Pemotretan.
"Permisi pak!" Ujar asisten pribadi Adhisti secara sopan kepada Cakra.
Kemudian Cakra pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ramah. Beberapa detik kemudian pintu ruangannya kembali tertutup seperti sedia kala.
"Semisal kayak asistennya kan enak tuh di lihat, sopan, baik, ramah. Nggak kayak tuh wanita, udah judes, galak, nggak sopan lagi." Ujar Cakra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tapi.... Dia cantik banget sih," Gumam Cakra lagi sambil tersenyum sendiri, membayangkan wajah cantik Adhisti.
"Cantik banget ya allah," Pekik Cakra sambil tersenyum semangat.
Tak lama kemudian. "Siapa yang cantik bos?" Tanya Kevin secara tiba-tiba dari arah pintu.
Sontak Cakra pun menutup mulutnya, kemudian dengan segera ia pura-pura merapikan jasnya kembali agar terlihat cool. "Ekhem..!! Ada keperluan apa kamu kesini?" Tanyanya dengan nada dingin.
"Saya kesini mau menyerahkan data yang harus bos tanda tangani." Ujarnya sambil berjalan kearah Cakra.
Kevin ini adalah asisten pribadi sekaligus sekertaris Cakra. Awalnya mereka sama-sama tidak kenal, mereka bertemu di sebuah mall. Cakra menemukan Kevin sedang duduk melamun di depan mall. Saat itu Cakra baru saja metting dengan client di restoran mall tersebut, baru saja ia hendak melangkahkan kakinya meninggalkan mall itu, namun pandangannya teralihkan menatap lelaki muda yang tengah duduk melamun. Saat ia bertanya ternyata Kevin baru saja ditolak lamaran kerjanya, Cakra merasa sangat kasihan dengan lelaki yang ada di depannya, kemudian ia mengajak Kevin untuk bekerja dengannya. Itulah awal dari pertemuan mereka, saat ini Kevin sudah menjadi sahabat sekaligus rekan kerja yang baik untuk Cakra.
"Kemarikan berkasnya,"
Dengan segera Kevin pun menyerahkan berkas tersebut kepada Cakra. Secepat kilat Cakra menandatanginya, tanpa membaca isinya terlebih dahulu.
"Bos, tadi saya melihat ada wanita cantik dibawah. Umurnya sepertinya sudah dewasa, tetapi pesonanya beuhhh!!! Memabukkan bos!" Ujar Kevin sambil memainkan lidahnya.
Cakra yang awalnya fokus menatap berkasnya pun mendongakkan kepalanya. Ia yakin bahwa seorang wanita yang dimaksut Kevin adalah Adhisti. Seketika raut wajaah Cakra berubah menjadi garang. "Jangan berani-berani kamu mendekatinya!" Ujar Cakra memperingati Kevin.
Sontak kevin menggelengkan kepalanya. Sudah ciut nyalinya ketika melihat bosnya mengeluarkan khodam macannya. Dengan segera ia pun mengalihkan pembicaraan.
"Hari ada metting dengan Mr. Jhons, di restorant sebrang."
Cakra mengernyitkan dahinya. "Hari ini?"
Kevin pun mengangguk. "Iya jam satu siang nanti, beliau sekalian mengajak makan siang bersama!" Jelasnya kepada sang CEO.
Cakra menghela nafasnya kasar. "Pending aja lah! Aku mau melihat sesuatu." Ujarnya tidak memebelokkan ucapannya.
"Melihat apa bos?" Tanya Kevin penasaran dengan bos besarnya ini.
Cakra pun menggelengkan kepalanya. "Saya mau melihat data karyawan." Ujarnya bohong. Padahal Cakra ingin melihat Adhisti melakukan prosesi pemotretan.
Kevin pun mengangguk paham. Setelah itu ia menerima berkas yang Cakra serahkan. Sempat ia cek sekilas, memastikan bahwa semua berkas sudah Cakra tandangani, saat ia rasa semuanya sudah beres Kevin pun berpamitan kepada Cakra.
"Saya kembali ke ruangan saya dulu ya pak! Dan saya juga akan berbicara dengan Mr. Johns."
Cakra mengangguk. Setelah itu Kevin pun melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Cakra.
"Untung aja si Kevin tidak curiga! Anda saja tadi dia bertanya banyak bisa-bisa aku di bully habis-habisan sama dia." Gumam Cakra sambil memainkan bolpoint yang ia pegang.
Tiba-tiba ia teringat tentang Adhisti yang tengah make up di ruang pemotretan. "Kira-kira pemotretannya sudah mulai atau belum ya? Pasti Adhisti sangat cantik di make up." Gumam Cakra pelan sambil tersenyum membayangkan wajah cantik Adhiti.
Kemudian Cakra pun beranjak dari duduknya, ia hendak memantau proses pemotretan, namun lebih tepatnya Cakra ingin melihat Adhisti pemotretan. Dengan segera Cakra berjalan keluar ruangan.
Tak lama kemudian Cakra sampai di ruangan pemotretan. Disana Cakra celingukan mencari keberadaan Adhisti namun tidak ada sama sekali. Kebetulan crewnya sedang lewat di depannya.
"Hei Dimas,"
"Eh iya pak."
"Model satunya lagi dimana?" Tanya Cakra kepada Dimas.
"kayaknya masih di ruang make up pak,"
Cakra menganggukan kepalanya, kemudian ia meminta Dimas untuk melanjutkan kembali pekerjaanya. Detik itu juga Cakra duduk di sofa yang letaknya berada di depan tempat pemotretan yang telah di sediakan. Sambil menunggu Adhisti keluar, ia memainkan ponselnya sejenak mengecek pekerjaannya.
Tak lama kemudian fotografer mengintruksi untuk semua model berkumpul. Dan detik itu juga Cakra mendongakkan kepalanya, seketika mata Cakra memelotot melihat Adhsiti tengah keluar dari tirai pembatas ruang make up.
Matanya tidak kedip melihat Adhisti. Penampilan Adhiti sangatlah sederhana, namun berhasil membuat Cakra terpana. Aura Adhsiti sangatlah bagus sebagai seorang model, parasnya yang cantik natural membuat siapa pun terpana melihatnya.
"Cantik banget sih tante!" Gumam Cakra pelan sambil menggelengkan kepalanya. Namun tak lama kemudian sebuah tepukan di bahunya membuyatkan pandangannya kepada Adhisti.
Pluk.
"Hayo lihat yang seger-seger langsung bengong!"
Sontak Cakra menolehkan kepalanya menatap lelaki yang ada di belakangnya. "Kevin! ngapain kamu ada disini?" Tanya Cakra dengan nada dingin.
"Ganggu orang lagi cari vitamin aja!" Celetuk Cakra dingin. Setelah itu pandangannya kembali kepada Adhisti.
Kevin pun iku menatap arah pandang Cakra. Seketika ia ikut terpana melihat para model yang kini tengah berpose bersama dengan arahan fotografer. Namun detik selanjutnya ia menggelengkan kepalanya, ia ingat tujuannya kesini.
"Mr. Jons tidak mau di pending pak mettingnya, beliau mau sekarang juga karena waktunya hanya satu hari disini. Besok dia akan kembali ke London!" Jelas Kevin menyampaikan amanah yang diberikan Mr. Jons.
Sontak Cakra menolehkan kepalanya menatap Kevin sambil menyernyitkan dahinya. "Harus banget?"
Kevin mengangguk.
"Berkasnya sudah siap?"
Kevin mengangguk lagi.
Cakra bangkit dari duduknya. Kemudian ia merapikan jasnya sebentar, setelah itu ia mengajak Kevin untuk berangkat metting. Namun sebelum itu ia melirik sekilas jam tangannya.
"Berangkat sekarang!"
Kevin mematung di tempat melihat bosnya berjalan mendahuluinya. Padahal ia mengira bahwa bosnya ini tetap tidak mau metting, namun dugaannya salah. Tak lama kemudian suara Cakra berhasil membuat Kevil buyar lamunannya.
"Kevin buruan!" ujarnya sedikit keras.
Sontak Kevin pun tersentak. "I-iya pak, saya sudah jalan kesana." Ujarnya bohong. Dengan segera ia pun berlari mengejar Cakra yang sudah berjalan sampai depan lift.
Sementara di ruang pemotretan Adhisti tengah asik bersama dengan rekan kerjanya yang lain untuk berpose. Sudah banyak pose yang fotografer tangkap dari mereka. Kini saatnya mereka berganti pakaian untuk yang kedua kalinya. Sementara pemotretan akan dilakukan setelah ganti baju tiga kali.
"Oke ladies kalian boleh istirahat sebentar selama tiga puluh menit, setelah itu ganti baju untuk yang kedua kalinya ya!" Ujar salah satu manajer di kantor ini.
Mereka semua pun mengangguk setuju. Setelah itu mereka berjalan ke sofa yang telah disediakan disana, bersama dengan meja makan yang lengkap dengan makanannya.
"Selena, tidak ada notif masuk kan?" Tanya Adhisti kepada asistennya.
Selena pun menggelengkan kepalanya. "Tidak kak,"
Setelah itu Adhiti pun me gangguk melanjutkan makan siangnya. Pada saat ia sedang asik dengan makanannya, tiba-tiba ada seorang wanita yang lebih muda darinya duduk di samping Adhisti bersama dengan asistennya.
"Hai kak, bolehkah saya bergabung?" Tanyanya sopan.
Adhisti pun tersenyum kemudian ia mengangguk ramah. "Boleh dong, silahkan."
Wanita itu pun duduk di samping Adhisti. "Oh iya kakak anggota baru ya? Dari mana kak kalau boleh tau?" Tanyanya.
"Saya dari Tokyo, kebetulan saya baru pertama kali bekerja sama dengan perusahaan ini, kalau kakak sendiri sudah lama ya pasti?"
"Kurang lebih satu tahun kak. Btw perkenalkan nama saya Ranti," Ujar wanita itu berkenalan dengan Adhisti.
"Saya Adhisti."
"Salam kenal ya kak! Semoga kakak betah bekerja disini," Ujar wanita yang ia sebut sebagai Ranti itu.
Adhiti menngangguk. "Semoga ya,"
'Harus betah dong, misi belum di mulai masak mau kabur!' Batin Adhisti dalam hati.
Setelah itu mereka pun melanjutkan makan siangnya bersama. Sebelum mereka kembali melakukan aktivitasnya lagi.
