Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Lelaki dewasa yang paling dekat dengan Oka berteriak sambil mengayunkan tongkat bisbolnya dengan ganas dan terarah ke kepala. Oka sudah tidak bisa lagi memikirkan posisi Morgan dan terpaksa membiarkan sahabatnya bertarung demi dirinya sendiri.

Oka membanting tubuhnya kesamping untuk menghindari pukulan tongkat bisbol sekaligus menyabet kaki penyerangnya. Pria lawannya jatuh berdebam di lantai keras dan mengeluarkan sumpah serapah. Oka kembali berdiri dan melancarkan pukulan ke arah dua pria yang mengeroyoknya dari sisi yang berbeda. Sudah tidak ada waktu untuk menggunakan jurus karate, Oka spontan menggunakan gaya petarung jalanan seperti yang Morgan biasa lakukan.

Jab dan hook Oka bergantian menghajar musuh-musuhnya hingga jatuh. Upper cut-nya menghajar dagu satu musuh dan melemparkan lawan itu menabrak konter dapur, menghamburkan gelas di atasnya menjadi kepingan. Ketika mendapat ruang lebih leluasa, barulah Oka secara reflek mengeluarkan jurus karatenya.

Oka mulai meluncurkan Oi-Zuki-Chudan dan mentargetkan pukulan ke ulu hati dan perut lawan. Lebih efektif untuk mematikan musuh secara spontan, saat jantung lawan berdebar, karena sibuk menyerang Oka. Pukulan Oi-Zuki-Chudan Oka membuat lawannya terpental dalam sekali pukul. Tubuhnya melayang dan menabrak dua kursi terbalik hingga hancur. Pria itu mengerang kesakitan dan tidak sanggup bangkit lagi.

Oka tidak sempat melihat Morgan, hanya mendengar saja bahwa sahabatnya melawan dengan tak kalah beringas. Beberapa korbannya bahkan menabrak perabot Brooklyn Blend dan merusaknya. Satu orang terlempar ke dinding dan membuat lemari kaca hiasan pecah berhamburan.

Salah seorang pria berkulit hitam menerjang Oka dengan menghunus pisau. Oka segera melayangkan Kakato Geri. Kakinya lurus ke atas, tendangan yang juga dikenal sebagai “axe kick” karena pengaplikasiannya tampak seperti kapak yang meluncur dari atas ke bawah, saat ini diluncurkan Oka ke arah kepala pria itu dan menyasar hidungnya bahkan sebelum pisau sampai ke tubuh Oka karena kaki Oka yang lebih panjang menghajar hidungnya hingga si pria tersentak ke belakang dan langsung jatuh pingsan.

Dari Kakato Geri, kaki Oka tidak turun. Namun, langsung berputar dan menyerang lawan di belakangnya dengan Mawashi Geri. Tendangan ini berputar menggunakan punggung kaki yang diangkat setinggi pinggang dan diluncurkan ke arah kepala lawannya hingga pria di belakang Oka terjengkang dan menimpa kawan yang ada di belakangnya. Mereka berteriak panik sekaligus kesakitan.

Saat itulah Oka merasakan punggungnya ditendang dan dia jatuh tersungkur. Muka Oka menghajar sudut meja yang telah miring dan ia bisa merasakan darah di dalam mulutnya. Tepat sebelum diinjak, Oka berguling, sekalian menjatuhkan diri ke lantai lalu meluruskan kaki ke arah dagu musuh yang hendak menginjaknya. Tubuh Oka kembali berputar terbalik dengan punggung kaki menghajar dagu lawannya sampai kepalanya terdongak.

Oka berdiri tegak bersamaan dengan musuhnya tergeletak dengan mulut berdarah karena menggigit lidahnya sendiri. Punggung Oka menabrak sesuatu yang keras. Punggung Morgan. Mereka berdiri dan saling melekatkan punggung masing-masing. Tatapan waspada ke lawan yang tersisa. Tinju mengepal siap di depan muka.

Ruangan tengah Brooklyn Blend telah kosong. Menyisakan kursi dan meja yang tersebar tidak keruan, sebagian terbalik. Sebagian bahkan patah. Di sela-sela kekacauan itu, berdiri Oka dan Morgan saling mengadu punggung dan dikepung sepuluh orang gangster dengan masing-masing senjata di tangan. Beberapa luka di wajah mereka semakin membuat beringas para gangster.

“Kau tidak apa?” tanya Morgan yang bersiaga di punggung Oka.

“Oh, ayolah Morg. Ini baru pemanasan, buddy!” ejek Oka melempar pandangan menghina ke lawan di depannya.

“HHEEAAAAA!!!!” Gerombolan gangster yang tersisa menyerbu bersama-sama ke arah Oka dan Morgan yang ada dalam kepungan mereka. Alice menjerit adalah hal terakhir yang didengar Oka sebelum akhirnya adrenalin mengambil alih dan menderu di telinganya.

Dia mulai melawan dengan melancarkan jab keras ke muka siapapun yang mendekati dan dipadu dengan Oi-Zuki-Jodan dan Tetsui-Uchi. Oka bagai angin topan yang mengamuk di tengah pertempuran.

Oi-Zuki-Jodan Oka dilesakkan ke arah kepala. Oka juga memukul hidung supaya pernapasan lawan terganggu. Lalu menambahkan satu pukulan ke arah rahang menggunakan siku untuk membuat lawan tambah kesakitan. Satu lawan tumbang dan Oka maju menyerang berikutnya dengan hook yang ia padukan dengan Tetsui-Uchi yang sudah terkepal dengan keras. Tinju Oka menyerupai “tangan palu,” dan ia gunakan bawah dari kepalan tangan untuk memukul rahang musuhnya.

Di samping Oka, Morgan bergerak mengerikan. Tubuhnya laksana bayangan gelap berkelebat menyarangkan setiap tinjunya ke muka lawannya yang berada di kanan kiri nyaris tanpa henti dan bergantian dengan kecepatan konstan. Kanan, kiri, kanan, kiri sehingga lawan yang mengeliling Morgan kocar kacir antara kesakitan sambil memegangi hidung, wajah, mata atau terjengkang dan tongkat bisbol mereka terlempar sebelum mencapai tubuh Morgan.

“Oka!” Teriak Morgan yang di antara kesibukannya meninju lawan-lawannya, melihat seorang pria di belakang Oka meluruk maju dengan pisau mengarah ke punggung Oka.

Morgan menaikkan sikunya ke muka musuh yang terdekat lalu meraih kursi rusak dan melempar ke musuh di belakang Oka. Kursi melayang dan menghantam targetnya. Lawan yang mengancam Oka jatuh ke lantai bersama kursi rusak, tetapi efek berbeda terjadi pada Morgan. Akibat membantu Oka, Morgan yang sesaat lengah terhantam tongkat bisbol di bahunya, nyaris mengenai kepala.

“Akh! Fuck!” Morgan meraung marah dan menangkap tongkat bisbol yang akan dilayangkan untuk kali kedua. Morgan menarik tongkat itu sekalian dengan pemegangnya lalu menyambut leher lawan dengan tangan besarnya. Morgan mencengkeram leher pria itu, menutup jalan napasnya lalu dengan kejam, Morgan menghantamkan kepalanya ke kepala pria yang ia cengkeram. Pria itu jatuh ke lantai, pingsan dan melepas tongkat bisbolnya.

“OKA!” Morgan kembali berteriak dan melempar tongkat bisbol ke arah Oka yang langsung ditangkap dengan gesit dan Oka melayangkan tongkat itu untuk memukul mundur tiga orang yang mengeroyoknya. Atas, bawah, kanan, kiri. Ketiga orang pengeroyok Oka terhajar di kepala dan dada bergantian dan ketiganya berjatuhan seperti daun musim gugur.

Oka tidak berhenti dan berbalik lalu menyerbu pengeroyok Morgan. Oka melompati meja yang terbalik dan memutar tongkat di tangannya dengan ahli lalu menghajar kepala lawannya. Satu, dua, tiga, pria di sekitar Morgan ambruk. Tidak ada yang bisa menghentikan Oka. Sekarang dia melesat dengan tongkat rampasan menuju ke Brad yang masih mencengkeram Alice.

Namun, mata Brad tak terlihat gentar melihat Oka meluruk ke arahnya dengan wajah mengerikan dan tongkat bisbol di tangan. Brad menggerakkan satu tangan tanpa melepas Alice. "Jangan mendekat, atau gadis ini akan mati!" bentak Brad sambil menarik tubuh Alice ke belakang, ia menjejalkan sebuah belati di leher gadis itu dengan wajah penuh ancaman.

Oka yang telah terbang melewati konter dan mendarat di depan Brad, kini berdiri dengan badan menegang. Ia melihat wajah Alice yang memucat dan tidak berani menggerakkan tubuhnya karena sisi tajam belati yang menempel di kulit lehernya.

Di sisi lain, Morgan yang baru saja menjatuhkan lawan terakhirnya juga ikut membeku melihat penyanderaan Alice. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran hal ini tidak akan berakhir dengan baik. Melihat dua pria di depannya tidak bergerak, Brad melihat kesempatan untuk memindai sekitarnya, jelas untuk mencari jalan keluar. Brad melihat celah di belakangnya dan ia menyeret Alice bersamanya, membuat belati menempel makin dalam dan wanita itu mengisak ketakutan.

“Lepaskan dia, Brad,” pinta Oka. Brad masih menyeringai kejam ke arah Oka, jelas dia tidak akan melepaskan Alice selama Oka masih menggenggam tongkat bisbol di tangannya.

“Suruh pembantumu minggir atau aku tidak segan mengiris leher cantik ini supaya kamu tahu seberapa cerah warna darahnya?” ejek Brad kejam. Oka melambaikan tangannya kepada Morgan agar minggir yang langsung dituruti oleh pria besar itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel