu mencoba menggendong Patricia.” Leticia mengambil bayinya yang sedang tertidur dan memberikannya padaku. Aku mengambil Patricia ke dalam gendonganku yang kaku, Leticia seketika membenarkan posisi gendonganku.
“Nah, seperti ini. Nyaman bukan?” Aku mengangguk. Melirik ke arah Patricia, gadis kecil yang mungil terlelap dalam gendonganku. Ia cantik seperti ibunya tetapi rambutnya hitam legam seperti Eric. Kecemburuan tiba-tiba kurasakan lagi, kenapa bukan bayiku sendiri yang aku gendong pertama kali, apa jika aku punya bayi dengan Eric akan lebih cantik dari bayi ini. Aku iri sekali pada manusia kecil ini, tetapi jika mengingat bayi ini akan ditinggalkan ibunya dan memanggilku dengan sebutan ibu, seketika membuat hatiku menghangat.
“Leticia padahal baru satu minggu menjadi ibu, tapi dia sangat terampil.” Eric tiba-tiba berkata demikian. Aku tahu aku tidak terampil mengurus anak, aku tidak dekat dengan anak-anak, tapi aku merasa aku juga punya ketulusan pada seorang anak. Namun mendengar Eric terang-terangan memuji wanita itu membuatku merasa tertantang untuk bisa melakukan pekerjan seorang ibu melebihi yang Leticia mampu lakukan, aku akan belajar dengan cepat agar Eric tidak bisa membandingkanku dengan kemampuan wanita lain, dan juga tentunya agar Leticia cepat pergi.
Dan Patricia tiba-tiba menangis keras, “kenapa dia menangis?” Eric panik, aku berusaha menenangkannya sebisaku sampai keringat mencucuri wajahku. Leticia segera mengambil anaknya dalam gendonganku, seketika itu pula Patricia berhenti menangis.
“Sepertinya ia tidak nyaman dengan gendongan Xaviera. Kau harus belajar lagi, Vier.” Eric beranjak, ia melihat Patricia dalam pangkuan ibunya dan berusaha membuat bayi mereka tertawa. Eric dan Leticia terlihat seperti pasangan yang serasi, sejenak aku merasa bukan siapa-siapa disini padahal aku berhak atas Eric maupun rumah ini. Ketika aku beranjak untuk melihat Patricia dan menggendongnya lagi, seperti biasa bayi itu akan menangis keras, ia tahu aku adalah ibu tiri untuknya.
Pada malam harinya aku hanya di rumah bersama Leticia dan Patricia. Eric pamit membeli makanan sejak hampir dua jam yang lalu. Dan Patricia tetap menangis tiap kali kugendong atau tiap kali mata kami bertemu, namun aku masih berusaha untuk menenangkannya selagi Leticia memompa asi untukku belajar memberi susu pada Patricia jika ibunya tidak ada nanti. Ketika Leticia selesai aku yang senang segera menghampirinya, tanpa sadar aku sedikit berlari dan tidak menyadari ada lantai yang licin disana.
Aku terjatuh dengan Patricia dalam gendonganku, seketika tangisannya menjadi semakin keras, pekikan suara Leticia juga terdengar menemani adegan aksiku saat berseluncur dengan memeluk erat Patricia.
Leticia segera membawa bayinya dengan cepat dari pelukanku. “Apa kau tidak bisa hati-hati membawa bayi orang?” Leticia membentakku, napasnya terengah, aku tahu ia pasti kaget dan mengkhawatirkan bayinya. Dengan pelan ia mengayunkan tubuhnya mencoba menenangkan Patricia.
“Maaf, aku tidak sengaja, aku tidak tahu lantainya licin di sini.” Aku bangkit sendiri, serasa remuk tulangku apalagi hatiku saat mendengar bentakan keras dari seseorang yang menumpang disini. Tapi ku ke sampingkan seluruh egoku, aku khawatir Patricia menerima sedikit benturan dan berusaha mengeceknya.
Sayangnya Leticia menghempas tanganku dengan kasar. “Apa kau berencana membunuh seorang bayi hanya karena kau membenci ibunya?” Aku membelalakan mata tak percaya, ini sisi lain yang ditunjukan Leticia selama datang kemari, atau aku yang baru mengetahui sifat asli wanita ini?
Aku menggeleng keras, mana mungkin aku berusaha mencelakai seorang bayi apalagi bayi itu akan menjadi anakku sendiri, tapi Leticia tidak terima dengan pembelaaanku. Sekalipun aku tidak menyukai ibunya aku tidak pernah menyalahkannya, aku membenci suamiku sendiri dan tidak menyalahkan orang lain apalagi seorang bayi.
“Jika terjadi sesuatu kau harus menerima akibatnya.” Patricia masih menangis keras saat ibunya mencecarku dengan beragam tuduhan. Aku hanya diam karena aku tahu aku memang ada salahnya disini, namun aku tidak sengaja sama sekali. Sayangnya satupun pembelaanku tidak didengar oleh Leticia, membuatku seperti pembantu yang melakukan kesalahan pada anak majikannya dan memohon agar tidak dipecat. Apa yang baru saja terjadi pada duniaku ini?
“Tunggu sampai Eric pulang dan ia akan menyalahkanmu juga.” Leticia tiba-tiba membawa nama Eric dalam kejadian ini. Dan ucapan paling menohok diucapkan Leticia selanjutnya, “apa kau pikir aku datang untuk meninggalkan anak ini dengan wanita sepertimu? Aku tak butuh uang, aku tak butuh seseorang untuk menjaga anakku. Aku butuh ayahnya, liat siapa yang akan Eric pilih nantinya!”
Aku terpaku di tempat, tak menyangka dengan seluruh ucapan Leticia sementara tubuhku sakit semua saat ini. Eric tiba beberapa saat kemudian, membawa banyak makanan dan buah-buahan. Leticia berlari ke arah Eric yang tersenyum senang melihatnya dan bayi mereka, seketika senyuman Eric menghilang saat melihatku. “Kupikir Xaviera tidak ada di rumah, jadi aku hanya membeli makanan kesukaan Leticia karena ia sedang menyusui.”
Aku tampak menyedihkan di tempatku berdiri saat ini, belum apa-apa Eric sudah melupakan istrinya, Eric bahkan lupa aku tidak pernah keluar tanpa izin darinya. Mataku memanas, tapi kutahan agar tak meneteskan satupun air mata di hadapan mereka. Eric menikahiku dua hari lalu, dan tiba-tiba lupa semua tentangku, lantas bagaimana dengan responnya setelah mendengar suara Leticia yang lantang mengadu sembari menunjuk-nunjuk wajahku dengan telunjuk sialannya?
“Patricia baru saja jatuh saat digendong Xaviera, aku tidak tahu Xaviera adalah wanita seceroboh ini atau sengaja melakukan ini karena ia bukan ibunya!”
