Bab 8 Raffa, Randy & Kak Revin
Angela segera memberesi buku-bukunya begitu bel pelajaran pulang sekolah berdering. Hari ini Kak Revin ke sekolah. Tadi ia sudah mengabari Angela kalau jam kuliahnya sudah selesai dan akan segera meluncur ke sekolah. Dan Angela menjawabnya dengan kata oke.
Di jam istirahat yang lalu Angela sudah memberitahu ketiga sahabatnya kalau ia tak pulang sekolah bersama, jadi mereka tak perlu ke kelasnya. Sedangkan kemarin malam ia pun sudah memberitahu ortunya kalau pulang sekolah hari ini ia agak terlambat.
Angela melangkah keluar kelas seraya menenteng tas ranselnya. Tangan kanannya terlihat sedang menggenggam ponselnya.
”Kak Angela !” panggil Raffa ketika Angela sudah keluar kelas dan berjalan menuju tempat parkir.
Angela menoleh. Raffa tampak berjalan bergegas ke arahnya. Angela menunggu Raffa menuju ke arahnya.
”Iya, Raff ?” begitu Raffa sudah ada di depannya.
”Mau ngasih ini, kak !” kata Raffa sembari menyerahkan selembar kertas ke arahnya.
”Oh.... undangan rapat,” jawab Angela setelah menerima kertas tadi sembari membacanya sekilas.
”Iya, kak. Besok. Sepulang sekolah,”
”Apa aja nih yang mau dibahas besok?”
”Semuanya, kak. Besok bapak Pembina OSIS dan Bapak Kepala Sekolah juga ikutan hadir untuk memberikan pengarahan tentang detil acaranya, kak,”
”Oh gitu...oke deh,” sahut Angela seraya mengangguk.
”Sejauh ini semua persiapan panitia sudah fix kan ?”
”Insya Allah sudah, kak,”
”Syukurlah... setidaknya kalau besok kita ditanya... paling nggak kita tahu musti menjawab apa ?”
Raffa mengangguk. Ponsel di tangan Angela berbunyi. Suara telepon masuk. Angela menatap nama yang muncul. Nama Kak Revin tertera di layar ponsel.
”Hallo.... assalamualaikum,” sapa Angela saat membuka telepon. Terdengar balasan salam dari seberang telepon. Angela terdiam beberapa detik untuk menyimak apa yang dikatakan oleh Kak Revin.
”Oh...oke kak Rev. Ditunggu ya. Bentar lagi saya ke parkiran kok,” sahut Angela kemudian.
Raffa hanya mengamati saja. Tak lama kemudian Angela menutup teleponnya setelah mengucapkan salam. Ia segera menatap ke arah Raffa lagi.
”Maaf, pembicaraan kita jadi terpotong,” katanya ke Raffa.
”Nggak papa kak. Kak Angela ada janji ?”
”Iya. Salah seorang kakak alumnus mau beli tiket pensi. Minta ditemani ke ruangannya Bu Sofie. Katanya canggung gitu,”
”Ohh...cowok ?”
”Iya. Cowok. Anak OSIS juga kok dulu. Pas dia lulus kamu masuk sini. Jadi nggak kenal deh,” sahut Angela.
Raffa tersenyum lebar.
”Ya udah kalau gitu. Saya pamit, kak. Cuma mau nyampein undangan itu aja kok,”
”Oh gitu....oke deh Raff,”
Raffa berpamitan pergi. Angela memasukan undangan rapat panitia esok hari itu ke dalam tas ranselnya. Segera setelah itu ia berjalan menuju parkiran. Begitu Angela mau masuk tempat parkir mendadak langkahnya terhenti. Dari arah dalam muncul Randy yang sedang menuntun motornya. Ia belum menggunakan helm. Peraturan di sekolah, pengguna motor baru diizinkan menyalakan motor setelah di luar gerbang sekolah. Begitu juga saat masuk sekolah. Motor harus dimatikan di luar gerbang dan di tuntun masuk ke parkiran. Siswa juga dilarang menggunakan mobil ke sekolah. Hanya para guru atau tamu saja yang diizinkan.
Randy melihat Angela dengan sorot mata kaget. Begitu juga Angela. Mau tak mau mereka saling sapa dengan canggung.
”Mau kemana ? Kok ke parkiran ?” tanya Randy basa-basi.
”Mau nemuin kakak alumnus yang mau beli tiket. Minta ditemenin ke ruangannya Bu Sofie,” jawab Angela.
”Siapa ?”
”Njel !” sebuah suara muncul dari arah belakang Randy.
Angela mengalihkan pandangan dari Randy ke arah belakangnya Randy. Begitu juga Randy. Ia menoleh. Segera saja mereka berdua melihat Kak Revin yang berjalan ke arah mereka. Randy terpaku. Sosok kak Revin kini sudah berdiri di dekatnya. Keduanya melempar senyum ke arah Kak Revin.
”Hallo, Ran !” sapa Kak Revin ke arah Randy. Ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangannya Randy.
”Hallo juga, Kak Rev. Apa kabar ?” jawab Randy sambil menjabat tangan Kak Revin.
”Baik. Kamu sendiri gimana ?”
”Baik juga, kak. Alhamdulillah,”
”Aku mau beli tiket ke Bu Sofie. Tapi canggung masuk ke ruangan beliau. Maklum udah lulus. Jadi minta tolong ke Angela buat nganterin gitu. Maaf ya, Ran. Nggak papa kan ?”
”Oh...nggak papa kak. Silahkan,” jawab Randy kaku.
”Ayo, kak. Nanti keburu Bu Sofie pulang,” ajak Angela untuk mengalihkan situasi yang terasa kaku itu.
”Kami ke Bu Sofie dulu, Ran ?” pamit Angela ke Randy.
Randy mengangguk. Angela dan Kak Revin berjalan menuju ruangan Bu Sofie yang satu ruangan dengan Kepala Sekolah dan para Wakasek yang lainnya itu. Randy memandang keduanya beberapa saat sebelum berlalu menuntun motornya.
-----------------------------------------
Angela menunggu Kak Revin di luar pintu. Awalnya ia mengantar Kak Revin ke ruangan Bu Sofie untuk membeli tiket. Tapi beberapa detik kemudian, ruangan Bu Sofie lumayan disesaki kakak-kakak alumnus yang juga mau membeli tiket. Angela memilih keluar ruangan agar ruangan Bu Sofie tak terlalu penuh. Sekitar 15 menit kemudian Kak Revin keluar dari ruangan Bu Sofie.
”Udah selesai kak ?” tanya Angela basa-basi.
”Udah. Alhamdulillah udah dapet nih. Untung kebagian. Tadi denger-denger tiketnya tinggal 50 lembar aja,”
”Ooouuhh,”
Kak Revin tiba-tiba celingukan. Angela jadi ikutan juga.
”Nyari apaan, Kak ?” tanya Angela kebingungan.
”Njel ? Kantin masih buka nggak ?”
”Udah tutup, Kak. Udah jam segini,”
”Yah...padahal aku lagi laper banget nih,”
Angela tersenyum lebar. Rupanya Kak Revin celingukan tadi karena mau melihat kantin masih buka atau tidak.
”Kak Rev, di seberang sekolah ada kedai bakso lho sekarang. Baru buka sekitar 3 bulan ini. Lumayan enak kok. Kalau kakak suka bakso, kakak bisa ke situ,”
”Suka....aku suka bakso kok,”
”Ya udah. Kakak ke situ aja,'
”Njel, kamu ada acara nggak ? Kalau nggak ada, ayok ke situ yuk. Nemenin aku,”
”Oh, gitu ?”
”Kenapa ? Kok kayaknya ragu gitu dari jawabannya. Kamu nggak suka bakso ?”
”Suka kok,”
”Ya udah, ayok ke situ,”
Angela mengganguk.
”Eh, udah pamit ortu kan kalau mau pulang telat ?”
”Sudah, kak,”
”Berarti nggak papa ya, kalau makan dulu sebelum pulang gini ?”
”Iya, nggak papa kak,”
Kak Revin ke parkiran sebentar mengambil motornya. Setelah itu ia membonceng Angela ke kedai bakso yang dimaksud Angela tadi. Tak sampai sepuluh menit keduanya sudah duduk manis menunggu pesanan bakso datang.
”Njel, jangan lupa ngasih tau Randy. Bilang, ini cuma acara makan biasa aja. Bukan acara makan spesial gitu. Biar dia nggak cemburu,”
Angela menatap Kak Revin beberapa saat. Dahinya berkerut. Tapi beberapa detik kemudian ia segera tersenyum lebar. Ada tawa ringan dari bibirnya. Ia mulai menyadari apa yang dimaksud Kak Revin.
”Nggak usah dikasih tahu kak,”
”Lhoh...kalau dia cemburu terus marah gimana ?”
”Nggak mungkin cemburu. Apalagi marah. Kan kami udah putus,”
”Haah ?? Serius ?”
Angela mengangguk.
”Alhamdulillah,” teriak Kak Revin lega.
Angela memandang bingung sikap Kak Revin itu.
”Eh, maksudku....Alhamdulillah dia nggak bakalan cemburu, ngamuk atau pun marah gitu,” ralat Kak Revin buru-buru.
Angela tersenyum lebar.
”Maaf, kalau boleh tahu kenapa gitu sampai bisa putus ? Padahal kalian kalau dilihat cocok banget ?”
”Ternyata nggak cocok. Makanya putus, Kak,”
Kak Revin meresponnya dengan senyuman.
”Kirain bakal berakhir di pelaminan,” guraunya.
Angela tertawa ringan.
”Nggaklah. Kami masih SMA. Masih jauh perjalanannya. Kakak tuh yang gitu. Kan udah kuliah,'
”Eh, Nggak juga. Aku juga masih jauh perjalanannya. Lagian aku mau ke pelaminan sama siapa ?”
”Ya sama pacarnya Kak Rev lah,”
”Pacar ?”
”Iya. Yang waktu itu,”
”Yang waktu itu ? Kapan itu ya ?”
Angela menggaruk kepalanya sejenak.
”Dulu....saya dengar...kakak punya pacar...beda sekolah gitu,”
”Ooohhh...itu...Sandra ya maksudnya ?”
Angela menggendikan bahunya.
”Nggak tahu namanya, Kak. Cuma denger cerita orang aja. Katanya kakak punya pacar tapi beda sekolah,”
Hening beberapa saat. Seorang pelayan kedai bakso menyuguhkan es campur yang sudah mereka pesan.
”Iya. Namanya Sandra. Kami beda sekolah. Cuma dulu kami SMPnya di tempat yang sama,”
Angela menggangguk paham.
”Tapi kami udah putus kok. Waktu lulus SMA itu, dia ke terima kuliah di Bandung. Jadi kami putus aja daripada LDRan. Susah kalau LDRan gitu,”
Angela kembali mengangguk paham. Pelayan kedai datang membawa bakso yang mereka pesan. Sesaat perhatian keduanya beralih ke bakso. Tak ada percakapan.
”Sekarang kita nikmati baksonya. Singkirkan galaunya,” ujar Kak Revin setelah pelayan kedai pergi meninggalkan keduanya.
Angela tersenyum lebar.
”Siapa yang galau kak ?”
”Ya kamulah. Kan kamu yang baru putus. Kalau aku sudah beberapa bulan yang lalu galaunya,”
Angela terkekeh.
”Kakak yang mutusin ? Atau kakak diputusin ?”
”Diputusin,' jawab Kak Revin mantap.
Lagi-lagi Angela meresponnya dengan senyuman ringan.
”Kalau kamu gimana?”
”Sama kayak kakak. Diputusin juga,”
Mata Kak Revin membesar sejenak.
”Sama dong kita,” sahut Kak Revin.
Angela tersenyum lebar.
”Tos ajalah kalau gitu. Kita sama-sama jomblo dan diputusin pula,” seloroh Kak Revin seraya membuka tangannya di udara. Siap menerima tepukan dari Angela.
Tangan Angela menepuk tangan Kak Revin. Keduanya kemudian sama-sama tersenyum.
”Sesama jomblo harus saling nguatin,” kata Kak Revin.
Angela menggangguk. Kemudian tersenyum lebar. Setelah itu keduanya mulai menikmati bakso yang mereka pesan tadi.
