Bab 4
"Mama, ini semua salah Jessica! Jangan usir Paman ya, dia orang baik Ma. Tadi dia bantu Jessica sama Jason." Jessica beranjak cepat dari tepi tempat tidur kemudian merentang kedua tangannya. Gurat kepanikan tergambar sangat jelas di wajah bulatnya itu, keringat dingin pun mulai mengalir perlahan-lahan dari keningnya tatkala melihat Moon menatap tajam ke arah Michael saat ini.
Berbeda dengan Michael, terlihat biasa saja. Kehadiran Moon seolah-olah tidak diharapkan Michael sama sekali. Lelaki itu tak menyahut, atau pun berniat beranjak dari tepi kasur. Pemilik mata hijau itu hanya melirik Moon sekilas lalu melanjutkan lagi kegiatannya, berusaha mengambil peluru dari kulitnya.
"Mama, Jessica mohon jangan usir Paman!" Lagi bocah perempuan bersurai hitam itu berseru. Menahan takut bila Moon akan mengusir Michael atau pun memarahinya.
Napas Moon kian memburu. Bagaimana bisa anak perempuannya tiba-tiba mendatangkan seorang pria yang tidak dikenal ke dalam gubuknya sekarang. Terlebih penampilan Michael terlihat mencurigakan, ada bercak darah dan tato-tato aneh tergambar di tubuh Michael. Makin resah Moon dibuatnya. Secepat kilat ia menarik tangan Jason dan menarik anak laki-lakinya keluar dari kamar.
"Tunggu di luar!" titah Moon kepada Jason.
Jason mengangguk cepat kemudian memberi kode pada Jessica untuk keluar. Tetapi, Jessica menggeleng kuat, bergeming, dengan posisi tangan membentang. Melihat reaksi adiknya itu, Jason tentu saja melototkan mata.
"Mama bilang keluar sekarang, Jessica!" seru Moon lalu cepat-cepat melangkah, mendekati Michael. Namun, Jessica tiba-tiba menghadangnya.
"Tidak mau! Biarkan Paman tinggal di sini Ma, Paman terluka parah," kata Jessica sambil mendongak dan menyatukan kedua tangannya di depan dada.
Pupil mata Moon makin melebar. Untuk pertama kalinya, melihat Jessica membela pria tak dikenal. Moon hirup udara di sekitar, menahan kesal karena Jessica mulai berani melawannya sekarang. Kemudian dia lirik kembali Michael dengan sangat tajam.
"Hei, kau apa yang kau lakukan dengan anakku?! Keluar kau dari sini sekarang!" seru Moon, sorot matanya memancarkan rasa tidak suka. Sebab lelaki yang diajak berbicara, malah mengacuhkannya.
Yang diajak bicara justru sibuk sendiri. Tak terdengar ringisan keluar dari bibir Michael saat mengeluarkan peluru itu. Bibirnya terkatup rapat dan matanya mengamati darah yang mengalir lembut dari permukaan kulitnya.
"Mama, Paman tidak ngapain-ngapain Jessica, jangan usir Paman!" Suara Jessica mulai terdengar gemetar, menahan takut yang menjalar di sekujur tubuhnya. Sama halnya dengan Moon. Jessica juga baru pertama kali mendengar mamanya berkata dengan nada tinggi di hadapannya.
"Jason, bawa adikmu keluar sekarang!" Moon justru memanggil Jason untuk menarik Jessica keluar.
Mendengar hal itu, mata Jessica mulai berkaca-kaca. Jari-jarinya mungilnya mulai menyentuh kaki Moon."Tidak mau, jangan sakiti Paman, Ma!"
"Jason!" Moon cepat-cepat menoleh ke belakang sambil memanggil Jason dengan sangat keras.
Pupil mata Jason sedikit melebar. Terkesiap, kala sorot mata Moon kali ini terlihat sangat dingin hingga membuat tubuhnya mendadak lumpuh sekejap. Dengan tergesa-gesa dia menghampiri Jessica lalu menyeret adiknya keluar dari kamar dengan cepat. Begitu sampai di luar tangis Jessica makin pecah.
Melalui celah pintu yang tidak ditutup rapat itu, Moon dapat mendengar Jessica meraung-raung sambil menangis. Namun, Moon tidak peduli. Dia harus mendepak lelaki tak jelas ini keluar dari rumahnya sekarang. Secepat kilat Moon mendekati Michael lalu merebut paksa gunting dari tangan Michael.
"Hei, apa kau tuli? Pergi kau dari rumahku sekarang! Rumahku ini bukan tempat penampungan!" pekik Moon, dapat didengar Jessica dan Jason di luar sana.
Michael menyeringai sebentar lalu cepat-cepat bangkit berdiri. "Rumah katamu? Tempat ini kau sebut rumah?" kata Michael dengan nada bicara sedikit merendahkan.
Dada Moon bergemuruh kuat, menahan amarah yang sebentar lagi akan meledak.
"Bagi kau, ini memang bukanlah rumah! Tapi bagi aku dan anak-anakku ini adalah tempat berlindung kami, pergi kau dari sini sekarang! Kau pasti sudah mengotori pikiran anakku tadi! Dasar tidak tahu diri! Siapa kau sebenarnya? Apa kau orang suruhan lelaki bedebah itu?!" jerit Moon, hingga penghuni di samping kanan dan kiri rumahnya bisa saja mendengar perkataannya barusan. Namun, keadaan rumah di sebelah dalam keadaan kosong. Jadi, tidak ada seorang pun yang mendengar selain manusia di dalam rumahnya sekarang.
Kening Michael berkerut samar-samar. "Jangan bicara yang aneh gadis kurus, aku juga sudah selesai. " Michael tiba-tiba mengedarkan matanya di sekitar ruangan dengan sorot mata penuh cela. "Tenanglah aku akan pergi dari tempat yang kau sebut rumah ini."
"Kau!" Kesabaran Moon sudah habis. Pria di depannya terlalu angkuh, menurutnya. Dengan kecepatan penuh dia ayunkan tangan kanannya ke arah rahang kanan Michael. Namun, ternyata pergerakkan tangannya dilihat Michael. Lelaki itu berhasil menahan tangan Moon.
"Berani kau denganku hah?!" Michael tarik kuat tangan Moon hingga dada keduanya bertubrukkan sekarang.
Moon membelalakan mata, dengan sekuat tenaga memberontak.
"Lepaskan aku sialan! Pergi kau dari sini!!!" pekiknya, menggelegar.
"Jangan usir Papa Jessica, Ma!" Dalam hitungan detik, Jessica menyembul dari balik pintu dengan air mata mengalir dengan sangat deras.
