Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 1 : Six Month

Laura mengedarkan pandangannya ke tiap arah, sejenak merapatkan sepasang earphone yang terpasang erat di telinganya. Ia mengeluh pelan, lalu menaikkan sebuah senjata laras panjang tipe M16 di dadanya.

"Aku akan masuk!"tandas Laura berani. Ia gadis gila, pengalaman buruk di masa lalu merubah total hidupnya.

"Laura, tunggu!"

Brakk!!

Gadis tersebut menendang pintu yang ada di depannya dan langsung membuat penghalang itu terbuka lebar. Seketika ia menembakkan peluru dari barisan senapan serbu tersebut, mengenai jantung-jantung para lawan secepat kilat.

"Laura!"teriak seseorang terdengar tegas di telinganya. Gadis itu, tidak peduli dan terus melangkah masuk ke dalam ruangan yang harus nya terjaga ketat itu. Sungguh, aksinya membuat jantung Steven berpacu cepat.

Seseorang mendadak keluar dari salah satu ruangan, namun, tidak membuat gadis tersebut gentar sedikitpun. Ia menangkap senjata yang di pakai stranger tersebut dan menendang perut lawannya.

Dorrr!!"

Laura menembak, membiarkan musuhnya jatuh satu persatu. "Shit!"tukas gadis tersebut saat senapannya macet.

Ia membuang benda tersebut sembarangan, menarik handgun yang ada di balik sakunya dan kembali menembak tepat di kepala satu lawannya.

Mendadak, tiga orang yang entah dari mana ikut mendekat menodongkan senjata yang sama dengannya. "Jatuhkan senjata mu!"perintah salah satu pria yang memiliki mata biru, berperawakan cukup tegas.

Laura tersenyum tipis, ia mengulum bibirnya malas. Tampak sangat remeh. "Kau tidak dengar? Jatuhkan senjata mu!"tegas pria tersebut kembali sambil menodongkan senjata secara bersamaan dengan team nya.

"Baiklah, santai saja!"balas Laura sambil melempar tatapan yang cukup awas. Gadis tersebut kembali mengeluh lalu duduk berjongkok untuk meletakkan handgun tersebut ke lantai.

"Sudah!"ucapnya datar.

"Berdiri dan naikkan tanganmu ke atas!"perintah pria itu lagi cukup ragu.

"Ya Tuhan. Kau banyak perintah!"tukas Laura merasa tidak terima jika pekerjaannya tertunda karena hal tidak penting.

"Cepat! Atau aku akan—"

Dor... Dorr .. Dorrr..

Seketika Laura mengambil kembali handgun tersebut dan melepaskan tembakan yang sangat akurat, tanpa kompromi. Dua peluru mengenai jantung lawan, sementara satunya meleset ke arah paha kanan hingga kaki stranger itu mendadak kaku.

"Katakan, dimana servernya!"tandas Laura sambil meremas kuat rambut lebat pria yang tampak menahan rasa sakit tersebut.

"Aku mohon jangan—"

"Dimana servernya!"pekik Laura lebih sarkas hingga pria tersebut langsung menyatukan kedua tangan.

"Kau bisa naik ke lantai 24, semua server tersimpan di sana!"jelas pria tersebut membuat Laura langsung paham. Ia menaikkan tubuhnya kembali dan mengedarkan pandangan begitu penuh ambisi.

Dor!!

Ia menembak, membunuh pria tersebut sambil melewatinya begitu saja. Laura, melangkah menuju elevator dan membiarkan dirinya terbawa naik hingga lantai utama. Ia menunduk sejenak, melirik arloji yang melekat di pergelangan tangan kiri nya.

"Sebentar lagi team SWAT akan datang!"kembali, seseorang bicara cukup jelas di telinganya.

"Aku akan mendapatkan data itu,"Laura membalas, ia melepas earphone dan menginjak hanya dengan satu kakinya.

Tingg!

Elevator terbuka, membuat gadis tersebut langsung menarik sebilah pisau dari balik sepatu modifikasi nya. Mata biru gadis tersebut beredar begitu cerah mengelilingi ruangan yang tampak kosong.

Tap!!

Laura memutar pandangannya ke tiap tempat saat lampu ruangan berwarna biru hidup secara bersamaan, menampilkan kotak besar berisi server yang menyimpan puluhan juta data penduduk Florida, gedung warehouse server.

"Aku harus cepat!"Laura meraih ransel yang ada di punggungnya, mengeluarkan laptop dari tempat tersebut untuk menyambungkan antara server dan alat-alatnya sendiri.

"Cepatlah,"pikir Laura memakan kabel-kabel yang kini tersambung rapi.

Dua puluh detik kemudian, Laura tampak mengetik laptopnya. Mengerahkan lima jarinya untuk memasang perangkap sekaligus. Sesekali mata biru miliknya beredar ke tiap ruangan, sekadar memastikan keamanan.

"Complete!"Laura menyusupi virus berbahaya pada data tersebut dan segera melangkah menjauh sambil mengendalikan laptop miliknya.

"Cari sampai dapat!"

Deg!!

Jantung Laura mendadak berpacu cepat saat menangkap suara asing yang ada di ruangan besar tersebut. Gadis tersebut menyimpan laptop di dalam ranselnya kembali. Melangkah begitu hati-hati sambil menggenggam kuat pisau yang ia miliki.

"Hey berhenti!"tandas seorang pria berpakaian SWAT lengkap dengan senjatanya. Ia ketahuan.

"Sial!"Laura melebarkan langkah, mencari tempat untuk bersembunyi dan menerima tembakan beberapa kali ke arahnya. Beruntung, semua peluru tersebut meleset.

"Kepung!"tegas salah satu pria yang terdengar begitu parau membuat Laura semakin khawatir. Ia menarik napas untuk berpikir sejenak.

Dor!!

Sebuah tembakan nyaris mengenainya membuat semua pikiran Laura buyar seketika. Gadis itu menelan ludah, ia meraih flashbang menarik pematiknya dan melempar benda tersebut sembarangan.

Suara dentuman langsung terdengar lantang dari granat setrum tidak mematikan tersebut. Seketika, berhasil mengacaukan indra musuh. Mereka buta mendadak sekitar lima detik.

Laura mengambil langkah, berlari kencang menuju lift dan turun dari lantai utama tersebut. Gadis tersebut merapatkan tubuh pada besi elevator dan menahan napasnya hingga benda tersebut membawanya ke dasar.

Napas Laura seketika memburu saat pintu elevator terbuka, Ia memegang erat pisau tajam miliknya sekaligus mulai melangkah begitu hati-hati.

"Okay, mereka menepati janji untuk mengamankan ku di basemant!"batin Laura sambil berhitung dalam hatinya perlahan.

"One two three four five.....Bommmmm!!!"

Seketika, terdengar ledakan kuat, menghancurkan dan mematikan seluruh aliran listrik bangunan pencakar langit tersebut. Laura tersenyum tipis, melenggang santai menuju mobil sport mewah yang sudah menunggunya sejak tiga puluh menit di sana.

"Ini milikmu!"tandas Laura sambil melempar ranselnya pada pengemudi mobil sport tersebut.

"Baiklah, aku akui kau mengesankan!"balas pria tersebut mulai menjalankan mobil miliknya. Meninggalkan lokasi yang sebentar lagi akan di padati ratusan anggota SWAT.

"Maxent, Kapan semua ini berakhir?"

"Hingga hutang mu lunas! Kau harus ingat, apapun yang kerjakan ada nilai dan harganya!"

"Sialan! Mobil mu hanya lecet, namun aku harus mengganti seharga satu mobil."protes Laura sembari melepas seluruh penyamaran yang ada di tubuhnya.

"Ah ya— setelah hutang mobil lunas, kau harus membayar biasa sewa dokter pribadi dan—"

"Apa? Kau gila?"tukas Laura merasa di permainkan. Semua terjadi akibat penyerangan oleh kelompok tidak di kenal enam bulan lalu, gadis tersebut harus berurusan dengan Maxent sangat jauh. Ia menolak uang kekasihnya, Steven. Pelunasan hutang harus di lakukan dengan transaksi berbahaya sesuai perintah Maxent, Atau lebih tepatnya kelompok hacktivis Golden Vogos yang menjadi musuh besar The Prinsphone, tempat Laura bernaung di dalamnya.

"Kau harusnya berterimakasih, karena aku tidak mengungkap identitas mu, jadi lakukan saja semuanya atau kau—"Maxent mengulum bibir, ia mengepal tangan kuat-kuat di kemudi mobilnya dan melirik ke arah Laura yang sialnya hanya memakai underwear.

"Kau apa?"tandas Laura sembari memasang sehelai pakaian tipis yang tidak mampu menutupi tubuhnya.

"Mungkin, kita bisa menjadi partner di ranjang!"timpal Maxent membuat gadis tersebut menoleh dengan tajam sambil mengepal tangan.

"Di ranjang? Bagaimana kalau di pinggir jalan saja?"tawar Laura begitu berani sambil menaikkan alisnya. Maxent mengulum lidah tampak meneliti spion mobilnya.

"Ah di sana sepi, kita bisa melakukan quick seks!"tegas Laura tampak memberi harapan.

"Baiklah,"Lantas, Maxent langsung menepikan mobilnya dan menerima sentuhan lembut di bagian yang cukup intim. Sialan! Laura tampak nya lebih agresif dari yang ia pikirkan.

Dalam beberapa detik, miliknya langsung menegang tanpa kompromi. Sentuhan tangan Laura membuatnya panas, menyusup masuk ke bagian dalam.

"Hm... Lumayan!"tukas Laura sambil menaikkan pandangan nya tajam.

"Kau mau mati ya! Hahh?"

"Arhhgh.. Laura.. Brengsek!"Maxent mendadak mengerang, gadis tersebut mencengkeram miliknya sangat kuat dengan tangannya.

"Harusnya kau hati-hati jika ingin masuk denganku!"

"Laura!! Lepas!"tandas Maxent memegang kuat sudut mobil dan berusaha menyingkirkan tangan gadis tersebut.

"Sekali lagi, jika kau meminta sesuatu di luar pekerjaan, akan ku patahkan milikmu!"balas Laura kembali sembari menekan tangannya lebih kuat hingga Maxent kembali mengerang hebat. Ini sangat menyakitkan untuknya, ia bahkan keringatan menahan rasa sakit.

"Laura!!!"pekiknya lantang hingga akhirnya gadis tersebut melepas pautannya yang mematikan.

"Sial!"pikir Maxent sambil meletakkan kepalanya di sudut kemudi, rasanya masih begitu menyiksa. Ia tidak bisa bergerak.

"Aku harap semua cepat berakhir, jangan menjadikan ku budak Golden Vogos!"sambung Laura sambil memasang hot pants denim shorts di tubuhnya. Lantas, segera keluar dari mobil sport tersebut untuk meninggalkan Maxent yang hanya fokus pada penderitaannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel