Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ataya Putra Daratama

Atia : Selamat atas pelantikannya, Sayang. Semangat menjalankan posisi barunya. Peluk cium untuk kekasihku.

Ponsel pintar keluaran terbaru milik Ataya bergetar di saku jasnya, sebuah bunyi yang menandakan ada sebuah pesan yang masuk terdengar hingga ke telinganya. Ataya merogoh saku jas bagian dalamnya, lalu di ambilnya benda pipih persegi panjang berwarna hitam tersebut. Dibacanya sebuah pesan yang muncul di layar ponselnya. Seulas senyuman muncul di wajah tampannya. Ada sebuah pesan yang dikirim oleh kekasih hatinya yang sudah sembilan tahun dipacarinya, pesan yang dikirimkan oleh Atia tersebut membuat Ataya semakin bersemangat hari ini.

Ataya berdiri di depan cermin yang berada di dalam walk in closet kamar pribadinya. Laki-laki gagah itu mengenakan setelan jas berwarna abu tua dengan potongan slim fit dengan kemeja putih polos sebagai dalamannya. Dasi yang dikenakan oleh Ataya bermotif garis-garis diagonal senada dengan setelan jas yang dikenakannya.

Tubuh atletis dan wajah tampan miliknya membuat apapun yang dikenakannya terlihat sempurna. Ataya memang selalu terlihat sempurna, namun hari ini adalah hari istimewa untuk dirinya.

Setelah memastikan penampilannya telah terlihat sempurna, Ataya berjalan keluar dari walk in closet pribadinya, diambilnya kunci mobil miliknya yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, lalu dia pun berjalan keluar kamar menuju tangga untuk turun ke lantai bawah.

Ataya berhenti di ujung lorong lantai dua sebelum menuju tangga. Ataya tiba-tiba memutar tubuhnya, di liriknya kamar kosong yang tepat berada di sebelah kamar miliknya.

“Sebentar lagi, Ia. Aku akan bawa kamu pulang ke rumah ini.” Sebuah keyakinan terpancar dari bola mata kelabunya, kemudian Ataya melanjutkan langkahnya menuju lantai bawah.

Ranum dan Darma yang sudah menunggu Ataya di ruang tamu dengan senyum yang terlukis di wajah mereka, tersenyum menyambut kedatangan anak laki-laki mereka yang terlihat sangat tampan hari ini.

“Pi, Mi.” Sapa Ataya kepada kedua orang tuanya itu dengan suara tenor miliknya.

Darma yang juga sudah terlihat rapi dengan setelan jas warna hitam, terlihat sangat gagah meski usianya sudah hampir memasuki kepala enam.

“Sudah siap kamu, Nak?” Darma menepuk pundak Ataya, putra sematawayangnya itu.

“Insyaallah siap, Pi.” Jawab Ataya dengan tegas, dan disambut angguka oleh Darma.

“Selamat atas pelantikannya ya, Nak.” Kali ini Ranum yang memberikan selamat kepada putranya yang tampan itu sembari mengelus rahang tegas milik Ataya.

“Terima kasih, Mi.” Jawab Ataya yang meraih tangan Ranum dari wajahnya yang lalu dikecupinya punggung tangan Ranum dengan lembut.

Ranum tersenyum mendapatkan perlakuan seperti itu dari putranya.

“Tuan, semuanya sudah siap.” Dimas tiba-tiba muncul dan memecah suasana haru yang sedang terjadi di antara orang tua dan anak ini.

Darma menganggukkan kepalanya kepada Dimas. Ditepuknya punggung laki-laki yang seusia dengan Ataya itu. “Papi!” Darma menggoyangkan jari telunjuknya ke arah Dimas sambil tersenyum.

Ranum yang hari ini terlihat sangat cantik dan anggun mengenakan gaun panjang yang simple berwarna hitam dengan model cape dan potongan leher v tersenyum ke arah Dimas, meski usianya kini sudah hampir memasuki kepala enam, namun kecantikannya tetap terpancar. Sudah sangat jelas bagaimana bisa Ataya memiliki visual setampan itu.

Darma dan Ranum terpaut usia lima tahun, pernikahan mereka terjadi karena perjodohan, namun saat mereka dipertemukan untuk pertama kalinya, mereka berdua sudah saling jatuh cinta. Tidak ada penolakan tentang perjodohan itu dari kedua belah pihak. Mereka berdua membina rumah tangga yang penuh dengan keharmonisan, hingga kini anak dari buah cinta mereka sudah menginjak usia dua puluh tujuh tahun.

“Anak mami yang baik, selamat atas promosinya, hari ini mami bahagia sekali, kedua anak laki-laki mami membuktikan dirinya.” Puji Ranum dengan suara dan gaya bicaranya yang keibuan sembari mengelus wajah tampan Dimas.

“Boleh Dimas peluk, Mami?” Tanya Dimas ragu-ragu saat meminta izin untuk memeluk Ranum.

Ranum merentangkan tangannya sambil tersenyum ke arah Dimas.

“Tentu boleh dong, sayang.” Ranum tersenyum lebar menatap Dimas.

Dimas pun langsung memeluk Ranum dengan perlahan.

“Terima kasih untuk kasih sayangnya, Mi.” Ucap Dimas penuh rasa syukur.

Darma menepuk-nepuk pundak Dimas yang masih dalam pelukan istrinya itu, sebuah senyum terukir di wajah tampannya yang semakin bertambah usia semakin bertambah tampan dan penuh karismatik.

“Atia bagaimana, Dim?” Tiba-Tiba Ataya teringat tentang kekasihnya itu.

Dimas yang masih dalam pelukan Ranum langsung kembali bersikap tegap.

“Nona Atia tadi mengatakan akan membawa mobil sendiri, Tuan.” Dimas menyampaikan jawabannya dengan tegas.

Ranum dan Darma terlihat kikuk mengetahui bahwa Atia akan datang ke pelantikan Ataya hari ini.

“Ta, belum saatnya publik tau, Nak.” Ranum gugup sembari memegang lengan kekar Ataya.

“Tidak ada yang akan tau, Mi. Atia datang hanya sebagai salah satu tamu undangan. Ataya ingin kehadiran Atia disetiap momen penting Ataya.” Ataya mengelus tangan Ranum dengan lembut, mencoba menenangkan kegugupan yang dirasakan oleh Ranum.

“Apa kamu sudah mempertimbangkan semuanya, Ta? Banyak wartawan yang akan datang, tentu saja kamu akan jadi pusat perhatian wartawan hari ini. Jika Atia mendekat, maka akan menjadi tanda tanya besar.” Tanya Darma dengan wibawanya.

“Pi, Ataya hanya butuh kehadiran Atia, hanya butuh disaksikan oleh Atia, bisa kasih Ataya kepercayaan?” Ataya mencoba meyakinkan Darma bahwa semuanya akan baik-baik saja.

“Dimas sudah mengatur semuanya, Pi. Atia hanya hadir sebagai salah satu undangan. Hanya sebagai Designer Ternama yang menjadi rekanan lama dari Daratama Advertising. Tidak akan ada pertanyaan yang akan timbul tentang kehadiran Atia. Kalaupun ada, Dimas sudah mempersiapkan solusinya.” Dimas ikut meyakinkan Darma dan Ranum bahwa semuanya akan baik-baik saja.

“Baiklah, Papi percaya pada kalian.” Darma akhirnya memutuskan untuk memberikan kepercayaan kepada kedua putra tampannya itu.

“Ya sudah, ayok kita berangkat, nanti terlambat.” Ranum melingkarkan tangannya di lengan kekar Darma, Ranum takut akan terjadi sesuatu dengan kehadiran Atia di acara nanti yang akan menyebabkan penyakit jantung Darma kumat, namun dia mencoba mempercayai kedua putranya yang terdengar sangat meyakinkan.

Mereka pun keluar rumah menuju mobil yang sudah terparkir menunggu mereka untuk menuju tempat acara akan berlangsung.

Sebuah sedan mewah A-Class keluaran Jerman sudah menunggu Darma dan Ranum tepat di depan teras rumah mewah ini. Dimas segera membukakan pintu penumpang bagian belakang agar Darma dan Ranum bisa memasuki mobil dengan santai. Darma yang duluan masuk ke dalam mobil tersenyum ke arah Dimas, kemudian disusul Ranum yang juga tersenyum manis ke arah putranya tersebut. Setelah memastikan Darma dan Ranum duduk dengan nyaman di dalam mobil mewah itu, Dimas pun menutup pintu mobil dengan lembut.

“Tuan.” Tegur Dimas kepada Ataya untuk mempersilahkan Ataya masuk ke dalam mobil bersama Darma dan Ranum.

Ataya mengangkat kunci mobil miliknya dan menggoyang-goyangkannya di depan Dimas.

“Lo yang jaga Mami Papi, Dim. Gue bawa mobil sendiri.” Ucap Ataya dengan santai kepada Dimas menggunakan bahasa yang tidak formal.

“Tapi, Tuan.” Dimas terlihat gugup.

“Nggak usah khawatir, Dim. Gue ngiring dari belakang.” Ataya mulai melangkahkan kaki menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari mobil Darma berada.

“Oh, iya. Kita belum di kantor kan, Dim.” Ataya menginggatkan Dimas untuk panggilan yang disematkan oleh Dimas kepada dirinya.

Dimas mengerutkan dahinya, dia bingung apa yang dimaksud oleh Ataya barusan, namun dia berusaha untuk menepis kebingungannya tersebut. Dimas segera berlari menuju pintu kemudi mobil yang dinaiki oleh Darma dan Ranum untuk mengemudikan mobil mewah tersebut. Setelah dirinya yakin semua persiapan telah sempurna, Dimas pun mulai menjalankan mobilnya. Mobil Darma yang dikendarai oleh Dimas terlihat mulai bergerak menuju gerbang untuk meninggalkan kediaman keluarga Daratama diiringi oleh mobil SUV hitam milik Ataya. Mereka menuju sebuah hotel bintang 7 yang ada di Jakarta, tempat diadakannya acara pelantikan seorang Ataya.

Hari ini Ataya akan dilantik sebagai seorang Presiden Direktur di sebuah perusahaan Advertising milik keluarga Daratama, di mana posisi Presiden Direktur sebelumnya dipegang oleh Darma Daratama. Tentu saja penunjukan Ataya sebagai Presiden Direktur banyak mendapat pertentangan ketika dalam rapat umum pemegang saham yang diadakan tempo hari. Banyak yang berpendapat, Ataya masih belum siap memimpin perusahaan besar seperti ini di usianya yang masih sangat muda, yakni dua puluh tujuh tahun. Namun karena suatu kondisi dan alasan yang diutarakan oleh Darma, maka para pemegang saham memutuskan untuk melakukan vote atas keputusan ini, dan hasil vote tersebut menyetujui penunjukan Ataya Putra Daratama sebagai Presiden Direktur.

Ataya hanya dilantik sebagai Presiden Direktur, dengan Dimas sebagai asisten pribadinya, namun posisi CEO masih dipegang oleh Darma Daratama.

Ataya dituntut untuk membuktikan bahwa dirinya memang pantas menduduki posisi itu. Ataya ditantang untuk membuat Daratama Advertising makin bergema di pasar asing dalam waktu satu tahun masa jabatannya. Jika tidak, Ataya harus bersedia mengundurkan diri dari Posisi Presiden Direkturnya, terhitung mulai hari dilantiknya secara resmi.

Tiga puluh menit waktu yang dibutuhkan Dimas dan Ataya untuk sampai ke hotel mewah tersebut, Dimas menghentikan mobilnya tepat di depan lobi hotel mewah ini, kemudian dengan cepat Dimas membukakan pintu untuk Darma dan Ranum agar bisa keluar dari pintu mobil. Tampak Ataya yang sudah lebih dulu keluar dari mobil pribadinya dan menyerahkannya kepada valet parkir, berdiri menunggu Darma dan Ranum di lobi luar hotel.

Darma berjalan penuh karisma dengan Ranum yang sangat anggun merangkul lengan gagahnya, diikuti oleh Ataya dan Dimas yang berjalan di belakang mereka. Kedatangan mereka disambut oleh beberapa staf hotel dan jajaran direksi yang sudah bersusun di kanan kiri pintu masuk sambil membungkuk dengan hormat. Senyum Ranum terus mengembang di wajah cantiknya, Darma hanya mengangguk-anggukkan kepalanya kepada para direksi yang menyapanya.

Kilatan lampu kamera mulai terlihat menyambut kedatangan anggota keluarga Daratama itu dan mengiringi langkah mereka menuju ballroom hotel mewah tersebut.

Saat mereka memasuki ruangan, tampak para tamu undangan berdiri menyambut, Ranum dan Darma mulai memisahkan diri untuk bertatakrama kepada Kolega Bisnis mereka yang sudah menyempatkan hadir memenuhi undangan hari ini.

Melihat Darma dan Ranum yang sudah larut dalam obrolan bersama para Koleganya, Ataya menepuk pundak Dimas sambil memutar-mutarkan kepalanya mencari keberadaan Atia.

Dimas yang mengerti akan isyarat yang diberikan oleh Ataya, menganggukan kepalanya.

“Biar gue cari.” Bisik Dimas di telinga Ataya. Dimas kemudian melangkah dengan tenang menyusuri ballroom hotel yang luas ini untuk mencari sesosok gadis cantik di tengah keramaian.

Meskipun Dimas sudah menawarkan diri untuk mencari keberadaan kekasihnya, Ataya masih tetap menyusuri setiap sudut ruangan yang tengah ramai dipenuhi oleh para petinggi-petinggi perusahaan dan rekanan-rekanan bisnis dari Daratama Advertising untuk mencari Atia.

Sosoknya yang tampan dan gagah itu sontak menjadi perbincangan oleh para wanita-wanita muda, anak dari para pengusaha yang ikut hadir bersama kedua orang tuanya di acara tersebut. Kebanyakan dari mereka sudah mengenal sosok Ataya dari kecil karena mereka bersekolah di tempat yang sama.

“Ataya makin tampan ya?” Ujar salah satu wanita cantik yang tengah berkumpul bersama keempat orang teman wanitanya yang lain.

“Huss! Mau diterkam Cindy, Kamu?” Tegur salah satu dari keempat wanita lainnya.

“Cindy?” Wanita cantik itu mengulanginya, dan disambut tawa keempat orang wanita cantik lainnya yang tengah berkumpul bersamanya.

Kelima wanita itu terus saja memperhatikan Ataya dan berbincang mengenai masa sekolah mereka dulu, tentu saja, Ataya adalah topik utamanya.

Laki-laki itu tidak mempedulikan sorot mata orang-orang yang tengah memperhatikannya. Ataya tetap saja menajamkan penglihatannya untuk mencari keberadaan sang kekasih di tengah keramaian pesta tersebut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel