Bab 6 Beebu
Ini hari Minggu. Angela, Sherin, Naya dan Dila tengah ada di mall. Keempatnya sudah lebih dari 2 jam yang lalu berada di mall. Sehari sebelumnya, Naya mengajak ke mall bareng-bareng. Alasannya, ia ingin membeli keperluan menari buat acara Pensi, jadi minta ditemani belanja. Angela dan Sherin setuju. Mereka juga perlu membeli pernak-pernik buat tampil di Pensi itu pula. Dila pun mereka ajak di ke mall biar acara belanja semakin seru.
Yang pertama belanja Angela. Ia membeli baju terusan warna biru langit dengan panjang selutut berpotongan lebar di bagian roknya. Anak-anak OSIS sepakat memilih mengenakan kostum warna biru untuk dance di opening Pensi nanti. Itu sebabnya Angela membeli baju warna biru. Usai Angela mendapatkan baju, giliran mereka mengantar Naya mencari kebutuhan buat tampil menari. Ia yang paling banyak membeli barang karena kebagian tugas membeli atribut tari buat semua anggota kelompoknya. Ketiganya pun sibuk membantu mencari pernak-pernik tari buat Naya tersebut.
Terakhir giliran mereka mengantar Sherin mencari kostum dan aksesoris pendukung buat tampil jadi MC. Karena belanjanya bergiliran itulah tak terasa mereka sudah 2 jam lebih ada di mall. Dila yang ikut ke mall bukan buat belanja jadi terlihat paling tak bersemangat. Sejak setengah jam yang lalu ia mulai menunjukkan ekspresi kecapekan.
”Kita habis ini ke food court ya ? Aku haus. Laper juga. Kakiku terasa capek banget ngikutin kalian dari tadi,”ajak Dila.
Yang lain cuma menjawab dengan anggukan. Maklum, mereka masih sibuk memadupadankan aksesoris yang mau dibeli Sherin dengan baju yang sudah dibeli Sherin sebelumnya. Jadi tak terlalu konsentrasi menjawab ajakan Dila itu.
Dila makin bete. Ia mencoba mengambil ponselnya yang ada di dalam tas kecilnya untuk mencari hiburan mengisi waktu. Tapi hal itu batal dilakukannya. Saat ia membuang pandangan matanya, sesaat, sebelum tangannya benar-benar menyentuh tas, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu.
”Adoooohhh...kenapa dia juga ada di sini sih?” keluhnya kesal.
Mendengar keluhan itu barulah ketiganya tertarik mendengarkan Dila. Pandangan mereka beralih dari aksesoris ke Dila.
”Siapa ?” tanya Naya.
”Ituuuuuuhhhhhh.......” seru Dila sambil menggerakkan dagunya ke suatu arah.
Ketiganya langsung serta-merta mengarahkan pandangannya ke arah obyek yang ditunjukkan Dila dengan dagunya tadi.
Ternyata di blok gerai seberang mereka ada Randy dan Septiana. Entah mereka sedang membeli apa di toko itu.
”Yaaah...apes bener sih ? Kok kita sering banget ketemu mereka?” keluh Dila tak suka.
Ketiganya tersenyum lebar menanggapi perkataan Dila itu.
”Mereka bisa mengkloning diri ya ? Kok bisa ada dimana-mana gini ?”
Ketiganya jadi cekikikan mendengar komentar Dila barusan.
”Wajarlah, Dil. Kita tinggal satu kota. Satu sekolah pula. Pastinya kita akan sering ketemu merekalah,” sahut Naya.
”Kenapa mereka nggak transmigrasi ke planet Namek aja sih ? Biar nggak bikin sepet mata gini,” keluh Dila lagi.
Kembali ketiganya cekikikan merespon perkataan Dila itu.
”Udah kamu nyantai aja, Dil ! Yang diputusin itu Angela, kalau dia aja nyantai, kita juga nyantai. Kalau dia sewot, baru kita ikutan sewot,” saran Sherin.
”Betul tuh ,” timpal Naya.
”Aku bukan sewot. Cuma nggak suka aja. Boseeeeeen. Di sekolah ketemu mereka, eh ini jalan--jalan ke mall kok masih ketemu mereka lagi sih ?” gerutu Dila kesal.
Ketiganya meresponnya dengan senyuman geli.
”Udah, sabar ! Daripada ngeliat mereka bikin sakit mata dan sakit hati, mending kamu ke sini aja deh! Ikutan kita-kita milihin aksesoris buat Sherin !” ajak Naya.
Angela tak berkomentar. Ia bingung musti berkomentar apa. Untungnya Dila menurut, ia ikut berkerumun mencari aksesoris buat Sherin.
”Njel....??” panggil Dila beberapa menit kemudian.
”Emmmhhh,” sahut Angela ke Dila.
”Ntar...kalau kamu punya pacar nggak akan manggil dia Bebeb kan ?”
Bibir Angela mencebik sebentar.
”Nggaklah. Ntar dikira nyontek mereka lagi,”
”Baguslah kalau gitu,”
Hening sekitar 3 detik.
”Emang kalau kamu punya pacar lagi mau dipanggil apaan Njel ?”
Angela mendengus kesal. Pertanyaan Dila membuatnya mendadak terserang bad mood. Ia terlihat bersungut.
”Mau aku panggil Beebu,” sahutnya asal-asalan.
----------------------------
Keempatnya tengah berjalan menuju lantai dimana food court berada. Sampai di dekat eskalator, Dila yang berada di posisi paling depan tiba-tiba saja berseru.
”Raffaaaaaa !”
Sontak ketiganya yang tengah mengobrol membahas mau makan apa langsung melihat ke arah Dila yang sedang berseru ke arah Raffa itu. Raffa yang sudah ada di eskalator menoleh. Ia tersenyum ke arah keempatnya. Wanita yang berdiri di sebelah Raffa ikut menoleh.
Dila segera menarik Naya yang kebetulan ada di dekatnya untuk segera naik ke eskalator. Yang lain segera menyusul.
”Hai, Raff....nge-mall juga nih ?” sapa Dila begitu ia sudah di anak tangga eskalator yang lebih dekat dengan Raffa.
Raffa tersenyum sebelum menjawab.
”Iya kak....nemenin mama,” sahut Raffa sembari mengarahkan pandangan matanya ke wanita yang ada di sebelahnya.
Dila terkejut. Ia tak menyangka kalau wanita yang berdiri di samping Raffa itu ternyata mamanya Raffa.
”Oohhh.... selamat siang tante,” sapa Dila.
Wanita yang di sapa Dila melempar senyuman sebelum menjawab sapaan Dila itu. Naya, Sherin dan Angela menganggukkan kepalanya ke arah wanita itu sembari menyunggingkan senyuman.
”Teman-temannya Raffa semua ya ?” tanyanya.
”Iya tante....kami kakak kelasnya,” jawab Dila mewakili teman-temannya.
Tak ada percakapan lagi hingga eskalator yang mereka naiki mengantarkan sampai ke atas. Begitu mereka sudah sampai di lantai yang dituju, semuanya berjalan beriringan.
”Kalian mau kemana ?” tanya mamanya Raffa.
”Mau ke food court tante,” jawab Dila.
”Wah...sama dong...ayo kita sama-sama ke sana !” ajak wanita itu.
”Boleh tante...mari !” jawab Dila bersemangat. Tangan kanan Dila kini beralih menarik Angela supaya berdiri di dekatnya. Angela tak bisa menolak. Ia berdiri di sisi Dila. Setelahnya mereka berjalan menuju food court.
Saat mereka sudah sampai di salah satu gerai makanan, Dila mendorong ringan Angela supaya ia duduk di sebelah mamanya Raffa. Angela sempet mendelik ke arah Dila. Tapi Dila bersikap seolah tak melihat itu.
Angela duduk di samping kiri mamanya Raffa. Sedangkan Raffa sendiri duduk di sisi kanannya. Sementara itu Sherin, Naya dan Dila duduk di seberangnya.
Mereka memesan makanan. Sembari menunggu makanan dihidangkan, mereka mengobrol sejenak. Mamanya Raffa bertanya nama mereka satu-persatu. Mereka memperkenalkan diri. Tak lama berselang dari itu, mendadak Dila mengajak Naya dan Sherin menemaninya ke toilet. Naya dan Sherin sempat bingung dengan ajakan Dila yang terasa sedikit memaksa ini. Tapi akhirnya mereka menurut karena Dila menendang pelan kaki mereka berdua di bawah meja. Mereka bertiga akhirnya pamitan pergi ke toilet. Angela mendelik menatap ketiganya. Sayangnya, ketiganya pura-pura tak melihat hal itu.
Angela bersungut tipis menatap ketiganya sewaktu mereka pergi meninggalkannya di meja makan bersama Raffa dan mamanya. Tapi itu hanya berlangsung beberapa detik saja, karena detik berikutnya, mamanya Raffa sudah mengajaknya mengobrol.
”Tadi kalian belanja apa aja ?” tanya mamanya Raffa.
”Macem-macem tante. Belanja keperluan buat tampil di Pensi nanti,” sahut Angela sopan.
”Ohh...Angela ini apa yang ketua OSIS itu ya ?”
”Iya tante,”
Tiba-tiba senyum mengembang di bibir mamanya Raffa. Mendengar mamanya berkata seperti itu spontan Raffa langsung melirik mamanya. Tangan kanannya bergerak menyentuh lengan mamanya sebagai isyarat agar tak menyinggung lebih banyak lagi soal Angela. Mamanya Raffa tersenyum lebar.
”Maaf...tante kok tahu kalau saya ketua OSIS?”
Senyuman penuh arti kembali mengembang di bibir mamanya Raffa. Ia melirik Raffa sekilas sebelum menjawab.
”Raffa yang cerita kalau dia lagi sibuk sama ketua OSISnya buat event Pensi gitu,”
Angela mengangguk paham.
”Oh, doain acaranya sukses ya tante ?”
”Oh tentu. Tante doakan acaranya sukses. Dan semoga setelah event Pensi nanti kalian punya program kerja OSIS lagi, dan bisa bekerjasama lagi,” kata mamanya Raffa sembari melirik Raffa dengan senyuman yang menggoda putranya itu. Sekilas wajah Raffa terlihat tersipu tipis akibat aksi mamanya yang sedang menggodanya ini.
Angela meresponnya dengan senyuman. Kembali Raffa menyentuh tangan mananya agar tak lagi mengorek-ngorek info tentang Angela lagi. Mamanya Raffa kembali tersenyum penuh arti menggodanya. Raffa tak banyak bicara selama mereka menunggu makanan. Ia membiarkan mamanya mengobrol dengan Angela. Ia hanya merespon dengan kalimat-kalimat pendek jika ditanya.
”Eh, ayok kita foto bareng ! Biar bisa di posting di instagram. Tadi papanya Raffa yang sedang ikutan lomba mancing ditemani Raffi, kakaknya Raffa, udah posting foto lho, kita juga jangan kalah. Ayok kita wefie !” ajak mamanya Raffa.
Angela menjawab dengan anggukan. Raffa juga menurut saja. Ketiganya langsung berfoto bersama.
Sementara itu, di kejauhan, Dila, Sherin dan Naya memandang kejadian ini. Tangan Dila juga sudah memegang ponselnya. Dia juga sibuk memotret aksi ketiganya dari tempat yang agak tersembunyi.
”Apa sih sebenarnya rencanamu, Dil?” tanya Sherin.
”Kenapa kamu ngajak aku dan Naya ke toilet barengan gini sih ? Udah gitu malah belok ke sini pula, katanya mau pipis ?” protes Sherin lagi.
Dila tak menyahut. Sherin jadi kesal. Naya cuma melirik dengan pandangan tak suka. Dia juga sama kesalnya seperti Sherin. Tapi ia memilih diam ketimbang protes.
”Menurut kalian, kira-kira, Angela bakalan mau nggak ya pacaran sama Raffa ?” tanya Dila beberapa detik kemudian.
Sherin dan Naya mendelik kaget. Keduanya menatap Dila dengan pandangan kebingungan.
”Kamu kenapa sih, Dil ? Ditanyain apaan justru nggak jawab. Malah ganti topik dan nanya balik pula?”.
Kali ini Naya yang bersuara. Rupanya ia sudah tak sanggup membendung rasa kesalnya hingga memutuskan untuk memprotes Dila seperti Sherin. Dila menghembuskan nafas panjang sebelum menjawab.
”Aku ngajak kalian ke sini karena mau ngasih kesempatan buat Angela supaya lebih dekat sama Raffa dan mamanya,”
Naya melirik Dila dengan sorot pandangan mata tak mengerti maksud Dila.
”Biar Raffa bisa jadi Beebu. Biar kisah Beebu saingan sama kisah Bebeb,” sahut Dila yang terdengar asal-asalan.
Keduanya terdengar mendengus kesal.
”Iihh...kamu maksa banget sih ?!” komentar Sherin.
Dila memasang muka cuek.
”Huuufffttt...kalau Angela jadian sama Raffa. Jadinya R to R dong. Habis Randy ke Raffa. Yaaah...R lagi R lagi,” gumam Naya.
”Yang sebelumnya juga R kan?” sambung Dila.
”R yang mana nih ? Kok aku nggak tahu ?” tanya Naya.
”Kamu lupa aja kali. Bukannya nggak tahu. Emang nggak jadian sih. Mirip kasih tak sampai?”
”Siapa sih Dil ?”
”Kakak kelas kita, Nay. Tapi tahun ini udah lulus. Ingat kan ? Waktu kita MOS dulu ? Ada kakak kelas kita yang menarik perhatian Angela. Dia-nya sih biasa aja ke Angela,” Sherin yang menjawab pertanyaan Naya tersebut.
”Kak Revin ?” tanya Naya setelah mengingat-ingat beberapa detik kemudian.
Dila dan Sherin mengangguk hampir bersamaan.
”Oohh... Aku lupa tentang dia. Emang beneran kak Rev nggak suka Angela ?”
Keduanya kompakan menggendikkan bahu.
”Kabarnya sih, kak Rev udah punya pacar. Tapi anak lain sekolah gitu,” sahut Sherin kemudian.
”Yah...R lagi R lagi...,”gumam Naya kembali.
