4. Ku Antar Kau Pulang
Tapi Adesty dikejutkan Dav, tiba-tiba saja tangannya ditarik Dav dan didorong ke belakang lemari kayu yang cukup besar.
"Kamu mau apa?!" Adesty melotot kaget, tubuhnya dihimpit Dav.
"Ssst!" Dav menempelkan jari telunjuk di bibirnya sendiri.
Tak ,,, tuk ,,, tak ,,, tuk ,,,
Suara langkah sepatu membuat Adesty mengerti ada orang yang datang.
"Tidak ada siapa-siapa di sini?!" terdengar suara bariton diakhiri pintu yang di buka. "Di luar juga sepi. Tidak mungkin gadis itu sampai ke sini."
"Kita cari di tempat lain!"
Langkah suara sepatu terdengar semakin pergi menjauh. Adesty bernapas lega.
"Mereka sudah pergi!" bisik Dav menatap lekat iris mata Adesty yang sangat dekat.
Adesty segera keluar dari tempat persembunyiannya. Jantungnya berdetak cepat, biar bagaimana pun Dav adalah seorang pria dewasa, jadi bagaimana mungkin tubuhnya bisa sangat dekat berhimpitan di tempat sempit.
Dav membuka pintu keluar. "Sebaiknya kamu cepat pergi sebelum ada orang datang!"
Adesty sejenak melihat pada Dav sebelum melangkah pergi. "Aku tidak akan melupakan kebaikan mu," diambilnya ponsel yang ada di dalam tas. "Berapa nomor ponselmu, biar aku simpan."
Dav mengambil ponsel Adesty, diketiknya beberapa nomor di layar ponsel. "Jangan menghubungi ku kalau bukan aku yang menghubungi mu!"
"Ok!" jawab Adesty mengambil kembali ponselnya.
"Ini sudah larut malam. Apa perlu aku antar pulang?" Dav menawarkan diri.
"Tidak usah! Terima kasih. Aku bisa naik taksi!" jawab Adesty memberikan senyuman termanisnya.
Dav sesaat terkesima, hatinya berdesir.
"Sampai bertemu lagi Dav!" ucap Adesty melangkah pergi melewati pintu.
"Eh, tunggu!" tahan Dav.
"Ada apa lagi!" tanya Adesty memutar tubuhnya.
"Ingat janjimu. Suatu saat nanti aku akan menagihnya!"
"Siiip!" jawab Adesty. "Aku tidak akan melupakannya!" bergegas Adesty pergi.
"Hati-hati. Langsung pulang!" teriak Dav melihat Adesty semakin pergi menjauh.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah sepatu dari belakang Dav. "Bos."
Dav membalikkan tubuh, satu anak buahnya baru saja datang. "Ada apa?!"
"Dicari Bos Jo," jawab Tio. "Sepertinya, bos besar sedang kesal."
"Aku malas bertemu dengan Jonathan," jawab Dav. "Bilang saja saya sudah pulang!"
"Tapi bos ...."
Dav tidak mempedulikan Tio, pergi berlalu begitu saja meninggalkan Tio yang kebingungan.
Drrrt!
Ponsel disaku Adesty bergetar, dengan cepat segera dijawab setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel.
Adesty :
"Hallo, ayah."
Ayah :
"Hallo. Kenapa ponselnya baru aktif sekarang?!"
Adesty :
"Maaf. Aku tadi lupa, ponselnya dinonaktifkan."
Ayah :
"Kamu ini malah bikin ayah khawatir. Kamu di mana?!"
Adesty :
"Masih di jalan sedang mencari taksi. Aku tutup teleponnya."
Ayah :
"Hati-hati."
Adesty segera menutup sambungan teleponnya. "Ayah pasti sangat khawatir. Aku harus cepat-cepat pulang."
Pandangan Adesty mengedar ke sekeliling yang terlihat sepi. Hanya ada beberapa pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang terlihat. "Kenapa, dari tadi tidak ada taksi yang lewat? Apa pada tidur sopir taksinya?!""
Tiidh!
Adesty hampir meloncat kaget, begitu suara klakson memecah kesunyian. "Astaga!" Tangan mungilnya mengelus dada.
Mobil Fortuner hitam tepat berhenti di depan Adesty, perlahan kaca mobil bagian depan turun secara perlahan. "Hai, nona manis!"
Adesty memicingkan matanya agar bisa melihat dengan jelas orang yang duduk di belakang setir. "Dav!"
"Belum dapat taksi?" teriak Dav dari dalam mobilnya.
Adesty bangun dari duduk mendekati mobil Dav. "Belum, dari tadi aku tidak melihat taksi. Mungkin sopir taksinya pada tidur!"
"He-he. Semua sopir taksi sedang bobo manis di rumahnya, apalagi malam ini sepertinya akan turun hujan," jawab Dav. "Ngomong-ngomong, kamu mau aku antar pulang?!"
"Tidak, tidak! Terima kasih, aku tidak mau merepotkanmu," tolak Adesty.
"Tidak apa-apa. Ayo, masuklah!" ajak Dav. "Ini sudah larut malam. Tidak baik, anak perawan malam-malam begini masih berkeliaran di jalan, itu bisa mengundang kejahatan."
