#####bab 4
Budi yang hari itu masih karyawan baru dan pula itu adalah hari pertama ia bekerja, Budi pun mendekat pada Linda yang memang ia kenal dan sekaligus meminta pada Linda untuk menunjukkan apa yang harus ia kerjakan.
Dengan langkah kaki yang sigap Budi menghampiri Linda yang sedang sibuk melanjutkan pekerjaannya yang telah ia tinggalkan karna di panggil Luna tadi.
“tap tap tap tap” derap langkah kaki Budi yang berjalan menuju ke arah Linda sedang melanjutkan pekerjaanya.
Mendengar suara derap langkah kaki menuju ke arahnya, seketika Linda yang sedang sibuk mengisi dan menata barang barang di rak pun langsung menoleh ke arah pusat suara tersebut berada.
“oalah kamu Bud, Mbak kirain pelanggan toko yang mau belanja. Ada apa Bud?” seru Linda sambil melanjutkan lagi pekerjaannya usai menoleh pada Budi.
“anu Mbak aku mau nanya sama Mbak, apa yang harus aku kerjakan?” sahut Budi bertanya pada Linda mengenai pekerjaan apa yang harus dilakukannya.
“mmmm tadi Bu Luna tugasin kamu di bagian apa?” sambung Linda sembari menghentikan aktifitasnya sejenak.
“tadi sih Bu Luna bilang kalau aku di sini di tugasin buat bantuin pak Sarmun, tapi berhubung kata Bu Luna Pak Sarmunnya sudah terlanjur berangkat mengirim barang, aku di suruh nanya sama teman teman yang lain untuk yang bisa aku kerjakan seraya menunggu pak Sarmun balik Mbak” ujar Budi.
“ow... Gitu ya, kalau gitu ikut sama Mbak. Mungkin kamu bisa bantu para karyawati di bagian ini Bud, sambil nunggu pak Sarmun balik” balas Linda.
“iya Mbak” sahut Budi yang langsung mengambil barang.
“ayo ikut Mbak, bantuin Mbak keluarin barang barang dari gudang untuk di tata di rak” seru Linda mengajak Budi mengambil stok barang di gudang.
Budi pun langsung mengikuti kemana langkah kaki Linda berjalan. Hingga mereka sampai di sebuah depan pintu sebelah ruangan untuk karyawan, Linda mengajak Budi masuk ke dalam ruangan itu.
“Bud, tolong bantu bawain ini keluar ya. Nanti kalau udah selesai, kamu keluarkan kardus yang itu lalu berikan pada teman kita yang namanya Ina, terus yang ini Dila, terus yang ini kamu antar ke Dini, lalu yang itu kamu kasih ke Riska” ujar Linda memberi pengarahan pada Budi.
“iya Mbak, saya akan bawa keluar barang barang ini” sahut Budi yang mulai mendorong troli.
“ya sudah kalau gitu Mbak balik dulu lanjutin kerjaan Mbak” sambung Linda seraya membawa satu dus shampoo.
Budi yang memang benar benar sudah berniat untuk bekerja, ia pun dengan semangat melakukan pekerjaan yang di perintahkan oleh kakak sepupunya itu.
Budi pun terlebih dahulu mengantarkan 4 dus sabun colek yang berbeda merek di setiap dus nya pada Linda.
“dikit dikit aja Bud, kalau banyak gini berat” seru Linda menegur Budi yang baru sampai dan menurunkan 4 dus sabun colek di depannya.
“ah enggak berat Mbak, lagian cuma segini aja masa berat. Aku kan kuat Mbak” sahut Budi yang masih semangat semangatnya.
“iya deh iya yang kuat, tapi awas aja kalau nanti kamu ngeluh kecapean saat pulang” tegur Linda seraya membuka dus yang baru di bawakan oleh Budi.
“tenang aja Mbak jangan khawatir, aku udah biasa angkat berat Mbak. Mbak lupa ya kalau aku ini muridnya hulk” sambung Budi dengan sedikit bercanda pada Linda seperti saat mereka sedang di rumah.
“iya iya Hulk, dah sana kamu ambilin mie instan yang aku tunjuk tadi, terus kamu anterin sama orang yang namanya Ina ya” balas Linda.
“ok Mbak” jawab Budi yang langsung berbalik untuk mengambil barang yang di perintahkan oleh Linda.
Namun baru saja Budi berjalan beberapa langkah, Dika pun kembali lagi pada Linda untuk menanyakan karyawan yang namanya Dila, Ina, Dini, dan Riska.
“ada apa Bud, kok udah balik lagi” seru Linda melihat Budi kembali lagi ke hadapannya.
“itu Mbak aku mau nanya, karyawan yang namanya Ina, Dila, Dini, dan Riska yang mana ya?” ujar Budi mengutarakan maksud ia kembali ke hadapan Linda.
“owh... Gitu ya Bud, baiklah Mbak kasih tahu satu persatu. Yang sedang menata barang di bagian bahan rumah tangga itu namanya Ina, yang di bagian bedak dan teman temannya itu Dila, yang di bagin snack itu Dini, dan yang di bagian minuman itu Riska” jawab Linda memberitahukan nama nama teman sekerjanya.
“owh.... Iya Mbak. Eh tapi kalau yang di belakang kasir itu siapa?” lanjut Budi saat melihat seorang gadis sibuk menata rokok di rak belakang kasir.
“owh kalau yang itu namanya Leni, jelas kan Bud?” tanya Linda memastikan bahwa Budi paham dengan yang ia maksud.
“ya Mbak makasih, kalau gitu aku balik lagi ke gudang untuk mengambilkan barang barang buat mereka” ujar Budi yang hendak melanjutkan pekerjaannya.
“Hm...” balas Linda yang sudah kembali fokus pada pekerjaannya.
Usai bertanya pada Linda, Budi pun kembali ke gudang untuk mengambilkan stok barang yang akan di pajang di rak toko itu.
Setelah beberapa saat Budi mengambil barang di dalam gudang, kini Budi pun telah keluar dengan membawa beberapa dus mie instan untuk di antar ke hadapan Ina.
“di taruh mana ini Mbak?” seru Budi bertanya pada Ina ketika ia sampai di hadapan Ina.
Bukannya menjawab pertanyaan Budi, Ina pun malah speechless melihat ketampanan Budi.
“Mbak...??? Mbak!” seru Budi yang seketika menyadarkan Ina yang sedang speechless.
ina pun seketika merasa malu dan salah tingkah saat Budi menyadarkannya yang sedang speechless.
“eh eh a anu e apa Mas?” sahut Ina yang berusaha menguasai dirinya agar tak terlihat gugup.
“ini barangnya di taruh mana Mbak?!” ujar Budi mengulang pertanyaannya pada Ina.
“owh... Letakkan saja di sini Mas” jawab Ina seraya menunjuk ke sebelah rak yang sudah tampak penuh.
“yang benar saja dong Mbak, masa ia barang segini banyaknya langsung di taruh di rak yang udah penuh gitu” protes Budo pada Ina yang asal menunjuk.
linda yang sedang sibuk menata sabun cuci dan sabun colek di rak sebelah Ina menata barang, Linda pun seketika tertawa cekikian mendengar protes Budi pada Ina yang sedang tidak fokus pada pekerjaannya karna fokusnya teralihkan dengan ketampanan Budi.
“ihikk hik hik hik hik hik...... Na Ina, baru lihat hari ini aja elo dah hilang fokus kerja elo. Gimana nanti kalau elo lihat Budi tiap hari, yang ada teman teman yang lain ngeluh karna elo kerjanya nggak fokus dan konsisten. Huh... Dasar Ina, sudah punya Adit matanya masih aja jelalatan nglirik sepupu gue. Yah namanya juga puber kedua, jadinya ya tampanmu melupakan pekerjaanku mas Budi ” seloroh Linda yang berceloteh sambil tertawa cekikian dan mengejek Ina.
“hu... Rese lo Lin” sungut Ina seraya melemparkan sebungkus mie instan pada Linda.
“wlekkk.... Nggak kena” ejek Lindaa seraya menjulurkan lidahnya pada Ina.
Melihat Ina dan Linda yang sedang beradu mulut, Budi pun meletakkan barang yang ia bawa lalu ia kembali melanjutkan pekerjaanya.
“Awas aja ya kalau sampai elo kena, jangan nangis loh” balas Ina yang semakin kesal dan hendak meleparkan sebungkus mie instan lagi pada Ina, Namun ia urungkan ketika ia mendapat peringatan dari Linda.
“In...!!!” tegur Linda seraya melirikkan matanya pada suatu arah yang mana ada Luna di arah yang tunjuk dengan lirikan mata Linda.
