4. Pertandingan
"Ini sangat keterlaluan dad," Dengus Shene yang baru saja masuk ke dalam ruangan Seth.
Shene tidak terima Ayahnya menyuruh model itu tinggal di rumah miliknya, kenapa tidak di apartemen saja, apartemen property milik DH company sangat banyak. Tapi kenapa ayahnya malah memberikan rumahnya? Dan dia baru tahu pagi ini, ketika barang barang miliknya sudah di pindahkan ke mansion ayahnya tadi pagi.
Seth menaikan sebelah alisnya tidak mengerti apa yang di maksud oleh anaknya ini, "apa maksud mu?" Tanya Seth.
Shene menggelengkan kepalanya ayahnya benar benar aktor hebat, "Kenapa harus rumahku! Kenapa tidak apartemen milik perusahaan!"
Dan detik selanjutnya Seth mengerti arah pembicaraan Shene. "Hanya satu tahun Shene, jangan terlalu berlebihan," kata Seth santai.
"Itu keterlaluan dad! Itu rumah ku! Aku tidak papa jika kau memberikan apartemen ku, itu rumah ku yang akan aku tempati bersama Jean, bahkan Jean saja belum tahu rumahnya!" Dengus Shene. Tidak habis pikir dengan tindakan ayahnya.
"Nanti dad kembalikan, dad hanya pinjam saja, astaga. Jangan mempermasalahkan hal kecil, seperti orang susah saja," jawab Seth enteng.
" ingat satu hal Shene, kau tidak boleh kesana apapun alasannya, jika kau ingin ke sana kau harus membuat janji dengan managernya terlebih dahulu."
"Why! Aku adalah bosnya, dad."
"Bukan kau tapi aku, lagi pula dad tidak tahu alasannya, itu yang di katakan mori kepada ku, katanya dia butuh privasi."
"Sombong sekali dia, seberapa hebat dia berpose!" Dengus Shene.
"Mungkin melebihi Carl ku? Atau Jean mu," kekeh Seth.
"Masa bodo! Aku ingin ganti dari rumah ku!"
"Kau mau apa?"
"Tidak sekarang tapi mungkin nanti, baiklah aku ke kantor dulu, selaku kalah jika berdebat dengan orang sombong!" Dengus Shene lalu pergi.
Jika saja bukan ayahnya sudah di pastikan Shene sudah menendang bokong orang tua itu karena sudah berani beraninya mengambil rumah yang ia buatkan untuk Jean.
Langkah kaki Shene berhenti ketika ia melihat Abi Rusell masuk ke dalam gedung pemotretan yang berada di samping gedung perusahaan DH company. Ia ingat sesuatu, dan ia penasaran, Shene merasa pernah melihat wanita itu tapi di mana, apalagi mata dan bibirnya itu sangat tidak asing bagi Shene.
"Kenapa aku teringat kepada dia, oh shit!" Gumam Shene lalu masuk ke dalam mobilnya.
5 tahun yang lalu.
"Jika kau kalah, kau harus menghabiskan sisa semester ini bersama dengan si gendut Abi," ujar seorang pemuda tampan dengan gaya sombongnya. Sedangkan lawannya hanya diam.
"Kenapa kau takut?" Tanya pemuda tampan itu sambil terkekeh geli.
Victor Valdes siapa yang tidak mengenal Victor Valdes musuh bebuyutan Shene di dunia perbasketan, wajahnya dan takdirnya tidak jauh dari Shene tampan, kaya raya dan pintar tapi ia selalu menjadi nomor dua setelah Shene membuatnya tidak menyukai Shene.
"Takut hanya berlaku untuk pengecut," jawab pemuda yang lebih tampan itu, ia menyeringai tipis, "aku tidak akan pernah kalah," ujar Shene, Shene mendekatkan wajahnya tepat di samping telinga Victor, "apalagi kalah oleh mu." Lanjutnya sambil terkekeh.
Shene menjauh dua langkah dari Victor, melipatkan kedua tangannya di dada. "Jika kau kalah, aku ingin kau berhenti mendekati kekasih ku, Jean," Ujar Shene. Lalu mundur dari tengah lapangan, menghampiri timnya.
Sedangkan para murid murid di SMA Nusa1 itu terus bersorak menyoraki para idola mereka masing masing. Hal nya Abi sekarang duduk di barisan penggemar Shene yang ikut bersorak
"Shene! Shene!" Terik para gadis ketika pemuda bernama Shene itu mulai memantulkan bola, untuk pemanasan.
"Victor! Victor!" Sebagian para gadis juga meneriaki pemuda itu. Ketika kedua pemuda itu mendekat untuk berhadapan dengan wasit, banyak para siswa dan siswi memprediksi siapa yang akan menang.
Hampir semua para siswi menyoraki Shene yang dengan sangat aktifnya dia melakukan dribbling, melakukan umpan, dan memasukan bola basket ke dalam ring dengan sangat lincah membuat para perempuan bersorak, ketika Point di
menangkan oleh Shene.
Shene tersenyum miring kepada Victor, ia memberikan ekpresi di mana dia menunjukan siapa dirinya sebenarnya. Siapa suruh menantang Shene.
Semua bersorak kembali, tim yang sama sama kuat sedang bertanding. Bagaimana Shene dan Victor menguasai bola membuat para penonton yang melihatnya ikut dekdekan. Karena Victor juga berhasil menambah skor nya.
"Ahk" Pekik para siswi ketika Shene terjatuh. Tapi tidak membuat pertandingan berhenti. Shene kembali berdiri. la kembali aktif berusaha merebut bola kembali dari Victor.
Skor sama, dan pertandingan sebentar lagi akan berakhir. Shene tidak boleh kalah, ia tidak akan sudi menghabiskan sisasemesternya dengan Abigail. Tidak akan
pernah!
Brugh! Shene kembali jatuh, dan blush! Bola berhasil di masukan ke dalan ring oleh Victor dan Prit! Tanda permainan telah berakhir. karena wasit sudah meniup peluitnya.
Beberapa gadis berteriak tidak terima karena idola mereka yang kalah, tapi beberapa gadis hanya kecewa saja, dan pergi dari lapangan basket.
Jean Amar gadis cantik dengan perawakan bak model itu, berlari menghampiri sang kekasih, membantu sang kekasih agar berdiri.
"Ini curang, Shene!" Dengus Gavin tidak terima.
"Victor terus membuat pelanggaran,"ujar Lio.
"Ini hari pertama kita kalah," kata Nial santai.
Sedangkan Victor berjalan angkuh ke arah tim Shene, sambil tersenyum mengejek ke arah mereka berempat.
"Aku tunggu vidionya," bisik Victor saat melintasi tubuh Shene.
Tangan Shene terkepal kuat, ini adalah pertama kalinya dia kalah dalam pertandingan ini benar benar sejarah dalam hidupnya di kalahkan oleh Victor. Dan sialnya dia harus menghabiskan sisa semesternya dengan si gendut Abigail.
"Aku antar kau ke UKS," ujar Jean yang baru saja datang. Lalu memapah tubuh Shene.
Namun seketika Shene menghentikan langkahnya. "Tidak apa apa, ini hanya sedikit sakit, bukannya kau ada pemotretan?" Tanya Shene dengan nada dingin.
Ya hari ini Jean memang ada pemotretan, tapi tadi malam Shene meminta agar Jean menemaninya bertanding, tapi Jean kukuh, dan Shene hanya bisa membiarkan keinginan Jean. Sebenarnya Shene tidak marah tapi karena kekalahan yang ia dapat ia jadi marah kepada Jean.
"Maaf," bisik Jean.
"Kau urusi saja, pemotretan mu!" Kata Shene lalu pergi meninggalkan Jean. Di ikuti oleh teman temannya.
Shene benar benar kesal sendiri, lengkap sudah emosinya sekarang. Semalam ia marah kepada Jean, karena Jean lebih memilih pemotretan nya dari pada Shene. Dan sekarang ia harus kalah dalam pertandingan. Dan mengakhiri semesternya dengan Abigail.
Gadis yang paling ia hindari karena ia tidak menyukainya, sebenarnya Shene tidak masalah dengan perawakan Abi, tapi ia tidak menyukainya karena Abi membuat keluarga Jean menjadi ancur, dan bagaimana Abi terang terangan menyukainya, itu sangat menjijikan padahal Abi tahu Shene kekasih Jean.
To Be Continue
