Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Menelepon Edo

Author Pov

Aras, Alfa, Haston, dan Edo berada di club, mereka tidak tahu berapa lama tidak ke tempat penuh dosa tersebut, sekali-kali mereka melepaskan penat dan membutuhkan hiburan sejenak karena pekerjaan dan masalah yang menuntut mereka di hari-hari lalu.

"Tidak ada yang menarik," Edo menghela nafasnya berat.

Haston hanya diam sambil melihat-lihat di club karena dirinya baru bergabung dengan ke empat pria bersamanya.

"Haston, jangan diam saja sekali-kali Kau manjakan milikmu itu, sungguh mengenaskan sekali jika hasrat yang meradang tidak pernah dituntaskan," ucap Edo yang menggoda Haston.

"Maaf, Aku masih menyayangi milikku agar tidak terjangkit virus."

Tidak ada balasan sama sekali karena Edo malas menanggapinya, tak lama kemudian seorang wanita berpakaian seksi menghampiri mereka berlima sambil mengedipkan matanya, lebih tepatnya ia menghampiri Aras.

"Tuan, mari bermain malam ini," goda wanita jalang tersebut dan Aras tersenyum miring.

"Baiklah," balas Aras.

Haston mengepalkan tangannya, ia merasa Aras mempermainkan Fia, dengan kepalan tangan yang kuat ia memberi bogeman ke pipi kiri Aras.

"Keparat! Berani-beraninya Kau mempermainkan Fia hah? Ingat! Kau ini sudah beristri, jika Fia mengetahuinya Aku tidak dapat membayangkan bagaimana sakit yang ia rasakan."

Aras menyeringai sambil mengusap sudut bibirnya yang robek, sedangkan wanita jalang di sampingnya mundur ketakutan dan memilih untuk menghindar.

"Memangnya kenapa? Kau tidak ada hak, dan ucapanmu benar, Aku hanya mempermainkannya," balas Aras kemudian membalas bogeman ke pipi kanan Haston.

"Itu balasannya sialan, Aku tidak menerima pukulan gratis."

Sebelum pertengkaran tersebut berlanjut, Edo dan Alfa melerai mereka karena ini akan menjadi trending topik.

"Aku sarankan kalian semua tutup mulut akan kejadian barusan, ingat! Jika berita ini tersebar siap-siap menghadapi kehancuran," ancam Alfa membuat penduduk di club tersebut mengangguk ketakutan.

Mereka semua telah pulang, terutama Aras yang telah sampai di rumah dan disambut oleh Fia.

Fia memeluk suaminya erat dan mengecup pipinya lembut, sungguh istri yang baik, tapi tidak bagi Aras. Pandangan tajam dan sifat yang dingin merupakan mimpi buruk untuk Fia, semalam Aras sangat lembut tapi kali ini Aras berubah.

Fia mengernyitkan keningnya, pelukannya tak mendapatkan balasan sama sekali, Fia mendongakkan kepalanya dan menatap wajah dingin Aras.

"Aras, ada apa denganmu? Ada masalah?" tanya Fia lembut.

Aras tidak membalasnya dan melepaskan pelukan Fia dengan kasar, ia merasa lelah hari ini.

Sebelum Aras beranjak Fia menahan lengannya dan memandang wajah suaminya lirih, "Sudut bibirmu terluka sayang, siapa yang melukaimu?" tanya Fia.

Aras tersenyum miring, sejenak pikiran licik terlintas di otaknya.

"Tanyakan pada teman sialanmu itu, apapun yang ia katakan jangan Kau percayai, mulut yang pandai bermain dengan lisan yang penuh dusta, sekali lagi aku tekankan, jikan Kau mempercayainya silahkan pergi dengannya dan tinggalkan saja Aku," jawab Aras.

Fia menggelengkan kepalanya, dilain sisi ia tidak percaya apa yang dikatakan Aras karena Haston tidak akan melakukannya jika Aras tidak berbuat masalah, tapi disisi lainnya lagi ia tertekan perkataan Aras barusan menuntutnya untuk percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Haston nantinya hanyalah kepalsuan.

"Aku percaya," putus Fia, ia harus mempercayai suaminya.

"Bagus."

Setelah itu Aras meninggalkan Fia dan masuk ke kamar dengan pintu yang berbunyi keras.

"Dia ingin sendiri. Aku harus meminta penjelasan kepada Haston tentang hal ini." ucap Fia sambil menyatukan tangannya.

Fia mengambil ponselnya kemudian menghubungi Haston dan memintanya untuk bertemu esok hari.

Esok hari tepatnya pukul sepuluh pagi Fia dan Haston bertemu di suatu restoran mewah.

"Bagaimana kabarmu Fia? Tumben Kau mengajakku untuk bertemu," tanya Haston dengan wajah yang berseri.

"Aku tidak suka bertele-tele Haston, Aku mengajakmu bertemu untuk membicarakan kejadian semalam yang di mana sudut bibir Aras terluka, bisa Kau jelaskan?" tanya Fia datar.

Wajah yang tadinya bahagia berubah menjadi kecewa. Haston tersenyum lirih.

"Aku yang memukulnya, Kau tidak tahu bahwa suami bejatmu itu ingin bermain dengan jalang semalam," jawab Haston.

Fia terkejut ia melihat tatapan Haston yang menajam dan serius tapi ia mengingat perkataan Aras semalam.

Tanyakan pada teman sialanmu itu, apapun yang ia katakan jangan Kau percayai, mulut yang pandai bermain dengan lisan yang penuh dusta, sekali lagi aku tekankan, jikan Kau mempercayainya silahkan pergi dengannya dan tinggalkan saja Aku.

Apapun yang ia katakan jangan percaya. Batin Fia.

"Dasar pembohong! Kau sengaja kan? Agar rumah tanggaku dengan Aras hancur! Aku tahu Haston bahwa Kau menyukaiku dan ingin memilikiku tapi tidak dengan cara ini, Kau harusnya sadar bahwa Aku telah bersuami, dengan liciknya Kau ingin menuduh bahwa Aras berselingkuh? Maaf Haston Aku tidak mudah untuk Kau bodohi," balas Fia membuat Haston tidak percaya, Haston merasa sakit hati ketika kalimat tersebut terucap di bibir manis Fia.

Haston menggelengkan kepalanya kuat, "Aku tidak berbohong Fia, dia benar-benar ingin berselingkuh, jika Aku tidak memberinya bogeman pasti mereka akan bermain, Kau harus percaya Fia Aras hanya bermain-main denganmu, buktinya ia membalas bogemanku dan memukul ku juga, lihatlah pipi kananku membiru dan sudut bibirku juga terluka."

Penjelasan Haston sia-sia karena Fia tetap tidak percaya, malah Fia menampar pipi kiri Haston.

"Itu sebagai tambahan, berani sekali Kau menuduh Aras yang tidak-tidak Haston."

Setelah itu, Fia meninggalkan Haston yang terluka.

Haston memegang dadanya yang sakit, meremasnya kuat sehingga rasa tersebut mengalir ke dalam genggamannya.

"Fia sayang, suatu hari Kau akan mengerti betapa liciknya suamimu itu, dan Aku yakin Kau akan menderita dan menyesal, Aku hanya dapat berdoa agar Tuhan selalu melindungimu," lirih Haston.

Haston beranjak dari duduknya kemudian meninggalkan restoran tersebut dengan makanan yang tak tersentuh sama sekali.

Haston Pov

Rasanya sakit sekali ketika wanita yang engkau cintai menuduhmu sendiri, apa salahku? Aku berusaha melakukan yang terbaik untuk membahagiakannya, walau ia milik orang lain.

Aku akui ini salah, tapi perasaanku? Semakin Aku berusaha untuk melepaskannya semakin kuat pula perasaan tersebut bertahan.

Sekarang ini Aku berada di kamar dengan sebotol minuman keras yang menemaniku membuat sedikit perasaanku menenang.

Lagipula banyak wanita di dunia ini untuk apa mengejar Fia yang tentunya tidak akan membalas perasaanku, yang ada hanyalah hinaan dan fitnah yang ia tuduhkan dan ini semua karena Aras!

Seandainya ia tidak menikahi Fia maka sekarang ini pasti kami akan bahagia, sungguh pengecut Aras yang berani menjelekkan diriku di depan Fia.

Hahaha, tunggu saja. Akan kubuat dirimu menderita Aras! Dan Fia? Akan menjadi milikku.

Pikiranku menjadi buyar ketika pintu terbuka, ternyata adikku Delvi yang masuk ke dalam kamar.

"Kakak, berhenti meminumnya, alkohol tidak baik bagi kesehatan," Delvi merebut botol yang kupegang kemudian menaruhnya ke dalam keranjang sampah.

Aku tersenyum lirih, tidak ada gunanya seperti ini. Delvi adik satu-satunya yang kumiliki tentunya harus Aku lindungi.

Aku memukul kepalaku sendiri, aku memang bodoh, mengapa aku lupa bahwa aku harus mengurus seseorang yang aku punya yang malah berdiam diri di kamar dan meratapi nasib yang memilukan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel