Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Peringatan: Berisi Konten Dewasa

“Dewiii,” keluhnya nyaris tanpa suara saat terdorong oleh Dewi membuatnya bersandar ke belakang. Dewi menekannya dengan payudaranya yang besar, mana beban berat badan Dewi, dirasa sangat pas oleh kedua paha Rangga.

“Sudah kubilang, kamu gak perlu bayar makan malamnya,” ujar Rangga pelan ke wajah Dewi yang begitu dekat dengan wajahnya.

“Dewi gak bayar, Dewi mau ucapin terima kasih,” kata Dewi sambil tersenyum manis.

“Ya, gak gini juga. Ngucapin terima kasih kok langsung duduk di pangkuan,” ucap Rangga lemah, nyaris menyerah karena ia bisa merasakan inti Dewi yang hangat dan berdenyut.

Kalimat lembut Rangga terhenti karena Dewi merunduk lalu mencium rahangnya dengan lembut.

Dewi melakukan itu tanpa napsu. Melainkan penuh pemujaan dan penghormatan. Sayangnya Rangga sedang dalam pengaruh alkohol.

Selama makan malamnya, ia telah meminum berkaleng-kaleng bir. Sekarang, ketika menemani Dewi makan, ia sudah menghabiskan enam kaleng bir. Walaupun kadar alkoholnya termasuk rendah, tetapi menghabiskan kaleng sebanyak itu, lumayan berpengaruh kepada Rangga.

Otaknya yang terendam alkohol, mengabur ketika rahangnya menerima ciuman Dewi. Di saat Dewi akan mencium rahang yang satunya, Rangga menoleh ke arahnya dan menyambut bibir Dewi dengan mulutnya.

Wanita muda itu terkesiap, tetapi tak bisa menghindar. Karena Rangga telah menahan kepala Dewi saat melancarkan ciuman panas ke mulut sang wanita.

Rangga melumat bibir mungil Dewi yang penuh, membuka belah bibir ranum itu dengan bibirnya sendiri. Rangga mendorong masuk lidahnya untuk menarik lidah Dewi membalas perlakuannya.

Dewi mendesah di dalam mulut Rangga. Ia tidak pernah dicium seintens ini. Ini adalah ciuman pertamanya. Dewi memejamkan mata, tangannya mencengkeram kaos di dada Rangga.

Pria itu melepas ciumannya ketika merasakan kuku Dewi menggesek kulit dadanya.

“Kenapa? Kamu sudah pernah ciuman, kan?” tanyanya dalam bisikan lembut.

Rangga langsung kaget ketika melihat wajah Dewi yang merona cantik. Matanya tak berani balas menatap Rangga malah sibuk melihat ke arah bibir Rangga yang separuh terbuka dan basah setelah menciumnya.

“Dewi gak pernah ciuman kayak gitu,” bisiknya pelan. Rangga tak sanggup menutup bibirnya. Dan Dewi menyentuh bibir yang separuh terbuka itu dengan ujung jari telunjuk.

“Tapi Dewi suka dicium seperti itu. Ajari Dewi, Om.”

Dewi memajukan wajahnya mendesak wajah Rangga lalu mencium bibir pria itu. Kasar dan tidak aturan. Seperti akan memakan Rangga hidup-hidup. Rangga harus menangkap kepala Dewi untuk mengendalikan gerakan kepala wanita itu.

Ia mulai menuntun cara ciuman yang benar. Melumat bibir bawah Dewi dengan lembut, melepas sesaat untuk kemudian ia pagut lagi dengan lebih hangat.

“Julurkan lidahmu,” bisik Rangga pelan. Dewi melakukannya dan Rangga menangkap lidah itu untuk ia hisap dengan lembut.

Perlahan, Dewi mulai mengikuti tempo yang diajarkan Rangga, termasuk mengubah posisi kepala demi mendapat jangkauan yang lebih baik. Kini lidah mereka saling melibat, memilin, menghisap.

Suara-suara kecupan mulai terdengar di udara di antara deru napas mereka yang perlahan memburu.

Dewi yang teransang mulai bergerak impulsif, menekan dan menggesekkan intinya. “Aah, Om....”

Dewi mendesah karena merasakan panjang Rangga mengeras di antara kedua kakinya. Ia sudah melihat panjang itu secara keseluruhan, membuat Dewi menginginkannya.

Ia mundur sedikit, menunduk ke arah bawah guna memastikan. Ya, sesuatu yang panjang dan menonjol terlihat dari celana pendek Rangga. Dewi tersenyum senang saat mengulurkan tangan untuk membuka resleting celana pendek Rangga.

“Dewi!”

“Biasanya Dewi gak pernah minta duluan, tapi sekarang Om boleh sampe masuk.”

Rangga berusaha melawan ketika Dewi menarik miliknya keluar. Tapi ia kalah cepat, karena tangan Dewi yang lain telah menekan celahnya ke ujung panjang Rangga.

“Dewi tunggu!”

Desahan lolos begitu saja di antara keduanya ketika milik mereka saling menempel. Dewi yang wajahnya semakin merona, setengah memejamkan mata saat menggesek makin cepat.

“Kamu sudah tidak perawan,” desah Rangga seraya memejamkan mata, berusaha meraih akal sehatnya. “Dengan siapa pertama kali kamu melakukan?”

Dewi bergerak impulsif, menggeserkan miliknya lalu menjawab dalam bisikan, “kepala sekolah waktu Dewi kelas dua esempe. Kata Bibi gak papa, biar Dewi bisa lulus meski sering bolos.”

Rangga gemetar menahan marah ketika mendengar jawaban Dewi, tetapi dengan cepat emosinya berganti gairah karena Dewi kembali menciuminya tanpa berhenti menggesek.

Akhirnya Rangga benar-benar kehilangan akal sehat ketika panjangnya merasakan milik Dewi yang lembab dan hangat.

Mana licin sekali, panjangnya dengan mudah tergelincir masuk separuh.

“Akh! Sakit!” Dewi berhenti bergerak. Wajahnya mengerut, tangannya kembali mencengkeram, kali ini bahu Rangga yang jadi korban.

“Sialan! Tanggung, Dee!” Geram Rangga yang mabuk sekaligus bergairah.

Ia meraih pinggang Dewi, menariknya mendekat dengan demikian panjangnya menghujam masuk begitu dalam.

Dewi berteriak antara terkejut, sakit dan nikmat sekaligus. Wanita itu bergetar indah di atas pangkuan Rangga membuat pria itu semakin membara.

Pinggang Dewi yang ramping, digenggamnya dengan kedua tangan, mulai ia maju mundurkan.

“Akh, sakit tapi enak, Om,” ceracau Dewi.

Yang makin membuat Rangga terpukau, meski Dewi menyuarakan kesakitan, tetapi kedua tangan kurus wanita itu demikian terampil mengupas dirinya sendiri.

Ia menarik dasternya yang sudah naik sebatas pinggang, meloloskannya melalui kepala. Di depan wajah Rangga kini terpampang dua aset Dewi yang menggoda dengan keindahannya walau hanya dibalut bra sederhana.

“Akh terus Om.”

Dewi yang sekarang malah bergerak di atas Rangga. Meliukkan tubuhnya dengan indah, membuat panjang Rangga keluar masuk dengan lancar tanpa terlepas.

Dua aset Dewi bergerak, memantul, mempesona mata Rangga. Membuat gairahnya makin naik dan naik dan menarik gairah Dewi. Wanita itu menggerakkan tubuh ramping dan mungil di atas pangkuan Rangga agar maju mundur semakin cepat.

Panas tubuh Dewi mengundang Rangga ikut memanas juga.

Dewi makin menggodanya dengan mengeluarkan kedua asetnya dari sarangnya. Membuat mata Rangga membeliak melihat keindahan tersaji di depan mata.

“Oh! Ooom, aaaah. Dewi ngerasa enak, Om,” ceracau Dewi tidak jelas dan Rangga bisa merasakannya.

Wanita di atas pangkuannya ini akan meledak dalam pusaran asmara karena miliknya menjepit panjangnya makin kuat.

“Damn! Kamu sempit, Baby girl!”

“Ah, ah, iya, aaah Ooom!”

Kedua paha Dewi menjepit pinggang kekar Rangga saat kedua kakinya bergetar dan miliknya memuntahkan cairan yang membasahi paha dan celana pendek Rangga. Pria itu mendengus kasar.

Dewi sudah sampai duluan. Dirinya belum.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel