BAB. 7 Bincang Santai Keluarga
Tiga hari liburan Keluarga Besar Brett di Dubai dimulai dengan kedatangan mereka di hotel mewah The Ritz-Carlton, Dubai. Hotel ini menawarkan suasana eksklusif dengan pantai pribadi yang bersih, lima kolam renang outdoor, dan kamar-kamar elegan yang langsung menghadap ke perairan biru Dubai Marina. Keluarga ini tiba dengan penuh semangat, bersiap untuk menikmati liburan singkat mereka sebelum kembali ke Jakarta.
“Yei! Sayang akhirnya keinginan kita terwujud untuk liburan di Dubai!” tutur Rayner sambil merangkul erat pinggang istrinya.
“Iya, Rey. Aku juga ikut senang,” ucap Deborah kepada suaminya.
“Dan kita bisa lebih banyak punya waktu untuk bermain kuda-kudaan, Sayang!” tukas Rayner sambil menatap penuh rasa lapar ke arah istrinya yang sungguh memikat hatinya itu.
Sementara Deborah hanya bisa tersenyum malu-malu saat ini. Apalagi Rayner sengaja membesarkan suaranya sehingga Raynard, saudara kembarnya juga ikut mendengar.
“Cih! Dasar pasangan mesum! Ini masih pagi-pagi, Rey!” sindir Raynard kepada adik bungsunya.
“Ha-ha-ha! Makanya jangan ngejomlo terus, Kakakku! Biar kamu bisa merasakan bagaimana dahsyatnya, nikmat surga dunia!” jawab Rayner sekenanya.
“Deg!” Tiba-tiba Raynard mengingat malam panasnya bersama Rebecca dulu. Namun sayangnya setelah semuanya sudah terjadi gadis itu malah menghilang tanpa sepatah kata pun dari hadapannya sampai saat ini.
Saat check-in,
Tuan Zay Brett, sang kepala keluarga, sudah lebih mereservasi kamar untuk mereka masing-masing. Nyonya Olivia dan suaminya, Tuan Zay, memilih kamar pribadi yang nyaman, sementara Raynard, putra sulung mereka, juga mendapatkan kamar sendiri. Namun, berbeda dengan Rayner dan istrinya, Deborah, pasangan muda ini begitu antusias dengan liburan dadakan mereka. Keduanya memutuskan untuk menginap di presidential suite, sebuah kamar mewah yang lebih besar, lengkap dengan segala fasilitas kelas atas.
Setelah check-in, mereka masing-masing menuju kamar. Rayner dan Deborah memasuki kamar suite mereka dengan takjub. Dekorasi mewah, ruangan yang luas, dan balkon pribadi yang menghadap langsung ke laut membuat Deborah tersenyum puas.
“Ini benar-benar luar biasa!” Deborah melompat ke tempat tidur, merasakan empuknya kasur yang mewah.
“Aku tidak percaya kita menginap di tempat seperti ini!”
Rayner tertawa kecil.
“Ha-ha-ha! Aku tahu, Sayang. Ini kejutan yang luar biasa. Daddy benar-benar tahu bagaimana merencanakan sesuatu yang istimewa untuk kita berdua.”
Setelah mengeksplorasi kamar masing-masing, seluruh anggota keluarga kembali berkumpul di restoran hotel untuk sarapan pagi. Restoran tersebut begitu mewah dengan lantai marmer berkilau, hiasan dinding yang elegan, dan aroma kopi segar yang memenuhi ruangan. Meja mereka dikelilingi oleh jendela besar yang menyuguhkan pemandangan laut yang menakjubkan.
Mereka semua duduk di meja yang sudah dipesan sebelumnya, dan dengan segera pelayan datang untuk mengambil pesanan. Setiap orang memilih menu sarapan bergaya western favorit mereka.
“Untuk Mommy, omelet dengan keju dan jamur, ya?” ucap Nyonya Olivia dengan senyum. Dia tampak bahagia berada di sini, menikmati waktu berkualitas bersama keluarganya.
Rayner melihat menu sarapan yang disediakan dan memutuskan untuk memilih menu yang kaya protein.
“Aku dan Deborah memilih steak dan telur, medium rare,” ucapnya sambil menyeringai ke arah istrinya. Rayner mengedipkan mata, membuat Deborah tertawa pelan.
“He-he-he. Kamu pasti tahu fungsinya, Sayang!” bisik Rayner kepada istrinya,
“Ini bekal untuk pertempuran kita nanti malam.” Deborah hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa geli, lalu ikut memesan salad dan roti panggang untuk dirinya.
Raynard, yang duduk di samping ayahnya, memilih sesuatu yang lebih sederhana. “Saya pesan roti panggang dengan alpukat dan telur rebus,” katanya.
Setelah semua pesanan tiba, mereka mulai sarapan dengan suasana yang lebih tenang dan nyaman. Suara denting peralatan makan yang beradu dengan piring menjadi latar belakang obrolan ringan mereka. Matahari pagi yang masuk melalui jendela besar membuat suasana semakin hangat.
Tuan Zay, yang biasanya pendiam, hari ini terlihat lebih banyak berbicara. Setelah beberapa menit menikmati makanannya, pria tegas Itu lalu meletakkan pisau dan garpunya. Diapun menatap kedua putranya, Raynard dan Rayner, dengan serius.
“Daddy ingin ngobrol dengan kalian, Ray, Rey.” Sang ayah mulai berbicara dengan nada bijaksana,
“Saatnya kita bicara tentang masa depan perusahaan keluarga ini.”
Rayner dan Raynard langsung memperhatikan, suasana yang tadinya santai mulai sedikit berubah menjadi lebih serius.
“Daddy sudah mempertimbangkan ini cukup lama,” lanjut Tuan Zay.
“Perusahaan kita sudah berkembang dengan sangat pesat, dan Daddy tidak akan bisa memimpin selamanya. Jadi, Daddy ingin mulai menyerahkan tanggung jawab kepada kalian berdua.”
Rayner meneguk jus jeruknya dan bertanya,
“Apa yang Daddy rencanakan?”
“Raynard,” ucap Tuan Zay sambil menoleh kepada putra sulungnya,
“Kamu akan mengambil alih Brett Corp, yang berfokus pada ekspansi global dan urusan investasi internasional. Ini akan jadi tugas besar, dan Daddy tahu kamu siap untuk itu.”
Raynard, yang memang sudah mempersiapkan diri untuk memimpin sejak lama, mengangguk pelan.
“Terima kasih, Daddy. Saya siap mengemban tanggung jawab ini.”
“Tentu saja, Daddy percaya padamu,” jawab Tuan Zay dengan senyum.
“Dan untukmu, Rayner,” lanjutnya sambil menoleh kepada putra bungsunya,.
“Kamu akan mengambil alih Brett TBK, yang akan mengelola operasi dalam negeri. Kamu juga akan memimpin semua urusan perusahaan di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.”
Rayner terdiam sejenak, mencerna tanggung jawab besar yang akan segera dia emban.
“Wow, itu tugas yang besar,” gumamnya, meski dengan senyuman tipis.
“Tapi aku siap, Dad.”
Deborah yang duduk di samping Rayner tersenyum bangga, meletakkan tangannya di atas tangan suaminya sebagai tanda dukungan.
Nyonya Olivia kemudian menambahkan dengan lembut, “Kalian berdua sudah tumbuh dewasa dan siap untuk ini. Kami, selaku orang tua kalian, akan selalu mendukung sepenuhnya di belakang kalian.”
“Terima kasih, Mommy,” tutur Raynard dengan tulus. “
Aku akan memastikan perusahaan Brett Corp tetap akan semakin berkembang.”
Rayner mengangguk setuju. “Kami akan menjalankan semuanya dengan baik, Daddy.”
Tuan Zay tersenyum puas melihat semangat kedua putranya.
“Itulah yang ingin Daddy dengar dari kalian. Tapi jangan lupa satu hal.” Sang ayah melanjutkan sambil bersandar di kursinya.
“Pekerjaan memang penting, tapi keluarga jauh lebih penting. Kalian harus selalu mendukung satu sama lain, karena kekuatan kita ada pada persatuan keluarga ini.”
Rayner dan Raynard saling pandang dan mengangguk. Mereka tahu, tanggung jawab besar menanti, akan tetapi dukungan dari keluarga akan membuat segalanya lebih mudah.
“Dan untuk hari ini,” ucap Nyonya Olivia, mencoba mengembalikan suasana yang lebih santai,
“Ayo nikmati liburan ini. Lupakan dulu tentang pekerjaan, kita punya tiga hari di sini!”
Raynard tersenyum lebar.
“Aku setuju, Mom! Kita masih punya banyak waktu untuk bersantai di pantai.”
“Betul,” timpal Rayner.
“Aku dan Deborah mungkin akan ke spa setelah ini. Butuh relaksasi sebelum menghadapi tanggung jawab besar.”
“Ha-ha-ha!”
Semua tertawa mendengar candaan Rayner, dan suasana kembali ringan. Sarapan mereka berlanjut dengan obrolan santai, membahas rencana mereka selama di Dubai. Hari itu adalah hari yang cerah dan penuh harapan, menandai awal dari masa depan baru bagi Keluarga Brett.
