5. Menjadi Simpanan
Flashback on.
Kau ke apartment ku sekarang!
Lantai 27, no 501
Shene
Abigail gadis gendut itu, melotot tak percaya yang mengirim pesan singkat adalah Shene, pria yang ia sukai dari kecil, tunggu dari mana Shene memiliki nomornya?
Ini sudah malam, Shene. Besok saja.
Abigail Amar
Abigail mondar mandir, sambil tersenyum karena begitu senang mendapatkan pesan singkat dari lelaki yang sangat ia cintai itu. Menit berlaku Shene tidak kunjung membalas pesan singkatnya.
Ia ingin pergi ke apartment Shene tapi, ini sudah sangat larut sekali. Jarang jarang Shene menyuruhnya seperti itu. Biasanya Shene hanya memintanya mengerjakan tugas tugasnya saja.
Karena tidak kunjung mendapatkan balasan pesan singkat dari Shene. Abigail langsung mengganti bajunya, ia segera pergi ke apartment Shene.
Apapun itu, asalkan bertemu dengan Shene! Ia tidak perduli hanya Shene yang sekarang ia perduli kan. Ini kesempatannya. Abigail memesan taxi online, untuk bisa cepat cepat ke apartmernt Shene.
Dadanya bergemuruh tidak karuhan, apa yang akann Shene perintahkan kepada Abigail. Apapun itu, meskipun mengerjakan 100 soal fisika ataupun kimia akan Abi lakukan asalkan itu membuat Shene berada di dekatnya.
Setelah sampai di sebuah gedung tinggi, abi segera masuk ke dalam. Dan menaiki lantai di mana apartment Shene berada.
Keringat dingin mulai keluar dari tubuh Abi, ketika ia menekan bel apartment Shene. Dan setelah beberapa menit, sosok yang sangat Abi cintai muncul, lelaki itu benar benar tampan dengan bertelanjang dada.
"Masuk!"
Seperti di hipnotis Abi langsung saja menuruti perintah Shene.
"Apa kau mencintaiku?" Tanya Shene.
Abi kikuk, baru saja ia masuk ke dalam apartment Shene ia langsung di hadiahi pertanyaan seperti itu.
"Jawab aku!" Desis Shene.
"Aapa k_au akan marah?" Shene menikan sebah alisnya, lalu menggeleng.
"Aku mencintaimu," ujar Abigail sambil menutup matanya.
"Sekarang kau pacar ku, tidak ada yang boleh
tahu, hanya aku dan kau!"
Abigail membuka matanya tak percaya sorot birunya menatap sosok tampan yang berdiri di depannya.
"Apa kau serius?"
"Ya, apa kau mau melakukan apapun untukku"
"Apapun itu," jawab Abigail cepat.
"Aku ingin kehormatan mu!"
Abi menggeleng kan kepalanya, "Ti__tidak Shene, aku akan pulang." Abi segera membalikan tubuhnya, tapi Shene segera menarik tangan Abi hingga tubuh abi bersentuhan dengan Shene.
Abigail menatap wajah Shene, benar benar tampan, ini kali pertama Abi bisa menatap wajah tampan Shene dengan jelas .
"Kau harus mau, kesempatan tidak datang dua kali, Abi."
Abigail diam, ya kesempatan tidak datang dua kali, lagi pula hanya Shene yang Abi inginkan. Entah dorongan dari mana Abi mengangguk sambil menatap wajah Shene. Shene tersenyum, lalu meanarik tangan Abigail memasuki kamarnya.
Jujur saja hati Shene juga bergemuruh ini pertama kalinya Shene akan melakukan skidipap-pap. Mau tidak mau Shene malakukan nya, dengan perasaan campur aduk, Shene duduk di atas ranjang. Sedangkan Abi berdiri di depan Shene.
"Buka baju mu!" Ujar Shene. Abigail diam, karna jujur saja Abi takut jika ayahnya tahu.
"Kau ingin kita putus?" Abigail menggeleng cepat.
"Cepat buka bajumu!" Desis Shene.
Dengan patuh Abigail membuka bajunya, menyisakan bra berwarna hitamnya. Shene menyipitkan matanya, matanya masih sehat, tubuh Abigail tidak terlalu gemuk, hanya saja tubuhnya lebih besar dari pada Jean yang memiliki tubuh ideal, tubuh Abi benar benar mulus dan putih. Dan mungkin pakaian Abigail yang malah membuat Abigail terlihat lebih besar.
"Celana mu!" Ujar Shene. Shene terus mengingat adegan adegan vidio yang tadi ia tonton, beberapa vidio. Shene tidak berpengalaman, ia benar benar menjauhi l seks bebas. Karena Shene memegang teguh seks after marriage.
Dengan patuh Abigail kembalimenanggalkan celananya. Hingga menyisakan cd berwarna hitam. Tubuh Abigail putih, tanpa ada bekas apapun di tubuhnya, membuat Shene gugup setengah mati.
"Mendekat! Dan jongkok!" Perintah Shene. Abigail melangkah mendekati Shene, lalu jongkok di hadapan pria yang ia gilai itu.
Hanya sekedar berciuman Shene sering melakukannya dengan Jean, tapi melakukan skidipap-pap, Shene belum pernah. Membuatnya di banjiri keringat dingin.
Shene bahkan lupa vidio yang ia tonton selanjutnya, tapi melihat bibir Abigail membuatnya ingin melumat bibir seksi itu.
"Aku memeiliki aturan, pertama jangan sentuh aku, kedua kau harus mematuhi aturan ku, kalau tidak kita putus! Kau mengerti?" Tanya Shene. Telunjuknya mengangkat dagu Abigail.
"A__ a___aku mengerti."
"Good girl."
Dengan cepat Shene melumat bíbir Abigail, bibir Abigail benar benar seksi, apalagi di tambah bibir Abigail sangat murni, tidak ada tambahan apapun seperti lipstik. Abigail tidak memiliki wajah jelek, wajahnya putih bersih. Bahkan kulitnya sangat lembut, pipinya chuby, dan matanya belo. Bulu matanya bahkan sangat hitam, bisa kalian bayangkan seperti apa wajah Abigail. Ya cantik, namun di mata Shene Jean lah yang tercantik. Tidak ada yang lain hanya Jeannya saja.
Sedangkan Abi, perasaan Abi campur aduk antara sedih dan senang. Sedih karena ia prihatin terhadap dirinya sendiri dan akan kehilangan kehormatannya, tapi ia juga senang, senang bisa melakukan pertama kalinya bersama Shene. Dan menjadi pacar Shene.
Sekuat tenaga Abi meremas tangannya sendiri, ketika Shene melumatnya dengan sangat kasar, apalagi ketika Shene meremas payudaranya, itu benar benar sakit. Apalagi sesekali Shene memainkan putingnya.
Shene mendorong tubuh Abi ke atas kasur berukuran king sizenya. Mata Shene memerah gairah mulai menyelimutinya. Shene mulai meruduk mengunci tubuh Abigail. Mencium leher Abigail sesekali ia meremas dada milik Abigail. Membuat Abigail juga merasakan gairah.
Shene membuka kaitan bra Abigail. Shene mencoba mengingat adegan di vidio yang ia tonton namun nyatanya ia sangat lupa, otaknya benar benar kotor sekarang bahkan ini dorongan tubuhnya sendiri.
Bibir Shene terus menciumi dada Abigail, sesekali ia menyesap puting Abigail, menggigitnya membuat Abigail kembali meringis. Tangan Abigail kini meremas rambut Shene, ia tidak tahan lagi untuk tidak menyentuh Shene.
"Shene," rintih Abigail.
Tanpa mau banyak waktu, Shene membuka cd Abigail dengan tergesa gesa, miliknya benar benar sudah sangat menegang Mata Shene menyipit, ia tidak tahu harus memasukan miliknya ke mana. Dengan hati hati Shene memasukan miliknya ke lipatan lembab milik Abigail.
"Ahk" Pekik Abigail. Saat rasa perih benar benar ia rasakan. Sedangkan Shene, tidak perduli ia tetap memasukan miliknya sampai miliknya benar benar masuk seutuhnya di dalam sana.
Tangan Abi, repleks meremas tangan Shene, sedikit membenamkan kukunya di tangan Shene. Karena kesakitan luar biasa itu, rasanya ada yang putus di miliknya itu.
Hingga akhirnya kesakitan itu berubah menjadi kenikmatan yang sangat asing. Abi merasakan sesuatu keluar dari miliknya, begitupun milik Shene, terasa penuh di miliknya. Hingga Shene menyelesaikannya hingga beberapa ronde.
Flashback off
To Be Continue
