Bab 4 Raffa tolong
Angela dan sahabat-sahabatnya menuju kantin di jam istirahat. Ia berjalan paling belakang. Sherin, Naya dan Dila berjajar berjalan di depannya.
Angela berjalan santai di belakang ketiganya sembari sesekali menengok kanan kiri melihat sekitar. Saat beberapa langkah lagi mau memasuki kantin, mendadak ketiga temannya berhenti.
Angela menabrak Dila yang tepat ada di depannya. Ekspresi Angela langsung kesal. Hidungnya terasa ngilu gara-gara menabrak kepalanya Dila. Ia meringis.
”Kalian kenapa sih? Berhenti mendadak kayak gini,” pekiknya.
”Kita balik aja yuk,”sahut Sherin
”Iya yuk ! Batal aja. Nggak usah ke kantin,”imbuh Naya.
Angela menatap temannya.
”Aku haus. Mau beli minum di kantin,”
”Jangan, Njel !! Balik ke kelas aja gih ! Ntar aku belikan kamu minuman kemasan gitu. Aku antar ke kelasmu deh,” kata Dila menimpali. Yang lain mengangguk setuju.
Angela menatap curiga teman-temannya. Heran melihat ketiganya mendadak kompak mengajak pergi meninggalkan kantin yang tinggal beberapa langkah lagi itu. Padahal ketiganya tadi yang justru semangat mengajaknya ke kantin.
Angela mencoba maju. Ketiganya kompak menghalangi. Angela semakin keheranan.
”Kalian ini kenapa sih?”
Ketiganya langsung berusaha menjauhkan Angela dari kantin. Sherin dan Naya menarik tangan kanan kiri Angela. Sedangkan Dila mendorong pundak Angela supaya bergeser menjauhi kantin. Angela mencoba bertahan. Sesaat keempatnya terlihat sedang terlibat aksi dorong dan tarik menarik di depan kantin.
”Aku mau ke kantin,” teriak Angela seraya berusaha melepaskan kedua tangannya yang sedang di pegang Dila dan Naya.
”Jangan....jangan ke kantin deh pokoknya,” ujar Sherin.
”Ada apa sih di kantin? Kok kalian melarangku ke sana?”
”Ada yang nggak ngenakin aja deh pokoknya,” sahut Naya.
”Apa itu?”
”Udah nggak perlu tahu detilnya,” timpal Dila.
Ketiganya kembali berusaha menjauhkan Angela dari kantin. Di saat itu muncul sebuah suara.
”Kak Angela!”
Angela menoleh.
”Raffa...tolongin aku Raffa,”teriak Angela.
Raffa menatap kebingungan. Ia tak paham maksud Angela. Di tangannya tampak proposal yang sudah digandakan.
”Nolongin apaan kak?”
”Tolong bantuin aku melepaskan tanganku yang di pegang teman-temanku ini !”
Raffa mendekat. Dila, Naya dan Sherin terdiam. Ketiganya seperti takjub melihat Raffa. Maklum, selama ini ketiganya belum pernah melihat Raffa. Belum sampai tangan Raffa menyentuh pergelangan tangan Angela yang di kunci oleh Sherin, terdengar pertanyaan penuh selidik.
”Kamu siapa?” tanya Sherin.
”Saya Raffa kak,”
”Kamu adik kelas ya?”cecar Dila.
Raffa mengangguk.
”Kenapa kamu mencari Angela?” gantian Naya yang bertanya.
”Mau nyerahin proposal kak?”
”Adooooooohhhhh....kalian ini kayak polisi lagi nangkep maling aja. Nanyain orang kayak gitu. Dia Raffa. Ketua panitia Pensi nanti,” protes Angela.
”Oohhh...” sahut ketiganya nyaris serempak.
Sherin dan Naya kompak melepaskan pegangannya. Angela mengibaskan kedua tangannya yang sekarang terlepas dari pegangan itu. Ia membalikan badan supaya menghadap ke Raffa.
”Tadi saya ke kelasnya kakak. Kata temannya, kakak lagi ke kantin. Jadi saya susul ke sini,” jelas Raffa ke Angela yang kini sudah terlihat tersenyum senang karena tangannya sudah lepas dari pegangan Sherin dan Naya.
”Mana proposalnya?” tanyanya ramah ke Raffa.
”Ini kak !” Raffa menyerahkan 3 jilid proposal. Angela menerimanya. Kemudian mendekapnya dengan tangan kirinya.
”Kamu bawa pulpen nggak?”
”Bawa kak?” sahut Raffa yang berusaha menggerakkan tangan kanannya ke arah saku dada untuk mengambil pulpen. Belum sampai tangannya menyentuh pulpen, tiba-tiba saja sebuah sentakan halus menyentuh tangan kanannya.
”Ke kantin aja yuk ! Aku tandatangani proposalnya di kantin sana. Ntar sebelum masuk kelas aku stempelnya di ruang OSIS,” kata Angela sambil menggelandang tangan kanan Raffa.
Raffa menurut. Ia membiarkan Angela menggandengnya menuju kantin.
Sherin, Naya dan Dila yang beberapa saat tadi sempat bengong mendadak menyadari sesuatu.
”Di kantin kan masih ada.............,”
Sontak ketiganya langsung menyusul Angela dan Raffa.
Terlambat. Angela dan Raffa sudah sampai di kantin. Pandangan mata Angela juga sudah tertumbuk pada Randy dan Septiana yang juga tengah ada di tempat itu.
Angela menghembuskan nafas panjang. Ia segera saja memaklumi kalau ketiga temannya tadi tiba-tiba mengajaknya batal ke kantin.
Ia tak ambil pusing dengan keberadaan Randy dan Septiana yang sedang makan di situ. Ia pura-pura tak melihat keduanya. Ia mengajak Raffa duduk di salah satu deretan meja kursi yang masih kosong. Randy sedikit kaget ketika tahu Angela melewati bangku yang ia duduki makan bersama Septiana saat ini. Ia hanya diam saja sambil melihat Angela berlalu bersama Raffa yang digandengnya itu. Sherin, Naya dan Dila menyusul masuk. Ketiganya juga pura-pura tak melihat Randy dan Septiana. Mereka berlalu tanpa menyapa Randy dan Septiana. Mereka langsung menuju ke arah Angela dan Raffa yang sudah duduk di sebuah bangku. Kini kelimanya duduk berkumpul di satu tempat.
--------------------
Jam pulang sekolah. Angela berdiri di depan kelasnya. Ia terlihat seperti menunggu seseorang.
”Njel...ayo pulang !” seru Sherin yang sudah datang bersama Dila dan Naya.
Mereka punya kebiasaan pulang sekolah bersama-sama. Karena Angela letak kelasnya deretan tengah dan lebih dekat dengan pintu gerbang jadi ketiganya yang lebih sering mendatangi Angela seperti ini.
”Kalian pulang duluan ya ! Aku masih ada perlu nih,”
”Ada perlu?”
”Perlu apaan?”
”Oh itu dia anaknya,” kata Angela tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan Sherin dan Naya barusan.
Ketiganya mengikuti pandangan mata Angela. Segera saja mereka menemukan sosok Raffa yang sedang berjalan menuju ke arah mereka berempat.
”Kamu mau pulang bareng dia ?”
”Bukan, Dil. Bukan pulang bareng. Tapi mau barengan ke ruang kepala sekolah dan ruangan yayasan sekolah,”
”Ngapain, Njel ?” tanya Dila.
”Nyerahin proposal yang tadi aku tandatangani,”
”Harus hari ini gitu ?” Sherin terdengar protes.
”Sebaiknya gitu. Makin cepat kan makin bagus. Kan hari Pensi makin dekat. Jadi biar panitia punya banyak waktu buat persiapan ini itu,”
Raffa sampai ke tempat mereka. Ia mengangguk ke arah keempat sebagai isyarat menyapa. Tak lupa ia tersenyum ke arah para kakak kelasnya itu.
”Harus berdua gitu ngadep kepala sekolahnya ?” tanya Sherin terdengar mulai nyinyir.
Angela mendelik. Ia jadi heran dengan perubahan nada suara temannya tersebut.
”Kan biasanya juga gitu, Sher. Ketua OSIS dan ketua panitia selalu ngadep kepala sekolah dan ketua yayasan barengan. Biar kalau ada pertanyaan dari pihak sekolah atau pun yayasan bisa saling ngebantuin ngejawab gitu,” tegas Angela.
Raffa diam. Ia merasa canggung. Angela buru-buru mengajak Raffa pergi sebelum timbul pertanyaan lagi dari teman-temannya itu.
”Ayo, Raff ! Kita pergi sekarang. Ntar keburu bapak kepala sekolah dan pengurus yayasan pulang !” katanya sambil menarik tangannya Raffa.
Raffa menurut. Ia tak protes tangannya di gandeng Angela seperti pagi tadi. Ia melempar senyuman ke arah Sherin, Naya dan Dila sebagai tanda pamitan.
Angela dan Raffa berlalu. Ketiganya menatap kepergian keduanya tanpa ada kata-kata lagi. Hanya tangan Dila yang bergerak cepat meraih ponsel di tasnya. Terdengar bunyi cekrek-cekrek beberapa kali.
”Itu Angela kenapa nggandeng tangan Raffa gitu sih ? Yang ngeliat, bisa-bisa mikirnya dia udah dapat penggantinya Randy tuh,” gumam Sherin.
Dila dan Naya menanggapi dengan senyuman.
”Angela kayak nggak nyadar kalau dia sering jadi bahan obrolan orang,” timpal Naya.
Dila dan Sherin mengangguk setuju.
”Kemarin aja, pas Randy pertama kalinya posting foto bareng sama Septiana, teman-teman di kelasku pada nanya, 'Lho, Randy sudah nggak pacaran sama Angela lagi yah? Kok foto bareng Septiana. Manggil Bebeb pula,' Hadeeeeeehhh....pada heboh gitu. Padahal kita sendiri nggak tahu kalau mereka putus,” keluh Naya.
”Sama. Di kelasku juga gitu. Pada nanya ke aku kayak gitu juga. Mentang-mentang kita sahabatnya Angela, terus dikiranya tahu semua hal tentang Angela gitu. Ya nggak jugalah. Kita juga punya kehidupan sendiri,” imbuh Sherin.
Giliran Dila dan Naya yang mengangguk sependapat.
”Iya. Kurasa kalau kemarin itu Angela nggak ngasih tahu kita lebih awal soal putusnya sama Randy, mungkin pertimbangannya dia masih niat memperbaiki hubungannya sama Randy sih. Kan dia bilang kalau chatnya belum dibaca sama Randy. Kayaknya Angela masih mau usaha memperbaiki hubungannya. Tapi ternyata Randy udah bikin pengumuman secara nggak langsung di sosmednya kalau dia udah nggak sama Angela lagi. Yaaaahhh...heboh deh jadinya. Pada bergosip semua,” imbuh Dila.
”Duuuuuuhh...yang putus pacaran Angela sama Randy, tapi kok pada minta klarifikasinya ke kita-kita sih ? Kenapa nggak pada nanya langsung ke Angela atau Randy aja tuh?!” keluh Sherin.
Dila dan Naya menanggapinya dengan senyuman dan menggendikan bahunya. Tak lama kemudian ketiganya segera berlalu ke arah pintu gerbang untuk pulang sekolah.
