Bab 7 Kak Revin
Angela pulang dari mall sekitar jam 14.30 wib. Ia sempet tertidur setengah jam di kamarnya karena kecapekan. Mamanya membangunkannya agar ia segera mandi sore. Angela menurut. Usai mandi sore ia mengobrol dengan mama papanya tentang belanja di mall bersama sahabat-sahabatnya itu. Usai makan malam barulah ia kembali masuk ke kamarnya untuk belajar.
Angela selesai menyiapkan buku pelajaran untuk esok hari. Ia baru saja menutup resleting tas ranselnya ketika ponselnya berbunyi. Bunyi pesan masuk dari WhatsApp. Angela meraih ponselnya untuk membuka pesan.
Terlihat wajahnya menyiratkan ekspresi tak suka. Ia menghembuskan nafas dengan kesal. Ia cemberut saat membuka pesan yang masuk itu.
Cieee....udah dapet pengganti nih....
Begitu bunyi pesan yang masuk. Pesan dari Randy.
Apaan sih ? Ga paham
Balas Angela. Terlihat ia bersungut kesal. Randy sedang mengetik balasan.
Repostapp di Instagrammu itu
Alis Angela bertaut. Ia tampak berpikir sejenak. Beberapa detik kemudian dia ingat. Ia merepostapp postingan dari Instagram mamanya Raffa. Foto ketika mereka di food court siang tadi. Caption foto itu sebenarnya biasa saja. Mamanya Raffa menulis, foto bersama anakku Raffa dan teman wanitanya. Entah, kenapa Randy berpikir ia sudah dapat penggantinya. Angela mengetik sesuatu.
Oh itu...kirain apaan
Randy membalas.
Jadi beneran nih ?
Angela jadi sewot.
Kalau iya emangnya kenapa ?
Ketiknya balik bertanya.
Ga papa... selamat deh... akhirnya sama kita. Udah sama-sama punya pengganti.
Ketik Randy. Muka Angela masih terlihat marah.
Iya... makasih
Balas Angela. Usai itu Angela meletakan ponsel di meja belajanya dan berlalu ke kamar mandi untuk mengosok gigi. Sekitar sepuluh menit kemudian ia kembali ke kamarnya untuk tidur malam. Saat ia memegang ponselnya untuk menonaktifkan sekaligus menchargernya, kembali ia melihat pesan masuk dari Randy. Ia membukanya.
Sekedar menjawab pertanyaanmu...alasanku putus...karena ga nyaman denganmu...kamu mengaturku...aku ga suka itu....
Muka Angela kembali membara marah. Ia bersungut kesal. Ia hampir saja membanting ponselnya karena saking kesalnya. Beruntunglah ia masih sanggup menguasai diri. Usai membaca pesan itu ia menghirup udara panjang, lalu menghembuskannya pelan-pelan. Ia lakukan itu beberapa kali. Setelah dirasa cukup ia menonaktifkan ponsel dan merchargernya. Setelah itu ia mengganti lampu tidur dan segera naik ke kasur untuk tidur.
------------------------
”Apa dia bilang ? Dia nggak nyaman sama kamu karena kamu mengaturnya ?” tanya Sherin. Nada suaranya terdengar meninggi.
Angela mengangguk. Ini jam istirahat. Seperti biasa ketiganya mendatangi kelas Angela untuk diajak ke kantin bersama. Di saat itulah Angela menceritakan tentang pesan WhatsApp yang dikirim Randy semalam.
”Kamu kemarin itu pacaran sama cowok model apaan sih, Njel ? Beraninya ngomong cuma di WhatsApp doang,” timpal Naya.
Sama seperti halnya Sherin. Nada suaranya juga terdengar kesal dan meninggi.
”Sebenarnya kamu itu ngelakuin apaan sih ? Kenapa itu bocah sampai ngomong kayak gitu ?” tanya Dila.
Angela terdiam beberapa detik. Kemudian tampak ia menghirup udara dan menghembuskannya sebelum menjawab.
”Aku nggak ngerti. Mungkin sikapku yang menurutku sebagai bentuk perhatianku ke dia itu dinilai mengatur,” jawabnya.
Ketiganya terlihat kompak menautkan alisnya karena tak paham. Mereka menatap Angela dengan sorot mata ingin penjelasan lebih lanjut.
”Kalian pernah denger kalau Randy itu sering berurusan dengan guru BK ?”
“Iya,” sahut mereka berbarengan.
”Itu juga yang aku heranin. Kok kamu bisa sih pacaran sama anak kayak gitu ?” imbuh Naya sewot.
”Terus?” cecar Dila.
”Ya aku tanya kenapa sih dia sering banget berurusan sama guru BK ? Dia bilang dia sering telat bangun. Makanya datang ke sekolah terlambat,”
”Dia itu tipe pelor gitu ya ? Sekali nempel bantal langsung molor terus susah dibangunin ?”
Angela menggendikan bahunya.
”Kalau soal itu aku nggak tahu, Nay. Nggak pernah ngeliat. Yang aku tahu, dari cerita dia sendiri, dia hobby main game. Lupa waktu. Kadang baru tidur di jam 3 atau jam 4 pagi,”
”Ya ampuuuuunnn,” pekik Naya.
”Terus ?” kejar Dila.
”Ya gitulah. Aku coba nasehatin. Kan itu bentuk perhatianku ke dia juga kan ? Biar nggak sering masuk ke ruang BK ?”
Yang lain mengangguk.
”Aku sempetin telepon dia sebelum aku sendiri tidur. Aku ingetin jangan main game terus. Siapin buku pelajaran besok. Jangan lupa PRnya dikerjakan. Aku sering denger dari teman sekelasnya kalau dia jarang ngerjain PR. Makanya sering ditegur guru mata pelajaran di kelasnya gitu,”
Naya menghembuskan nafas panjang sebagai respon. Sherin menggaruk kepalanya. Dila mencebikan mulutnya.
”Di awal-awal sih mungkin dia masih bisa nerima. Tapi lama-lama mungkin dia bosan. Risih aku perlakukan kayak gitu. Mungkin itu yang dia maksud aku membuatnya nggak nyaman dan mengaturnya,”
Ketiganya menautkan alisnya.
”Lho, niatmu kan baik. Masak yang kayak gitu dibilang mengatur dan bikin nggak nyaman sih ?” protes Naya.
Dila dan Sherin mengangguk setuju. Angela menggendikan bahunya.
”Entahlah. Nggak semua niat baik kita diterima baik oleh orang lain kan ?” kata Angela.
Mereka sepakat. Kepala ketiganya terlihat mengangguk setuju.
”Huuuuuuffftttt...ya udahlah kalau gitu. Mungkin dia sekarang sudah nyaman dengan Septiana yang nggak pernah mengaturnya. Makanya kemana-mana berdua terus,” timpal Sherin.
Angela mengangguk. Naya protes.
”Kalau sudah nyaman dengan Septiana terus ngapain dia kepoin Angela sampai nanya,'Beneran nih udah jadian?' Kan udah putus. Harusnya cuek dong kayak Angela yang nggak ambil pusing meski ngeliat mereka berdua ada dimana-mana,”
Ketiganya giliran menatap Naya.
”Eh, betul juga tuh yang dibilang Naya. Jangan-jangan dia cemburu. Kayaknya masih suka tuh dia sama Angela,” kata Sherin.
Naya dan Dila sependapat. Keduanya menganggukkan kepalanya. Hening beberapa saat.
”Kamu dulu kok bisa sih milih dia jadi pacar?” tanya Naya.
”Kamu dulu ngeliat apanya sih, Njel ? Mau aja pacaran sama anak kayak gitu ?” lanjut Sherin bertanya.
”Ngeliat gantengnya mungkin,” Dila yang menjawab.
Angela menyeringai. Sherin, Naya dan Dila tersenyum lebar.
”Ganteng tapi nyebelin. Ngeselin,” sahut Naya.
”Karena bosen jomblo mungkin ?”
Lagi-lagi Dila yang bersuara. Kembali Angela menyeringai. Ketiganya juga kembali tersenyum lebar.
”Apaan sih?” protes Angela.
”Ya, kali aja. Siapa tahu. Kamu kan waktu itu suka Kak Rev. Terus Kak Rev, nggak ngerespon karena udah punya pacar. Ya, gitulah. Nerima Randy buat pengalihan perasaan,” lanjut Dila lagi.
Kembali Angela menyeringai.
”Bukaaaaaaannnnn,” teriaknya kemudian.
Ketiganya terkekeh melihat aksi protes Angela itu.
”Dia itu lucu. Tiap malam dulu selalu ngirimin meme-meme lucu yang ngebikin aku tertawa,”
”Iiihhh....masak cuma karena alasan itu aja kamu nerima dia ?” protes Naya.
”Gampang banget naklukin kamu kalau kayak gitu caranya, Njel,” kata Dila.
”Entahlah. Menurutku, waktu itu dia lucu. Baik sama aku. Jadi apa salahnya di coba,”
Hening beberapa saat. Ketiganya mencoba memahami cara pikir Angela yang waktu itu menerima Randy jadi pacarnya.
”Udah ah. Udah lewat juga. Nggak penting juga ngebahas Randy,” kata Sherin kemudian.
Yang lain mengangguk setuju.
”Eh, kita buruan ke kantin yuk ! Sepuluh menit lagi jam istirahat selesai nih,” ajak Sherin.
”Aku nggak ikut,” jawab Angela.
”Kamu nggak ikut ? Nggak lapar ?” tanya Naya.
”Nggak,”
”Mau nitip sesuatu ?” tanya Naya lagi.
Angela menggelengkan kepalanya.
”Kebetulan mamaku tadi ngebawain aku bekal roti di tas,”
”Nitip minuman mungkiin ?” kejar Naya lagi.
Angela menggelengkan kepalanya.
”Nggak usah. Makasih,”
Setelah tawarannya ditolak semua oleh Angela, ketiganya pamitan pergi untuk ke kantin. Begitu teman-temannya sudah berlalu dari kelasnya, Angela meraih tas ranselnya guna mengambil roti yang ada di tasnya tersebut. Bersamaan dengan tangannya masuk ke dalam tas, ponsel yang ada di dalam tas berbunyi.
Angela urung mengambil roti, beralih mengambil ponsel. Ia ingin tahu ponselnya bunyi karena apa. Begitu ponsel dibuka dia terbeliak. Sebuah pemberitahuan dari instsgram. Ada yang memfollow akunnya dan mengirimkan DM kepadanya. Dan itu akunnya Kak Revin. Buru-buru Angela memfollowbacknya dan membuka DM itu.
Pagi, Njel !
Begitu sapa Kak Revin.
Pagi juga, Kak Rev !
Sapa balik Angela.
Ini jam istirahat kan ?
Angela menggetikan kata iya sebagai balasannya.
Apa kabar, Njel ?
Alhamdulillah baik, kak
Njel, mau nanya nih, tiket Pensi untuk para alumnus sudah dijual kan ?
Sudah, kak.
Balas Angela.
Gimana cara belinya ?
Langsung datang ke sekolah....menemui Bu Sofie, kak
Bu Sofie yang guru kimia dan Wakasek bagian keuangan itu ya ?
Iya....betul banget kak...
Pembelian tiketnya jam berapa, Njel ?
Di jam sekolah kak pastinya...
Beli tiket di jam pulang sekolah masih bisa kan ?
Masih, Kak.... sepertinya sampai Ashar Bu Sofie masih ada di sekolah kok kak...jadi kalau kakak mau beli tiketnya....bisa telepon ke sekolah gitu...janjian sama Bu Sofie...biar ditungguin sama Bu Sofie... takutnya Bu Sofie pulang pas kakak ke sini....
Oh, gitu....aku rencana besok ke sekolah, Njel.... kebetulan besok cuma ada kuliah satu aja...jadi pulangnya cepet...makanya mau ke sekolah buat beli tiket....
Oh....bagus tuh....biar kebagian tiket....banyak yang mau beli tuh para alumnus.... hehehe....
Iya ya...? Wah, harus buru-buru nih....ya udah besok beli deh....
Selamat berburu tiket, kak....hehehe....
Oh, ya Njel.... besok bisa nganterin aku ke ruangannya Bu Sofie ? Aku tiba-tiba merasa canggung masuk ke ruangan beliau....sudah lulus sih...hehe...
Eemmmmhhh....kak Rev emangnya mau ke sekolah jam berapa ?
Jam pulang sekolahmu, Njel....kenapa ? Besok ada acara ya ?
Ga sih, kak....kirain kakak ke sekolahnya pas saya lagi pelajaran....kan jadi izin dulu sama Bu Guru kalau jam pelajaran gitu...
Oh....hahaha....ga lah...jam kamu pulang sekolah aja....
Sip deh....
Oke deh....sampai besok ya, Njel....
Baik, Kak Rev...
Oh ya, Njel.... minta nomer ponselmu ya....biar besok aku mudah menghubungimu kalau sudah sampai di sekolah....
Angela mengetikkan nomor ponselnya ke Kak Revin. Tak berselang lama ada bunyi telepon masuk. Ternyata itu telepon dari Kak Revin. Ia berpesan agar Angela menyimpan nomor teleponnya itu. Angela menjawab dengan kata iya.
