Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

SI PENJERAT HATI

Mas sudah empat hari kok tidak berkabar ke Rayya, mas sudah lupa ya dengan Rayya."

Tulis Rayya di pesan yang ia kirimkan di nomer handphone Pak Ridwan. Sudah empat hari lamanya tidak ada kabar Rayya jadi bingung.

Memang perjanjian mereka selama Pak Ridwan di rumah istri sahnya maka Rayya tidak akan menghubungi, nanti Pak Ridwan yang akan menghubungi Rayya. Dan selama ini Rayya mematuhi itu karena ia tidak ingin ada masalah lagi pula Rayya juga tidak mungkin membuat masalah dengan Pak Ridwan karena ia akan kehilangan tambang emas dalam kehidupannya.

Pesannya sudah centang biru namun tidak ada jawaban. Rayya gelisah. Tidak biasanya ia dilupakan seperti ini.

Rayya suntuk, ia ingin marah tapi tidak tahu marah pada siapa.

Dalam kesendiriannya ia tiba-tiba ingat Rian, ayah kandung dari Rasya anaknya.

"Sedang apa ya lelaki itu ?"

Pikiran nakal Rayya mulai mengembara,

"bagaimana jika aku menggodanya, ia pasti masih ingin dekat denganku."

Rayya membuka profil Rian, Pak Haji yang satu ini memang selalu necis dan tampan tidak seperti Pak Ridwan yang berperut buncit dan sama sekali tidak menarik.

"Assalamualaikum." Tulis Rayya saat Rian terlihat online. Beberapa saat kemudian.

"Waalaikumsalam" tulis Rian dari sebrang.

'Yey....' hati Rayya bersorak riang.

Akhirnya Rian menjawab pesannya.

"Apa kabar ?"

"Tidak sebaik yang kamu kira."

"Hmmmm" Sahut Rayya.

"Tumben kamu ngeWA"

"Iya baru dapat nomernya dan suamiku sedang tidak disini."

"Dimana ?"

"Di rumahnya dong."

"Oh...."

"Jadi kalau mau ada tamu yang ingin lihat si kecil Rasya sepertinya situasi aman deh."

Rayya mulai mengambil kesempatan untuk menggoda. Bagaimanapun mereka pernah jadi suami istri dan pasti kenangan indah itu masih ada.

"Kamu serius, Ray ?"

"Serius apa ?"

"Aku boleh melihat Rasya..

"

"Boleh dong."

Rayya tersenyum tipis, ia membayangkan Safitri menyiksanya dulu hingga mematahkan ibu jari kakinya dan lelaki yang saat ini berbincang dengannya ini malah memilih pergi meninggalkan dirinya mengikuti Safitri HANYA KARENA SAFITRI ISTRI SAH.

Dunia begitu kejam saat itu.

Kini di dua tahun usia Rasya lelaki yang harusnya dipanggil abah itu muncul lagi.

Ini kesempatan Rayya membalas. Bukan pelakor namanya bila Rayya gagal mencengkram Rian kembali dalam dekapannya. Saat ini Rayya sangat cantik, uang Pak Ridwan telah menyulap dirinya menjadi wanita anggun, elegan dan berkelas.

Urusan rasa dalam bercinta...

cieeeh Safitri pasti kalah jauh.

Ini kesempatan, ya, ini kesempatan Rayya merebut Rian kembali serta membuat Safitri jelek itu menangis dan bersedih hati.

Lalu Pak Ridwan bagaimana ?

"Tenang saja, bila Mas Rian sudah berada dalam genggamanku aku akan mendepak Pak Ridwan dengan caraku." Seloroh Rayya dengan angkuhnya.

"Ray,"

"Hmmmm"

"Kapan mas boleh kesana ?"

"Besok boleh, sekarang juga boleh...hehehe"

"Sekarang sudah malam" Tulis Rian cepat.

"Malah bagus dong bisa gantian mengurus Rasya malam-malam" Rayya kian menantang.

"Jangan.."

"Kenapa ?"

"Nanti aku tergoda menyetubuhimu. Aku kangen Ray."

Uh...mangsa sudah terperangkap. Usai kalimat terakhir itu Rayya mengirimkan foto terseksinya pada Rian kemudian mematikan ponselnya.

"Selamat menikmati rasa penasaran Mas Rian." Tulis Rayya gemas.

Apapun alasannya Rian adalah orang pertama yang membuat Rayya terpesona, Rian juga yang telah membuat Rayya terpuruk dan Rian juga yang membuat Rayya menjadi perebut suami orang demi mencukupi hidup dan kebutuhannya.

Kini Rian hadir lagi jadi tidak salah kan kalau Rayya kembali mengambil kesempatan itu.

Rayya tersenyum, suara tangis Rasya yang terbangun tengah malam tidak cukup kuat untuk membuatnya sadar bahwa seharusnya ia memberi contoh yang baik untuk anak perempuannya itu. Malah sebaliknya Rayya menjadi bengis, kejam dan tega menghancurkan rumah tangga lain demi membangkitkan rumah tangganya..

Pagi buta Rayya menyisir rambutnya di depan kaca, ia mengusap lembut pipinya yang membulat dan kenyal terawat. Rayya merasa makin cantik sejak bersuamikan Pak Ridwan. Ia mendapatkan aliran dana yang cukup besar ke rekeningnya dan itu semua berlebih bila digunakan untuk sekedar merawat diri, makan dan biaya hidupnya yang lain. Sejak bertemu Pak Ridwan, Rayya tidak lagi berpetualang, ia menunggu suaminya datang dengan sabar di rumahnya sambil merawat bayinya.

Sebentar lagi istri Pak Ridwan pasti mengetahui hubungan mereka, tanda-tandanya sudah mulai nampak di depan mata. Haji Ridwan menjadi jarang menghubungi Rayya. Ini sudah hari ke tujuh sejak kepergiannya dari rumah ini.

Rayya kesal sendiri.

Meski pagi tadi ia masih mendapat transferan untuk jalan-jalan entah mengapa ia merasa tidak puas saja dengan semuanya.

Bagaimana bila Haji Ridwan pergi dari kehidupannya ?

Rayya belum siap.

Rayya masih memandangi wajahnya di depan kaca rias di kamarnya.

Rayya berpikir keras tentang nasib hidupnya ke depan.

Sebuah pesan masuk..

"Ray,"

Rayya melihatnya, pesan dari Ryan. Semalam Rayya memang menggodanya pasti laki-laki itu tergoda dengan kalimatnya.

"Inggih.." Tulis Rayya sopan.

"Bisa kirim alamat .."

Uh, hati Rayya bergejolak, lelaki itu akan datang mengunjungi dirinya dan bayinya, tapi kapan ?

"Untuk apa ?" Tanya Rayya sok cuek.

"Mau berkunjung, bolehkan ?"

"Kapan ?" Rayya mencoba peruntungannya.

"Hari ini.."

WOW... rasa tak percaya menjalari tubuhnya, ia bahagia tidak terkira ternyat Ryan masih juga tergoda rayuannya. Ryan masih memiliki cinta itu untuk dirinya. Mereka akan bernostalgia hari ini.

Secepat kilat Rayya mengirimkan sharelok pada nomer whatsapp Ryan dan tak berapa lama centang biru tampak di sana.

"Berapa lama untuk sampai di sini ?" Tanya Rayya.

"Sepertinya tiga puluh menit."

"Oke, Rayya siap-siap dulu ya."

"Bersiap-siap bagaimana ?"

"Memakai lulur, handbody dan minum sari rapet ☺️"

Ryan membaca pesan itu lalu tidak lagi online.

Ryan pasti sedang berangkat ke rumahnya. Rayya bergegas menuju kamar mandi.

Sebelum itu ia menarik laci kamar, meminum dua butir jamu berwarna hitam kecil.

Dengan jamu itu Rayya selalu memuaskan Pak Ridwan dan Rayya punya banyak persediaan di kamarnya.

Agar kewanitaannya tidak becek saat dinikmati lelakinya, kemudian bisa berdenyut yang membuat puas.

Lantas untuk apa Rayya meminumnya ? Bukankah Pak Ridwan tidak ada di rumah ?

"Untuk persediaan saja kalau-kalau dibutuhkan" Rayya bicara sendiri sambil mengerlingkan matanya.

Rayya memasuki kamar mandi. Tiga puluh menit kemudian.

"Bu.. ada tamu." Itu suara Marni, pasti Ryan yang datang.

"Marni, kamu masuk saja." Marni pun masuk ke kamar lalu menuju kamar mandi yang sedikit terbuka.

"Marni tolong kamu bilang pada Pak Ryan, suruh Pak Ryan masuk ke kamar ini. Gak pa pa kok, Pak Ryan itu ayahnya Rasya."

Marni mengangguk meski ia sedikit bingung.

Tak urung Marni laksanakan juga perintah nyonya rumahnya.

Mendengar itu Ryan sedikit canggung, tapi tak urung ia ikuti juga kalimat yang disampaikan oleh Marni.

Ryan memasuki rumah megah itu, batinnya menyesal, ternyata Rayya sekarang menjadi wanita yang kaya raya.

Ryan memasuki kamar yang ditunjukkan oleh Marni.

Mendengar seseorang memasuki kamarnya, Rayya sedikit berteriak dari kamar mandi.

"Siapa ?"

"Aku Ray,"

"Oh, itu Rasya ada di kasur bayi, dia sesang tidur, mas bisa lihat Rasya aku mandi dulu ya.." Rayya bicara sedikit mendesah.

Lima menit memandang bayinya, darah dagingnya, dada Ryan membuncah, ia adalah laki-laki paling tolol di dunia. Laki-laki paling tidak bertanggung jawab. Sedang ia tidak memiliki keturunan tapi tega meninggalkan keturunannya sendiri dan melupakannya bertahun-tahun lamanya.

"Rasya baik-baik saja, kan ?" Suara Rayya muncul.

Ryan melihat ke asal suara, Rayya telah keluar dari kamar mandi dengan sedikit dari tubuhnya terlilit handuk. Rambutnya basah. Hmmm... kepala Ryan terasa pening berdekatan dengan Rayya dengan penampilan seperti ini.

"Kenapa ?" Tanya Rayya yang seolah tahu keadaan lawannya.

Ryan tersenyum tipis. Rayya mendekati Ryan yang sedang menatapnya, Rayya mengambil lengan Ryan dan meletakkannya di dadanya.

"Ini benda yang Mas Ryan suka dulu, apakah mas tidak rindu ?"

Ryan terkejut bukan kepalang.

Ryan diam, ingin berbuat lebih namun takut dibilang lancang.

Ryan berpacu dengan nafasnya sendiri.

"Mas Rian boleh menghisapnya seperti dulu." Ucap Rayya di telinga Ryan.

Ryan pun menyingkap handuk yang menempel. Rian buas sekali, berganti dari kiri ke kanan, kanan ke kiri. Ryan gemas nian.

Ryan gemetar bukan kepalang.

"Ray, aku nggak tahan." Usai berkata begitu ia pun menumpahkan cairan kepuasan itu.

Ryan terkapar di ranjang Rayya.

Ryan terpejam dan Rayya pun memandang tubuhnya di depan cermin.

"Hari ini suamimu bersamaku Safitri."

Ucap Rayya dari hatinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel