Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9. Murahan

"Aku bisa memberikan setengah perusahaan Mendell kepada Anggello dan memberikan nama belakang ku padanya." Kata kata Shene waktu itu terngiang ngiang di telinga Abi.

Bohong jika Abi bilang Anggello tidak butuh pengakuan si brengsek Shene. Anggello butuh pengakuan ayahnya. Dulu dirinya yang di salahkan tapi sekarang ia tidak mau semua orang menghakimi Dirinya dan Anggello.

Ia memjamkan matanya, ingatannya kembali ke masa lalu.

Flash back on.

Bau rumah sakit menyengat d indera penciumannya, tidak! Ia tidak boleh di rumah sakit, orang orang akan tahu kalo dia sekarang berada di rumah sakit.

Mau tidak mau Abi membuka kelopak matanya, refleks tangannya memegang perutnya yang sedikit sakit, apa bayinya berhasil di singkirkan? Pertanyaan Abi di dalam hatinya.

"Bayi mu masih selamat," ujar seseorang. Abi melihat ke arah suster itu yang sedang membereskan beberapa selimut, mungkin selimut bekas orang yang menemaninya? Tapi tidak ada seorang pun yang ada di ruangannya. Apa keluarganya tidak menemaninya?

"Keluarga mu sedang sarapan, kau istirahat saja dulu." Lagi lagi suster itu menjawab semua pikiran Abi.

"Aku Aime, jika kau butuh sesuatu, tekan bel di dekat kepala mu. Aku pergi." Suster itu pun pergi.

Abi memejamkan matanya, Ayahnya akan kecewa, dan semua orang akan menanyakan siapa ayah dari bayi ini, dan Abi harus menjawab apa? Apa Abi harus menjawab dengan jujur.

Ia menghela napas panjang bertepatan dengan beberapa orang yang masuk ke dalam kamarnya. Ayahnya, ibu tirinya, Jean, Charlotte dan....... Shene. Pria yang menghamilinya.

"Ayah____"

Ayahnya hanya mengangguk lalu menghampiri anaknya itu dan mengelus lembut puncuk kepalanya.

"Katakan jika sakit," kata ayahnya. Beny tidak bisa menyalahkan anaknya. Mungkin memang salah dirinya yang kurang memperhatikan Abi, Beny terlalu fokus melakukan pekerjaannya hingga lupa dia memiliki seorang putri yang kurang perhatian.

"Cih, dasar anak dan ibu sama saja, perempuan murahan!" Desis Aliya yang sedang duduk di sofa.

"Katakan pada ayah, sayang. Siapa pemuda yang menghamili mu? Katakan!" Ujar Beny dengan lembut, ia mengelus rambut Abi.

Abi menangis terharu, bahkan ayahnya berbicara dengan lembut. Abi menggelengkan kepalanya lalu memeluk ayahnya dengan erat, terlalu berat untuk mengatakan jika itu Shene.

"Maafkan Abi, ayah." Hanya itu yang keluar dari bibir Abi. Beny memejamkan matanya begini rasanya menjadi ayah yang gagal untuk putrinya, ia harus meminta maap kepada mendiang ibu Abi karena telah gagal menjadi ayah.

Beny melepaskan pelukannya, lalu menghapus air matanya, "Katakan siapa pemuda itu."

Abi melirik orang yang ada di ruangan itu satu persatu. Ibu tirinya menatapnya dengan tatapan jijik begitupun dengan Jean. Charlotte mentapnya dengan rasa iba dan terkhir Shene dia bahkan tidak menatapnya sama sekali, pria itu sibuk menggenggam tangan Jean.

"Katakan sayang, siapa?" Tanya Beny lagi.

Shene yang mendengar percakapan itu dalam hatinya begitu tidak tenang ia takut Abi mengatakan dirinya adalah ayah dari bayi itu. Karena tidak kuat Shene melepaskan tangan Jean, dan segera pergi dari ruangan Abi. Namun langkahnya terhenti ketika Abi memanggil namanya.

"Shene!"

Semua orng tercengang dengan tuduhan Abi itu.

"Shene adalah ayah dari bayi yang aku kandung, dia menyu____"

"Tidak mungkin!" Teriak Jean, gadis itu langsung berdiri dari duduknya.

"Aku saja tidak pernah Shene sentuh, sialan! Tidak mungkin dia menyentuhmu!" Teriak Jean lagi.

Jean beralih menarik tangan Shene, "Katakan sesuatu Shene, kau tidak mungkin melakukannya bukan?" Ujar Jean. "Katakan kalo dia hanya bermimpi." Tapi Shene hanya diam ia tidak bisa mengelak.

Charlotte mentapnya dengan tidak percaya. Ia menggelengkan kepalanya, "tidak! tidak mungkin!" Lirih Charlotte lalu tidak sadarkan diri karena syok.

"Mom!" Pekik Shene, ia segera menghampiri ibunya. Mata hitam pekatnya menatap tajam Abi.

"Kau puas!" Teriak Shene tidak terima.

"Enyahlah dari muka bumi ini, Abi!" Desis Shene, ia meraih ibunya menggoyang goyangkan tubuh ibunya.

"Aunty, aunty!" Jean ikut membantu Shene.

"Bawa ke kursi, Shene." Alya ikut memapah Charlotte.

Sedangkan Beny masih menyaksikan apa yg baru saja terjadi. Putrinya di bentak oleh Shene yang bukan siapa siapa, bahkan dirinya saja tidak pernh membentak Abi.

Beny yakin Shene pasti memaksa Abi melakukan hal yang tidak tidak, Beny percaya Abi tidak semurahan itu. Abi tidak seperti ibunya! Tidak! Dia tidak akan seperti ibunya, itu adalah kata yang Beny pegang teguh, karena Abi darah dagingnya.

"Shene! Apa benar yang di katakan oleh Abi?" Tanya Benny menghampiri Shene yang sedang panik karena ibunya.

"SHENE!" Teriak Benny sambil menarik baju Shene.

Shene tersentak kaget. Siapa Benny berani beraninya mengerikannya, bahkan ayahnya sendiri tidak pernh meninggikan suaranya di depannya.

Shene melepaskan tangan Beny dari bajunya. "Tanya pada anak murahan mu itu!" Desis Shene marah.

Brugh!

Benny melayangkan pukulan di rahang Shene. "Jaga ucapan mu bocah!" Teriak Benny tidak terima karena Shene menyebut Abi murahan.

Alya segera menengahkan antara suaminya dan kekasih anaknya itu. "Apa yang kau lakukan Benny! Kau bisa di tuntut!" Teriak Alya ia menarik suaminya menjauh dari Shene. Sedangkan Jean memeluk Shene agar Shene dan ayahnya tidak berkelahi lagi.

Abi menutup bibirnya karena terkejut, Abi kira semuanya tidak akan seperti ini.

"Tanya pada anak murahan mu! Apa aku memaksanya?" Desis Shene. "Anak mu bahkan rela memberikan tubuhnya padaku karena dia tergila gila padaku!" Desis Shene lalu terkekeh pelan. "Bagaimana? Benarkan Abi?" Tanya Shene dengan seringainya.

Padahal Shene tidak pernah memaksa Abi sedikitpun, gadis itu benar benar tergila gila padanya hingga memberikan semua yang Shene inginkan, bahkan sepertinya Abi akan sukarela memberikan nyawanya untuk Shene.

Jean tidak tahan dengan semuanya, ia melepaskan pelukannya dari Shene, lalu menghampiri Abi dia menarik rambut Abi dengan sangat kasar. "Jalang sialan!" Teriak Jean murka.

"Sakit, Jean!" Teriak Abi.

Plak!

Plak!

Jean bahkan menampar pipi Abi dengan keras membuat sudut bibir Abi sobek.

"Hentikan Jean!" Teriak Benny ketika melihat Jean meraih vas bunga dan melemparkannya ke kepala Abi, dan sialnya Benny terlambat. Vas itu sudah pecah di kepala Abi.

"Ayah," lirih Abi.

Benny benar benar murka, ia mendekat ke arah Jean lalu menampar Jean dengan keras hingga kepala Jean sersungkur kesamping.

"Aku tidak pernah mendidik anak anak ku berbuat kasar seperti itu!" Desis Benny, "dan sekarang kau membuktikannya sendiri, kalau kau bukan____"

"Hentikan Ben!" Teriak Alya. Tidak! Anaknya tidak boleh tahu rahasia terbesarnya dan Benny.

"Ayah," lirih Abi. Pandangan Abi benar benar gelap. Tapi ia masih bisa mendengar ayahnya memanggil namanya, dan menyuruh ibunya memanggil dokter.

To Be Continue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel