3. Indonesia
Lampu blitz dari kamera para wartawan mulai mengambil gambar seorang wanita yang baru saja turun dari mobil mewahnya, di dampingi seorang pria yang tampan di sampingnya.
Abigail menghela napas pasrah, tangannya mengeluarkan keringat dingin, takut takut terjadi sesuatu, ini adalah pertama kalinya dia kembali di pertemukan dengan orang orang yang menjadi mimpi buruk di masalalu nya. Ia menghela napas menghirup udara segar agar perasaannya lebih tenang dan lebih baik.
"Selamat datang Mis. Russell," ujar Seth ia memakaikan kalung bunga sebagai ucapan selamat datang kepada Abi.
Sebentar, apa pria yang di depannya tidak mengenalinya? Ini adalah pertama kalinya Abi kembali bertemu dengan pria paruh baya itu tapi Abi masih mengenalinya. Seth masih tampan hanya saja beberapa kerutan mulai muncul di area wajahnya dan beberapa uban menghiasi rambut hitamnya, tapi itu membuat Seth malah semakin seksi.
"Terimakasih, Mr. Mendell." Abi tersenyum. Lalu tatapannya beralih ke arah Charlotte, wanita paruh baya cantik itu juga tidak mengenalinya, dari cara Charlotte melihat Abi tidak ada keterkejutan sedikit pun, kemudian ia membuang pandangannya ke arah Bian. Semuanya tidak mengenalinya, tapi itu cukup bagus untuk dirinya.
"Ini istriku," ujar Seth memperkenalkan istrinya dengan bangga.
"Cantik sekali," ujar Abi basa basi.
"Terimakasih Mis. Russell, anda juga sangat cantik." Balas Charlotte, berusha seramah mungkin.
"Kenalkan dia manager ku, Bian Castell."
"Selamat datang Mr. Castell senang bekerja sama dengan mu, mari kita mulai acaranya," ujar Seth mengakhiri basa basinya dan mengajak Abi masuk ke dalam gedung.
Abi mengamati semua orang yang datang, dan yang mendatangi acara ini mungkin hanya orang orang inti yang bekerjasama dengan DH company terlihat dari tuxedo tuxedo yang mereka pakai, mereka bukan orang orang sembarangan.
"Kenalkan dia anak ku dan calon istrinya," ujar Seth memperkenalkan Abi kepada Shene.
"Jean Amar." Jean mengulurkan tangannya, Abi pun membalas dengan santai.
"Abi Rusell," balas Abi. Jean mengamati wajah Abi, wajahnya tidak asing ia pernah menemui wanita ini tapi di mana? Mungkin hanya perasaannya saja.
"Mis. Amar," ujar Abi membuyarkan lamunan Jean, "Kita terlalu lama bersalaman, aku masih normal," kekeh Abi, di ikuti kekehan dari Seth dan Bian.
"Ahh, ya maapkan aku." Jean segera melepaskan tangan Abi.
"Shene Mendell." Kini giliran pria yang menjadi mimpi buruknya yang memperkenalkan diri, pria itu masih sama, masih sangat tampan.
Abi tersenyum miring, menatap mata Shene dengan seksi, lalu menjabat tangan Shene, "Abi Rusell," balas Abi dengan suara seksinya. Lalu Shene melepaskan tangannya dari Abi.
Shene menyipitkan matanya, wajah model Amerika ini tidak asing baginya. Matanya dan bibirnya benar benar tidak Asing, seperti mirip seseorang di masa lalunya, tapi siapa?
"Kenalkan dia Bian Castell, managerku," ujar Abi memperkenalkan Bian.
"Senang bekerja sama dengan anda, Mr. Mendell." Kata Bian.
"Hai aku Ciana Mendell," ujar seorang gadis berusia sekitar 20 tahun, yang baru saja bergabung dengan mereka yang sangat antusias memperkenalkan dirinya, di ikuti oleh pria yang tampan serasi dengannya, bisa Abi tebak sepertinya itu adalah Gavin, tidak banyak yang berubah darinya, apa mereka sekarang menjalin hubungan? Abi hanya tersenyum menyambut Cia yang antusias.
"Abi Rusell."
"Gavin Orlando." Pria itu memperkenalkan diri.
"Oh astaga kau lebih cantik daripada di majalah dan di tabloid tabloid, boleh kita berfoto, aku akan membuat orang orang iri karena berfoto dengan mu," ujar Ciana mengapit tangan Abi.
"Cia, jaga sikap mu." Charlotte mencoba memperingati Cia karna bersikap tidak sopan.
"Tidak apa apa Mrs. Mendell," jawab Abi merangkul Cia.
Cia pun mengeluarkan ponselnya dan mulai mengambil gambar dirinya dan Abi. Sedangkan Bian mulai berbicara bisnis dengan Seth dan Shene.
***
"Mereka sungguh tidak mengenali mu Abi," ujar Bian. Pria blasteran Jerman Amerika itu terus saja mengoceh tentang kejadian di pesta tadi, tentang penampilan semua orang, dan Bian menyukai bentuk tubuh teman teman Shene.
"Lebih baik seperti itu, sampai aku kembali ke Amerika." Jawab Abi. Ia masih sibuk membereskan baju bajunya yang harganya sangat fantastik.
"Apa ayah mu ada di pesta tadi?" Tanya Bian.
Abi menghentikan aktivitasnya, ya benar ia tidak melihat Ayahnya, kemana pria itu padahal Jean ada di sana harusnya Ayah dan ibu tirinya datang karena mereka adalah calon keluarga dari keluarga Mendell. Tapi mungkin saja ayahnya sedang ada pertemuan.
"Aku tidak tahu. Jangan membahas dia." Abi kembali membereskan semua pakaiannya
"Oke." Bian mengerti ia langsung diam dan tidak berbiacara lagi mengenai pesta tadi. Ia kembali fokus ke gadget miliknya.
Tapi suara deringan di ponsel Bian membuat mereka berdua menghentikan aktivitasnya.
"Biar aku yang angkat." Abi segera mengangkat panggilan telepon dari seseorang yang ingin ia dengar suaranya.
"Hallo uncle." Abi tersenyum mendengar suara yang sudah seharian ini belum ia dengar.
"Dimna mom?" Tanya seseorang di sebrang sana lagi. "Uncle, astaga kau mendengar ku tidak!" Dengusnya, membuat Abi tertawa tidak tahan karena gemas sendiri.
"Hallo sayang!" Sapa Abi.
"Mom jahat, kenapa meninggalkan ku dan Aime berdua." Pekik seorang anak kecil di sebrang sana dengan nada kesalnya yang khas.
"Maafkan mommy sayang."
"Aku ingin ikut kesana!"
"Tidak, Ello!"
"Astaga kenapa aku memiliki ibu jahat seperti mu!" Dengusnya. Membuat Abi sedikit terkekeh.
"Disini sangat panas, tidak ada hujan salju disini, aku juga tidak suka, tapi harus aku lakukan hanya demi uang," ujar Abi memberi pengertian kepada anaknya.
"Sampai kapan aku harus tinggal di panti asuhan, padahal aku memiliki ibu, apa kau malu memiliki putra setampan aku?" Abi tertawa mendengar perkataan anaknya itu, astaga anaknya benar benar percaya diri.
"Kenapa mommy tertawa, aku serius!" Teriaknya.
Abi menjauhkan ponselnya karena teriakan anaknya menggema. "Oke sayang maafkan mommy, mommy pasti akan menjemput mu, dan kita akan tinggal berdua selamanya sampai kau memiliki istri dan membuatkan cucu cucu lucu untukku," kata Abi.
"Aku masih berumur 5 tahun mom! Kenapa harus membahas cucu," dengus anaknya lagi. Abi benar benar suka membuat anaknya marah.
"Mommy lupa astaga, mommy kira kau sudah berumur 17 tahun, karena ucapan mu sudah seperti anak remaja," kekeh Abi.
"Tentu saja, karena aku terlalu pintar."
"Astaga aku merindukan mu. Ingin memeluk mu. Dan sangat mencintai mu."
"Ya karena aku sangat tampan."
Abi tertawa mendengar anaknya karna terlalu percaya diri. "Ya karena aku juga cantik," balas Abi sombong.
"Percaya diri sekali, yasudah mom, aku matikan teleponnya, Aimee sudah mengomeli ku karena menyuruh sekolah."
"Kau pasti sudah sangat tampan."
"Tentu saja, aku setampan zayn malik."
"Iya Zayn kecil mommy, See you sayang."
"See you, mom."
