Linda Yang Pintar Merayu
"Mari, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang laki-laki berwajah oriental menyapaku ramah saat aku telah sampai di kantor property itu.
"Saya Dita, yang tadi telah melunasi property atas nama Wisnu Chandra," jawabku .
"Oh, Bu Dita ya. Perkenalkan saya Alvin, agen sekaligus pemilik kantor property ini. Jadi tadi surat-surat yang dibutuhkan sudah saya serahkan ke notaris, Bu. Tinggal menunggu jadi saja, Bu."
"Terima kasih Pak Alvin. Dan seperti yang saya bilang di telepon tadi. Tolong di depan suami saya, pura-pura saja tidak kenal saya, dan seminggu lagi tolong tetap tagih janjinya."
"Baik Bu, saya bersedia membantu. Karena menurut saya pribadi sangat tidak suka dengan penghianat. Bu Dita tenang saja, segala informasi yang saya dapat akan saya laporkan kepada Anda segera. Silahkan tanda tangani surat-surat ini dulu ya Bu," katanya sambil menyodorkan beberapa surat.
Setelah membaca beberapa saat, maka aku pun menandatanganinya.
"Kalau begitu saya pamit ya, Pak. Terima kasih atas kerjasamanya. Setelah ini akan saya transfer uang tanda terima kasihnya. Kalau rencana saya ini berhasil, maka saya akan membeli property lagi dari sini."
"Wah semoga jadi langganan ya, Bu."
Setelah dari kantor agen property ini aku akan menuju sebuah klinik kecantikan. Sudah sangat lama sekali aku abai memanjakan diriku ini. Mungkin karena ini pula-lah salah satu penyebab suamiku cari kepuasan di luar. Namun jika adalah suami yang baik, dia akan mengingatkanku dan mengatakan apa yang dia mau padaku, bukannya malah mencari wanita lain yang lebih cantik. Dengan alasan istri di rumah sudah tak menarik lagi.
Selama perawatan di klinik kecantikan itu, aku pun mulai melihat kinerja kamera-kamera imut yang tadi sempat ku pasang di berbagai tempat.
Tujuan pertama ku tentunya adalah ruangan Mas Chandra, mari kita lihat bersama apa yang terjadi setelah kepulanganku tadi. Kebetulan kamera pengintai yang kubeli tadi adalah yang paling mahal dan canggih dari kamera sejenisnya. Jadi gambar tampilan sangat jernih, dan juga mampu mereka suara-suara yang pelan sekalipun. Kecuali suara hati lho ya, he-he.
Tampak Mas Chandra membanting keras pintu ruangan itu saat dia masuk kesana. Lalu dia segera menjatuhkan tubuhnya ke kursi kerjanya yang empuk.
"Sial, kenapa juga sih si Dita itu pake ingin kembali ngurusin perusahaan ini? Bodohnya juga aku tadi pagi sebelum berangkat ke rumah Raisa tak mengecek lebih dulu isi dompetku, akhirnya aku kecolongan juga sekarang. Belum sempat ku kuras habis isi ATM itu, eh sekarang sudah di bawa oleh singa betina itu!" Tangan kekar Mas Chandra memukul keras meja dari kayu itu, mungkin karena saking kesalnya.
"Kok bisa ya dia tiba-tiba berubah? Sepertinya dia mulai tahu kalau aku melakukan kecurangan padanya. Tapi jangan panggil namaku Wisnu Chandra, jika tak bisa mendapatkan apa yang kumau!" ucap Mas Chandra dengan senyum jahatnya.
Sepertinya dia tak akan tinggal diam dengan semua ini. Pasti dia punya banyak cara, aku takut kalau dia nekat melakukan hal-hal yang tidak terduga sebelumnya. Apa lebih baik aku sewa pengawal pribadi ya? Atau aku belajar beladiri saja?
Sesaat nyaliku memang sempat ciut, namun aku ingat lagi perjuangan Papaku mendirikan dan memajukan perusahaan itu. Jadi pantang pula bagiku untuk menyerah, sebelum bisa menyingkirkan orang yang mengancam kelangsungan perusahaan ku itu. Oke lah, lu jual gue beli, nyok mari gue jabanin.
Kemudian terlihat Mas Chandra menelepon seseorang, dan panggilan itu sepertinya langsung diangkat oleh seseorang di seberang sana.
"Kamu itu gimana sih?! Ngasih kabar kok telat! Harusnya sejak istriku masuk ruangan ini, kamu langsung ngabari aku!" sungut Mas Chandra.
Setelah diam beberap saat, sepertinya sedang mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya, Mas Chandra pun kembali berkata dengan nada tinggi.
"Kamu itu bisa kerja nggak sih?! Percuma aku menjadikanmu orang kepercayaanku di sini!" Mas Chandra menyelesaikan panggilan itu, dan mulai mengumpat.
"S**l jadi Dita akan tahu semua kecuranganku disini! Ah tapi aku yakin, akan bisa meluluhkan hatinya lagi, seperti tadi saat ada CD pink itu. Awalnya marah sih tapi lama-lama bisa terkondisikan juga. Dia kan bucin banget sama aku, lagian dia tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, pasti takut kalau aku tinggalin. Sementara aku akan mengatur strategi baru untuk mendapat uang lagi darinya. Biarlah perusahaan ini dia yang handle, malah enak kan, aku jadi tak susah-susah banyak mikir. Tinggal nongkrong, gaji banyak pula, Ha-haha. Wisnu Chandra Wijaya, kamu memang laki-laki paling beruntung di dunia ini." Tawa pongah menghiasi wajah suamiku itu.
Gayamu sok sombong dan paling pinter saja sih, Mas. Nggak ingat apa gimana raut wajahmu tadi, sudah kayak mayat hidup. Di belakangku saja kamu garang bagai macan, tapi di depanku kamu berlagak seperti kelinci. Hemmm basi banget sih. Mungkin dulu akau memang bucin, tapi sekarang tidak lagi. Dan siapa aku takut kehilanganmu, malah aku akan sangat bahagia jika wajahmu itu tak terlihat lagi di depanku.
Suara sepatu terdengar masuk ke ruangan ini, sepertinya suara sepatu hak tinggi. Woo ada kejutan lagi nih.
"Mas, ngapain sih istri kamu datang kesini?" Linda, ya benar itu adalah Linda.
Tanpa permisi Linda langsung masuk dan duduk di pangkuan suamiku. Mas Chandra pun tak marah dengan kelakuan bawahanya itu, malah dia terlihat senang.
"Memangnya kamu tadi dimarahin sama dia?" ucap Mas Chandra sambil memainkan pucuk blazernya Linda.
Adegan yang menjijikan sekali, aku beristighfar berkali-kali di dalam hati, agar bisa kuat melihat semua ini. Dari bahasa tubuh keduanya sih, sepertinya mereka sudah sangat dekat sekali.
"Nggak sih. Tapi dia tanya banyak hal. Apalagi saat dia tahu tempat sampah yang ada di bawah mejamu itu. Aku jawab saja asal, dan ternyata istrimu itu lugu sekali Mas, buktinya dia percaya saja dengan ucapanku," ucap Linda manja sambil memainkan dasi suamiku.
Berarti memang Linda berada di pihakku. Namun dia tak tahu kalau aku menaruh banyak kamera pengintai di sini, hingga dia pun tak malu-malu bergelayut manja pada bos nya itu.
"Pintar banget sih kamu," ucap Mas Chandra sambil mencubit pipi Linda, "nggak salah aku milih sekertaris pribadi kayak kamu, bisa muasin luar dalam pokoknya, ha-ha."
"Ya iyalah Linda gitu loh. Kamu sih Mas, jadi orang Hyper-*** banget, masak suka sekali ganti-ganti wanita. Nggak takut kena penyakit kamu?"
"Nggak akan ada penyakit yang menyentuhku, aku ini kebal. Aku lebih takut bila tak bisa lagi merasakan surga dunia itu."
"Memangnya kenapa sih Mas, kamu jajan terus diluar? Bukannya kalau sudah menikah itu harus setia ya?"
Ternyata Linda ini pintar sekali memancing omongan.
"Dita itu payah luar dalam pokoknya. Dulu sebelum menikah sih cantik, tapi sekarang ampun deh, lihat dari jauh saja sudah ilfeel aku itu. Kalau bukan karena dia kaya, pasti kubuang ke laut dia itu. Siapa bilang harus setia? Setia itukan kepanjangan dari Selingkuh Tiada Akhir, ha-ha-ha."
"Terus kan nanti kamu mau nikahin si Raisa itu. Apa nanti kamu bakal setia dengan dia? Kenapa juga sih kamu pilih nikahi Raisa? Kenapa bukan aku saja?"
"Raisa itu adalah tipe wanita idamanku, benar-benar bisa membuatku jatuh cinta. Apalagi sekarang dia kan sedang hamil anakku. Jadi makin mantap saja aku untuk menikahinya. Kalau soal setia sih, aku nggak bisa jamin deh. Kamu tahu kan, kalau aku ini sangat senang sekali berpetualang." Mas Chandra mengedipkan matanya pada Linda, "yuk mumpung aku lagi suntuk nih, hanya kamu yang bisa mengembalikan suasana hatiku ini," rayu Mas Chandra.
Tak henti-hentinya aku menyebut nama Allah dalam hati, menyaksikan apa yang ditampilkan kamera ini. Aku benar-benar tak menyangka kalau di luar rumah kelakuan suamiku seperti ini. Sebisa mungkin kubendung air mata ini, aku tak boleh menangis, aku kuat dan aku bukan wanita lemah lagi.
Melihat wajah bosnya yang siap memangsa, Linda langsung menjauh, "nggak ah Mas, aku lagi datang bulan ini. Lagian aku banyak kerjaan dari Bu Dita yang harus dikerjakan. Takut kena marah aku tuh."
Linda kemudian keluar dari ruangan itu. Terlihat wajah Mas Chandra sedikit emosi, mungkin sedang memendam hasrat yang tak bisa tersalurkan itu.
"Gara-gara ATM itu diambil si Dita, aku jadi tak bisa jajan enak lagi diluar. Nanti aku minta jatah pada Dita saja lah, sudah lama juga aku tak meminta padanya. Lebih baik kan, dari pada tidak sama sekali." ucap Mas Chandra sambil menyungingkan senyum licik.
Jahat sekali kamu Mas kepadaku. Tunggu saja Mas, kupastikan semua yang kau lakukan padaku ini mendapat balasan yang sakitnya berkali kali lipat. Lagian siapa juga yang mau sama kamu, lihat saja aku sudah jijik kok!.
Ku tinggalkan kamera di ruangan Mas Chandra. Kini aku akan menelepon Linda, aku ingin tahu bagaimana responya, apakah dia akan jujur tentang apa yang barusan terjadi atau ada yang di tutup-tutupi?. Panggilanku ternyata langsung direspon oleh Linda.
"Assalamualaikum Lin. Bagaimana Mas Chandra masih di kantor kah?" kataku membuka percakapan lewat udara tersebut.
"Waalaikumsalam, Bu. Iya, Pak Chandra masih diruangannya. Saya baru saja mendapat barang bukti Bu, siapa tahu akan berguna untuk Ibu suatu saat ini."
"Bukti apa itu, Lin?"
" Rekaman percakapan antara saya dan Pak Chandra, Bu. Jika Ibu memutar rekaman ini di depannya, dia tak akan bisa mengelak lagi jika sering berganti pasangan diluar rumah."
"Wah kerja bagus itu, Lin. Segera kirim ke WA-ku ya. Terus awasi dia dan kalau ada hal yang menurutmu penting atau aneh, segera lapor atau rekam seperti tadi. Habis ini aku akan kirim uang untuk jajan kamu ya. Terima kasih banyak lho ya. Wassalamualaikum."
"Sama-sama Bu. Terima kasih banyak juga. Waalaikumsalam."
Katamu tadi aku dekil ya sekarang Mas? Lihat saja nanti, aku akan banyak berubah dan bahkan bisa menjadi lebih cantik dari wanita idaman lain mu itu. Tetapi saat aku nanti telah berubah, tak sudi lagi aku bersamamu, atau mungkin kamu hanya bisa menangis saat melihat aku teryawa bahagia atas kemenanganku itu.
***** *****
Terima kasih sudah berkenan membaca, semoga sehat selalu dan dilancarkan rejekinya.
Maaf jika ada yang kurang berkenan.
