Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####bab 3

Setelah Budi ikut Linda masuk ke dalam toko, Budi pun di hadapkan dengan Luna yang tak lain adalah pemilik toko grosir sembako tersebut.

“Bu Luna, ini Bu orang yang melamar kerja kemarin” ujar Linda pada Luna.

“owh iya Lin terima kasih, sekarang kamu boleh kembali melanjutkan pekerjaanmu bersama yang lain” sahut Luna mempersilahkan Linda untuk bergabung dengan karyawan lain untuk melanjutkan pekerjaannya.

“baik Bu” balas Novita yang langsung pergi meninggalkan Budi dan Luna di tempat itu.

Setelah Linda pergi, Luna pun mengajak Budi untuk ke ruangannya yang terletak di belakang toko yang bersebelahan dengan ruang untuk para karyawan.

“Mari ikut saya” ujar Luna yang beranjak meninggalkan meja kasir itu.

“baik Bu” sahut Budi yang berjalan mengikuti Luna dari belakang.

Hingga mereka sampai di depan sebuah pintu yang bersebelahan dengan gudang dan ruangan untuk karyawan.

“Mari silahkan masuk Mas” ujar Luna mempersilahkan masuk Budi.

“iya Bu” sahut Budi yang mengikuti Luna masuk ke dalam ruangan itu.

Di toko, Linda dan kedua temannya yang sedang sibuk menata barang barang yang baru saja mereka ambil dari gudang, kini kedua teman Linda yang tak lain adalah Dila dan Ina sedang kepo dan menginterogasi Linda yang baru saja menghadap Luna atau bos mereka.

“Lin, ada apa barusan elo di suruh menghadap Bu Luna?” seru Ina yang tampak sekali sedang kepo.

“kepo elo ???” balas Linda dengan nada mengejek pada Ina.

“ih nih anak ya, di tanyain baik baik jawabnya malah ngeselin. Nggak tahu apa kita lagi cemas sama elo yang tiba tiba di panggil sama Bu Luna” sungut Ina yang tampak kesal dengan tanggapan Linda padanya.

“cemas kenapah?????” sahut Linda dengan entengnya yang membuat kedua temannya semakin kesal.

“ctak...!!!” sentilan jari lentik Ina pun mendarat dengan sempurna tepat di kening mulus Linda.

“aw....!!!! Sakit bego!!!” pekik Linda seraya memegangi keningnya yang di sentil oleh Ina.

“biarin sakit!!!!” sungut Ina yang berpura pura ngambek serta menyilangkan tangannya di depan dada.

“Eh Lin, tuh Mbak janda muda ngapain sih tadi manggil elo?” lirih Dila yang sedari tadi hanya memperhatikan kedua temannya.

“nih juga ikut ikutan kepo” sungut Linda.

“ayolah Lin cerita, sumpah nih kita kepo banget” rengek Dila memaksa Linda untuk bicara.

“baiklah gue akan cerita sama kalian” sahut Linda.

“Jadi Bu Luna barusan tuh manggil gue karna Dia mau nanyain orang yang anter gue barusan” lanjut Linda menceritakan mengapa ia di panggil oleh bosnya.

“hah...!!! Ngapain tuh Mbak Janda nanyain cowok yang anterin elo tadi?! Apa hubungan Dia sama cowok tadi Lin?” sahut Ina yang tadi berpura pura ngambek.

“heum.. jangan jangan Dia naksir sama tuh cowok yang nganter elo. Atau jangan bilang kalian terlibat cinta segitiga” timpal Dila dengan asumsi konyolnya.

“pletak....!!!” mendengar asumsi Dilla tentang dirinya, secara spontan Linda pun melayangkan sentilan mautnya pada kening Dila.

“auw....!!! Sakit anjir...!!!” pekik Dila yang tak terima di sentil keningnya oleh Linda.

“salah sendiri masih pagi juga, otak elo dah liar banget bikin kesimpulan. Lagian gue nggak segila itu Dil hancurin rencana pernikahan gue sendiri sama Deni yang hanya tinggal menghitung hari” sungut Linda yang tampak kesal dengan asumsi Dila tentang dirinya.

“iya iya sory Lin” ujar Dila.

“lah tapi apa hubungannya si bos sama si itu cowok yang anter elo tadi?” sambung Ina yang masih penasaran.

“jadi Bu Luna nanyain Budi, karna Budi kemarin kan sempat melamar kerja ke sini dan kemarin Bu Luna belum ngasih keputusan mau nerima Budi atau nggak. Dan ini tadi Bu Luna nanyain Budi ke gue karna Bu Luna mau nerima Budi kerja di sini nemenin Pak Sarmun. Dan kebetulan juga Budi masih di sini ya gue bilang aja sama Bu Luna kalau orangnya ada di sini,eh sama Bu Luna malah gue di suruh manggil Budi buat menghadap Bu Luna ” lanjut Linda bercerita.

“owh... Jadi gitu ya Lin, sory ya gue udah berpikiran yang nggak nggak tentang elo” sambung Dila.

“iya nggak pa pa Dil, gue tahu kalau elo cuma bercanda aja” Balas Linda.

Saat mereka sudah menyelesaikan pekerjaan mereka di rak yang sedang mereka isi dan hendak berpindah mengisi rak yang kosong, Duma pun memanggil Linda.

“Mbak Linda, tolong ke sini sebentar” seru Luna memanggil Linda.

“iya Bu” sahut Linda yang langsung meninggalkan ke dua temannya dan menghadap Linda.

“maaf Bu, ada apa Bu Luna memanggil saya ?” tanya Linda ketika ia menghadap Luna.

“ini Mbak, tolong anterin Mas Budi ke ruangan untuk karyawan dan sekalian tolong berikan baju kerja untuk Mas Budi” tutur Duma menyampaikan tujuannya memanggil Linda.

“baik Bu” sahut Linda.

“ayo sini Bud Mbak anter kamu” ajak Linda pada Budi.

“iya Mbak” sahut Budi yang mengekor di belakang Linda.

“eh Mbak lin bentar” seru Luna pada Linda yang hendak memasuki ruangan untuk karyawan bersama Budi.

“iya Bu ada apa ?” sahut Linda yng seketika menghentikan langkahnya dan membalikkan badan menghadap ke arah Luna.

Luna pun langsung menghampiri Linda yang berdiri dengan Budi di hadapan pintu ruangan tersebut.

“Mbak Linda, mulai sekarang jangan panggil saya dengan sebutan Bu lagi ya” ujar Luna ketika menghampiri Linda.

“loh memangnya kenapa Bu, apakah ada yang salah dengan panggilan kami terhadap I...” balas Linda yang potong oleh Luna.

“Mbak Linda, tolong jangan panggil Bu lagi ya. Panggilan tersebut kaya nya nggak pantes buat saya dan kedengarannya juga kok kesannya saya tua banget. Lagian usia kita kan juga nggak jauh berbeda selisihnya Mbak, mulai sekarang tolong jangan panggil saya dengan sebutan Bu lagi ya, tolong beritahukan juga untuk teman teman yang lain biar mereka nggak manggil saya seperti itu lagi. Panggil aja nama atau kalau nggak panggil Mbak gitu aja” potong Luna dengan nada suara ramah dan lembut serta menampakkan senyumnya yang jarang ia berikan pada orang orang sekitarnya.

“iya Bu eh Mbak maksud saya” ralat Linda menjawab Luna.

“ya sudah, kalau gitu Mbak antar Mas Budi untuk ganti pakaian. Cuma itu yang mau saya sampaikan” lanjut Luna dan setelahnya langsung kembali ke ruangannya.

“ayo Bud ikut gue” ujar Linda seraya menarik tangan Budi masuk ke dalam ruangan karyawan.

“Iya Mbak” Budi membalas dengan singkat.

“kamu tunggu dulu di situ, Mbak cariin baju karyawan dulu buat Kamu” ujar Linda seraya menunjuk kursi di dalam ruangan itu.

“alhamdulillah... Bersyukur banget akhirnya gue dapat kerja dan juga dapat bos yang baik”gumam Budi yang tampak senang.

“jangan senang dulu Bud, kamu belum tahu karakter aslinya ratu medusa seperti apa” sahut Linda mendengar gumaman Budi.

“maksud Mbak ?” tanya Budi.

“Ntar juga tahu sendiri kalau kamu dah lama kerja di sini. Tapi Mbak juga heran sama tuh bos janda, nggak biasa biasanya gini Dia ramah sama karyawan, apa lagi orang baru kaya kamu. eh tapi Bud, kayanya kamu bakalan jadi idola Bu Luna dan teman teman yang lain deh di sini” sambung Linda yang seketika sadar dengan perubahan sikap Luna serta teringat dengan ocehan Ina dan Dila.

“paan sih Mbak, ngaco aja kalau ngomong” tanya Budi.

“udah, kamu nikmati aja jadi resiko orang ganteng. nih buruan ganti baju kamu, Mbak ke depan dulu lanjutin kerjaan. Nggak enak sama yang lain kalau gue kelamaan di sini” ujar Linda seraya memberikan baju karyawan pada Budi.

“iya Mbak, makasih” sahut Budi pada Linda yang berjalan menuju ke pintu.

Di dalam ruangannya, Luna yang biasanya terkenal judes dan tegas, kini ia tengah senyum senyum sendiri mengingat senyum dan raut wajah tampan Budi.

“ganteng banget sih anak baru tadi, huh... Andai saja Dia seumuran sama gue” batin Luna yang sedang terngiang dengan ketampanan Budi.

“idih... Paan sih gue!! Ngapain gue malah ngehaluin anak baru itu, kaya nggak ada yang lain aja yang lebih penting dari seorang cowok. Ingat Luna, jangan lagi terpikat sama yang namanya cowok, cukup sekali itu aja elo di sakiti cowok” rutuk Luna pada dirinya sendiri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel