Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kepindahan Adrian

Seminggu berlalu. Adrian mulai jarang masuk sekolah. Katanya, pindah ke rumah neneknya di luar kota. Entah kabur, entah diungsikan.

Clarissa, Livia, dan aku tetap nongkrong bareng di kantin. Dulu kami pura-pura sahabat. Sekarang kami beneran sahabat. Kami pernah dibohongi cowok yang sama. Tapi lebih dari itu, kami sama-sama belajar jadi cewek yang tahu kapan harus diam, dan kapan harus berdiri.

“Ada rencana baru?” tanya Livia, ngedip nakal.

Aku tersenyum. “Nggak sekarang. Tapi kalau ada cowok baru yang sok-sokan kayak Adrian… ya, kita tahu harus gimana.”

Clarissa ngangkat gelas es tehnya. “Untuk Kirana, si mastermind.”

Aku angkat punyaku juga. “Untuk keadilan cinta.”

Kami bersulang. Bukan untuk balas dendam, tapi untuk kemenangan kecil yang kami perjuangkan dengan senyum.

Karena sekarang, aku bukan Kirana yang cuma jadi penonton sinetron.

Aku penulis naskahnya.Dan ceritaku… baru saja dimulai.

**

Berikut Bab 3 dari cerita Kirana, berjudul "Balas yang Tak Diduga", panjang sekitar 2000 kata, dan menghadirkan twist baru: Kirana dikirimi pesan misterius dari seseorang yang menyaksikan rencananya — seseorang yang ternyata tidak tinggal diam.

---

Bab 3: Balas yang Tak Diduga

Tiga minggu setelah pensi, suasana sekolah kembali normal.

Atau… terlihat normal.

Adrian pindah ke kota sebelah. Semua drama sudah mereda, dan aku kembali jadi Kirana biasa—bukan dalang pertunjukan, bukan bintang panggung. Kami bertiga bahkan mulai jarang nongkrong bareng. Clarissa sibuk daftar lomba debat, Livia jadi koordinator tim tari. Aku? Fokus UN dan… healing, katanya.

Tapi pada dasarnya, aku gak pernah bisa betul-betul lepas dari kata "waspada".

Keadilan itu candu. Sekali berhasil menegakkan, kau bakal merasa terpanggil setiap melihat ketimpangan lain.

Tapi yang tak kukira adalah… keadilan bisa balik menuntut. Bahkan saat kamu pikir kamu sudah selesai.

---

Hari itu, aku buka loker seperti biasa.

Di dalamnya, ada amplop putih. Tidak beralamat. Tidak bertanda.

Aku buka. Satu lembar kertas. Tulisan tangan miring-miring:

> “Cantik naskahmu. Tapi hati-hati, Kirana. Panggung itu punya lampu. Dan lampu juga bisa dibalik.

—P.”

Aku berhenti bernapas beberapa detik.

Siapa ini?

P?

Aku tatap sekeliling. Loker-loker lain terbuka biasa. Teman-teman ribut soal tugas, tidak ada yang terlihat mengintip. Tapi aku merasa… dilihat.

Hari itu aku gak bisa konsen belajar. Tulisan itu terus terngiang di kepalaku.

“Lampu juga bisa dibalik.”

Artinya… ada seseorang yang tahu. Bukan cuma tahu apa yang kami lakukan ke Adrian, tapi juga mengamati dari jauh, dan sekarang dia bicara.

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel