Bab 9 Persiapan
Angela sedang ditanyai Gustav. Rapat OSIS belum dimulai. Bapak Kepala Sekolah yang mau ikut hadir di rapat untuk memberikan pengarahan masih ada tamu. Sedangkan pembina OSIS juga masih ada di ruang guru. Tapi semua pengurus OSIS sudah ada di ruang OSIS siap untuk mengikuti rapat.
”Njel...kamu udah ngecek susunan acara Pensi kan ?” tanya Gustav. Di tangannya tampak kertas HVS berisi sejumlah tulisan.
”Udah,”
”Terus ini gimana ? Langsung diserahkan ke kepala sekolah sekarang atau nanti pas beliau masuk sini aja ?”
”Kalau menurutku, diserahkan sekarang aja. Biar beliau baca sebentar di ruangannya. Terus pas beliau masuk ke sini, tinggal ngarahin aja apa yang perlu diganti kalau memang ada yang salah atau kurang,”
”Oke,” sahut Gustav.
”Siapa ini yang mau nganter susunan acara Pensi ini ke Bapak Kepala Sekolah ?” tanya Gustav ke pengurus OSIS semuanya. Suaranya lumayan nyaring. Beberapa pengurus OSIS yang tadinya sibuk ngomong sendiri dengan kelompoknya jadi melihat ke arah Gustav.
”Biar aku saja,” suara Elang Bayu, ketua Sekbid 8, yang di kepanitiaan Pensi ini duduk sebagai koordinator Sie Acara Pensi.
Elang yang duduk di bangku deretan depan langsung maju menghampiri Gustav yang duduk di sebelah Angela. Deretan bangku pengurus inti OSIS dan anggota OSIS lainnya letaknya berhadapan-hadapan. Elang Bayu segera meninggalkan ruang OSIS menuju ruang Kepala Sekolah sambil menenteng kertas HVS yang sudah di ambilnya dari Gustav. Kembali ruangan OSIS berisik. Semuanya bersuara dengan kelompoknya sendiri-sendiri.
”Njel, ini ntar rapatnya dibikin gimana nih ? Raffa nyampeiin pemaparan dulu, terus kita bahas satu-satu permasalahan yang timbul gitu kah ?” tanya Gustav lagi.
”Iya. Gitu. Raffa nyampein semua perkembangannya dan kesulitannya apa aja, terus setelah dia selesai pemaparannya, coba kita cari solusinya bareng-bareng,”
”Terus, pengarahan dari pembina maupun pak Kepseknya kapan ?” imbuh Gustav bertanya ke Angela.
Angela tampak berpikir sejenak. Dahinya berkerut.
”Kalau beliau-beliau hadir sejak awal rapat, kita tempatkan setelah Raffa ngasih laporan. Kita simak arahan beliau, terus kita ikuti aja saran-saran dari beliau itu. Jadi solusinya didapatkan dari beliau-beliau langsung. Kita ngikut aja,”
Gustav tampak mengganguk dan mengucapkan kata oke.
”Semua materi rapat sudah siap dibahas kan ?”
”Udah, Gus. Tadi Raffa bilang ke aku semuanya sudah disiapin. Tinggal nyampein ke kita-kita aja,”
”Sepertinya banyak yang akan kita bahas hari ini,”
”Iya. Banyak banget. Apalagi ini rapat persiapan Pensi yang terakhir. Acaranya tinggal seminggu lagi,”
”Ini sudah jam segini. Kita belum mulai rapat. Bakal sampai malam nih kita,” gumam Gustav.
Angela meresponnya dengan senyuman lebar.
”List panitia yang bertugas menjemput artis dan ngurusin artisnya sudah ditunjuk kan ?”
”Udah. Tadi aku udah liat di catatannya Raffa kok,”
”Siapa aja tuh ? Jangan-jangan fans berat yang suka teriak-teriak histeris gitu !”
Angela terkekeh.
”Nggak kok. Cuma 2 orang panitia cowok. Buat ngebantuin ngangkatin barang-barangnya artisnya nanti. Nggak mungkin juga keduanya histeris, jerit-jerit nggak jelas gitu,”
”Emang siapa yang ditugasi ?”
”Elang sama Rizal,”
”Oh, koordinator sie acara langsung ? Percaya deh kalau sama mereka berdua,”
Angela tersenyum sambil mengangguk.
”Terus, artisnya apa aja agendanya setelah sampai sini ?”
”Kebetulan artisnya mau datang pagi. Jadi dari bandara mereka langsung mau di arahkan ke gedung dulu buat gladi bersih sebelum ke hotel. Mereka gladi resiknya sebelum Dhuhur. Soalnya pengisi acara yang lain kan GRnya jam 13.00-15.00 wib. Biar GRnya mulus nggak keganggu aksi ajakan foto bareng, mereka dijadwalkan GRnya sebelum Dhuhur. Biar nggak barengan sama GRnya temen-temen,”
”Aku deg-degan sama acara Pensi ini. Ngelibatin banyak orang. Di luar wilayah sekolah kita pula. Sedikit lebih ribet,” ujar Gustav.
”Iya,” jawab Angela sependapat dengan apa yang dikatakan Gustav.
”Njel !”
Angela menolehkan kepalanya. Ternyata Elang Bayu sudah kembali masuk ruangan OSIS.
”Njel, kata bapak Kepala Sekolah rapatnya dimulai aja dulu. Nanti beliau dan pembina OSIS menyusul,”
”Oh gitu ?”
”Iya. Tadi pas aku nyerahin susunan acara, beliau langsung bilang begitu. Beliau masih sibuk. Hari ini ada dua orang tamu yang harus ditemui,”
”Oohh,” kata Angela sambil mengangguk.
”Terus pembina OSIS gimana ?” tanya Angela.
”Tadi kata bapak Kepala Sekolah, di ruang guru lagi ada rapat kecil. Rapat tentang pelaksanaan Pensi juga. Yah, ngebahas tentang siapa nanti guru yang kebagian tugas sebagai pendamping pengecekan tiket, pembagian konsumsi buat tamu undangan dari yayasan. Gitu deh pokoknya. Makanya kita di suruh rapat juga. Biar efektif waktu,”
Angela menganggukan kepalanya.
”Ya sudah ayo kita rapat !” kata Angela.
Elang Bayu mengangguk dan segera berlalu ke tempat yang tadi ia duduki.
”Njel, ini semua pengurus inti OSIS duduk di deretan sini atau sebagian aja ?” kembali Gustav bertanya.
”Sebagian aja. Aku, kamu dan sekretaris 1 OSIS aja yang di sini, yang separuh lagi biar timnya Raffa. Jadi Raffa, sekretaris 1 panitia Pensi dan bendahara 1 Pensi duduk di sebelahku sini,”
Gustav segera paham. Ia langsung memberikan pengumuman. Angela hanya diam mendengarkan apa yang dilakukan oleh rekannya itu. Dalam hitungan detik, terlihat pergerakan di dalam ruangan OSIS. Beberapa orang tampak maju di ke bangku deretan depan, di sisi Angela, dan sebagian lagi ke arah kursi peserta rapat.
Angela hanya melempar senyuman balasan ke arah Raffa yang menarik kursi untuk duduk di sebelahnya. Berangsur-angsur ruangan tenang ketika Gustav bertanya, apakah rapat bisa dimulai, terdengar sahutan hampir serempak dengan kata bisa. Ruangan hening usai sahutan itu.
Mendadak ruangan jadi gaduh. Terdengar suara tawa dari teman-temannya Angela. Begitu juga dengan Angela. Ia terlihat kaget serta terkekeh pula saat ruangan OSIS yang semula hening tiba-tiba dikagetkan oleh bunyi suara ponsel. Bunyi telepon masuk. Suaranya lumayan kencang. Dan suara itu berasal dari tasnya. Itu artinya, ponselnya-lah yang menimbulkan kegaduhan saat ini.
”Sory teman-teman. Aku lupa memberinya makan. Jadi dia bernyanyi deh,” selorohnya untuk mengusir malu.
Terdengar tawa teman-teman Angela mendengar ucapan Angela itu. Gustav dan Raffa juga ikutan terkekeh-kekeh.
”Ntar ya, kukasihnya dia makan dulu biar diam,” ucap Angela lagi. Ia mencoba bercanda dengan mengatakan ponselnya berbunyi karena lapar.
Semuanya kembali tertawa. Angela buru-buru membuka resleting tasnya untuk mencari ponselnya. Begitu memegang dan melihat ponselnya, dahinya mengkerut. Nama Kak Revin muncul di layar.
”Gus, tolong kamu yang buka rapatnya ya. Aku angkat telepon dulu. Minta Raffa membacakan laporannya dulu,”
Gustav mengangguk sambil tersenyum lebar. Angela segera keluar ruangan OSIS dengan membawa ponselnya yang masih terus berbunyi itu.
Ia berjalan agak jauh dari pintu ruang OSIS. Berharap saat ia mengangkat telepon tak ada yang mendengar perkataannya. Ia takut percakapannya mengganggu konsentrasi teman-temannya yang sedang rapat.
”Hallo.... assalamualaikum,” sahut Angela saat ia sudah berhenti di dekat kelasnya Raffa.
Terdengar balasan salam dari seberang telepon.
”Iya, kak bisa dibantu ?”
”Udah sampai rumah belum, Njel ?” tanya Kak Revin di seberang telepon.
”Belum, kak. Saya masih ada rapat OSIS,”
”Oh...ini lagi rapat ya ?”
”Iya. Saya keluar ruangan rapat dulu buat ngangkat telepon kakak. Biar nggak mengganggu suasana rapat,”
“Oh gitu. Ya udah rapat aja dulu deh. Kita chat WA aja,”
”Iya. Kakak chat aja ya. Nanti saya balas,”
”Oke,”
Terdengar Kak Revin mengucapkan salam. Angela membalas salam itu. Tak lama kemudian Kak Revin memutuskan sambungan telepon.
Angela menekan ponselnya dari tombol bunyi menjadi getar. Ia tak ingin ponselnya berbunyi seperti tadi. Setelah itu ia kembali berjalan ke ruang OSIS. Saat ia masuk, Raffa sedang berdiri menyampaikan laporan Pensi. Di tangannya ada sebuah buku. Sesekali ia lihat melihat buku itu untuk membaca sesuatu. Angela segera duduk di kursinya, mencoba menyimak apa yang dikatakan Raffa.
Raffa sedang menyampaikan artis yang diundang jadi bintang tamu datang jam berapa, siapa saja yang bertugas menjemput di bandara, kemudian akan menginap di hotel mana, hingga jadwal mereka gladi resik.
Gustav menyenggol tangan kiri Angela. Ia menoleh ke arah Gustav. Terlihat Gustav mendekatkan kepalanya untuk berbisik.
”Tadi sebelum mulai rapat Elang bilang ada koreksi disambutan aja.... katanya yang ngasih sambutan panitia diganti....,”
Belum sampai Gustav selesai bicara ponsel di saku rok Angela bergetar. Angela berjingkat ringan karena merasakan geli akibat getaran itu. Buru-buru ia merogoh saku roknya untuk mengeluarkan ponselnya. Apa yang dikatakan Gustav selanjutnya tak bisa ditangkapnya dengan baik. Kaget dan geli membuatnya tak fokus pada perkataan Gustav berikutnya. Ia hanya menggangguk saja agar Gustav tak tersinggung.
Kini ponsel sudah di tangan Angela. Sesaat layar menyala. Ada pesan masuk dari Kak Revin. Terlihat dari namanya yang terpampang di layar ponsel.
Angela menyembunyikan ponselnya di bawah mejanya. Ada pesan SMS yang masuk. Angela berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan membuka pesan itu.
Njel, Pensi nanti kamu berangkat sama siapa ?
Eh, salah...tadi bilang ke wa ya....hehe...maaf keliru SMS...
Angela tersenyum membacanya. Tak lama kemudian ia berpindah membuka pesan yang masuk WA-nya.
Mau berangkat ke Pensi jam berapa, Njel ?
Berangkat sama aku aja ya ?
Aku jemput ke rumahmu gitu
Angela mengerutkan keningnya. Ragu-ragu mau menjawab sekarang atau nanti. Ia melihat-lihat ruangan sejenak. Tampak semuanya sedang konsentrasi mendengarkan pemaparannya Raffa. Gustav juga. Merasa semua dalam keadaan baik-baik saja Angela memutuskan menjawab pesan itu sesegera mungkin. Angela menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ponselnya ia masukan ke arah dalam laci meja. Ia kemudian mengetikkan sesuatu.
Saya dari pagi di lokasi, Kak. Panitia sibuk mengurusi semua keperluan Pensi. Jadi kami datang di lokasi lebih awal...dan pulangnya paling akhir...jadi ga bisa bareng nih, Kak...
Setelah itu Angela konsentrasi lagi pada rapat. Raffa sedang memberikan laporan berapa jumlah kru dari artis yang datang, berapa lagu yang akan dimainkan, mereka akan tampil di jam berapa, serta mereka akan menempati kamar ganti yang sebelah mana. Pembahasan tentang bintang tamu ini paling banyak dibahas pada rapat kali ini.
Ada pesan masuk lagi di ponselnya Angela. Masih dari kak Revin lagi. Angela kembali membuka pesan itu di laci mejanya.
Yaaah...Padahal pengen foto bareng buat di posting di sosmed. Hehehe
Angela tersenyum membaca pesan itu. Buru-buru ia mengetik balasan.
Fotonya di lokasi aja Kak. Nanti kita kontakan ya kalo udah di lokasi Pensi
Usai mengirim pesan itu Angela langsung menonaktifkan ponselnya. Ia harus konsentrasi pada rapat ini.
