2. Miss. Rusell
"Jean, aku bahkan tidak tahu dengan kontrak itu," ujar Seorang lelaki tampan dengan setelan tuxedo mahalnya, mencoba membujuk kekasihnya yang sedari tadi merengek.
la memijat pelilisnya. la benar benar tidak tahu menahu soal kontak antara DH Commpany dengan seorang model terkenal di amerika itu, bahkan Shene tidak tahu wajah model itu. Ia hanya tahu model itu bernama Miss Rusell. Itupun ia tahu semalam dari ayahnya yang sedang berbincang dengan tangan kanan Donald yang sekarang menjadi tangan kanan Seth, ayahnya.
"Aku tidak percaya, kau pasti bohong Shene, kau sengaja kan? Agar aku berhenti menjadi model?" Dengus wanita cantik itu, melipat kedua tangannya di bawah dada.
Shene menghela napas, "Aku berani bersumpah, sayang," Shene mengelus kepala Jean dengan sayang, memposisikan tubuh Jean agar menghadap ke arahnya.
"Shene kau tahukan mimpi besar ku? Aku ingin menjadi seorang model seperti mama ku, ibuku ingin aku menjadi seorang model terkenal di seluruh dunia, bukan hanya di indonesia saja."
Shene kembali menghela napas, ia menyandarkan punggungnya ke punggung sopa.
Ya Shene tahu impian kekasihnya itu, sangat tahu. Jean segalanya bagi Shene. Mimpi Jean adalah mimpinya. Walaupun dalam hati Shene tidak suka jika Jean menjadi seorang model. la tidak rela kekasihnya itu jadi bahan tontonan banyak orang.
"Aku akan bicara kepada Dad nanti," ujar Shene akhirnya.
Mata Jean berbinar, "Aku mencintaimu, Shene." Ia mencium pipi Shene.
"Aku tau itu, jean." Jean memeluk erat gubuh Shene.
"Kapan kau akan menikahi ku, Shene?"
"Kapan pun kau mau, aku akan memepersiapkan semuanya__"
"Kapan kau akan menyentuhku!" Potong Jean.
Tubuh Shene menegang. Ya kapan ia menyentuh Jean. Shene akan menyentuh Jean jika mereka sudah menikah, sebenarnya bisa kapan saja Shene menyentuh Jean, tapi entah kenapa ia tidak mau.
"Setelah kita menikah," bisik Shene.
"Sentuh aku sekarang Shene," bisik Jean.
"Aku belum bisa," jawab Shene.
"Kau jijik padaku?"
Shene menggeleng "Aku akan menyentuhmu nanti, saat kita sudah menikah."
"Itu bukan jawaban, Shene."
"Lalu apa?"
Shene diam, ia menghela napas, "Kapan kau mau aku nikahi?" Tanya Shene.
Jean diam. Ya mereka tidak memiliki jawabannya. Shene, bisa saja menyentuh Jean tapi Shene tidak mau Jean mengetahui jika dirinya melakukan seks kasar. Begitupun Jean ia bukan tidak mau menikah dengan Shene hanya saja, mimpi ibunya adalah segalanya. Menjadi seorang model dunia.
***
"Aku juga berhak tahu dad" ujar Shene, lelaki tampan itu menghela napas, ia memijat pelipisnya, pekerjaannya sangat banyak, di tambah Jean terus merengek ingin menjadi model di DH Screet. Bahkan sekarang dirinya harus berdebat dengan daddy-nya.
"Sejak kapan kau ingin tahu masalah perusahaan grandpa?" ujar Seth, ia menikan sebelah alisnya. Memang dari awal Seth yang masih memegang DH Company. Dan Shene memegang perusahaan Mendell Group. Shene memang tidak mau memegang perushaan besar itu, ia takut terjadi apa apa dengan perusahaan turun menurun milik opah-nya itu, jadi untuk sementara, Shene
hanya memegang satu perusahaan.
"Jean terus merengek padaku, dad." Keluh Shene.
Seth membuka kacamata min miliknya, menyimpan kacamatanya itu di atas meja, lalu menutup dokumen yang sedang ia kerjakan.
"Bukannya kau tidak suka jika Jean menjadi
model? Lalu kenapa sekarang merengek seperti anak kecil?" Tanya Seth.
Shene mengangguk, ia duduk di sofa ruang kerja Seth, di satu sisi ia bersyukur bukan Jean yang menjadi cover di majalah dewasa itu. tapi di sisi lain Shene malah risih karena Jean selalu merengek tentang masalah itu.
"Aku tidak enak dengan aunty Alya, dad." Yah sebenernya Shene tidak enak dengan keluarga besar Jean. Bagaimana pun mereka adalah calon keluarganya juga.
"Ayah yang bertanggung jawab, besok malam adalah acara penyambutan Miss. Rusell, jadi kau harus datang."
Shene mengangguk, "Dad kenapa tidak dad yang memilih? Jean sudah lama bekerja menjadi model di DH Screet, tapi kenapa dad memilih wanita lain untuk menjadi model peluncuran brand terbaru baju kurang bahan itu!"
"Kau tahu sendiri kan, Cia juga ikut andil, dia yang tergila gila pada Miss. Rusell itu, dia juga yang merekomendasi agar Morry membuat kontrak dengannya," ujar Seth.
Jean dan Cia mereka sama sama keras kepala, Shene benar benar tidak menyukai profesi mereka berdua. Tapi ayah dan ibunya sering menenangkan dirinya agar menerima profesi Jean dan Cia.
Tapi bagaimana pun, Shene harus menghornmati ibunya yang pernah bekerja menjadi seorang model, ia tidak harus memandang rendah pekerjaan itu, tapi yang membuat Shene tidak suka adalah bagaimana tubuh wanitanya dan adiknya harus di pajang di majalah, yah meskipun adiknya hanya model dres dres biasa, karna adiknya juga sebenernya sedang kuliah di jurusan fashion yang akan merangkak menjadi disainer, berbeda dengan Jean yang menjadi model model baju minim.
"Sudah ayo makan, ibumu pasti sudah marah, karena menunggu kita terlalu lama," ujar Seth, ia menepuk pundak anaknya itu lalu keluar dari ruang kerjanya, di ikuti oleh Shene.
Dan benar saja, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu, tengah mengomel karena suami dan anak pertamanya, membuat dirinya dan anak bungsunya menunggu.
"Aku sudah lapar dad, kenapa lama sekali?" Ujar Cia seraya memanyunkan bibirnya dan menghentakkan kakinya.
Shene tersenyum mengelus lembut puncuk kepala anak bungsunya, "Pekerjaan daddy banyak sekali, sayang."
"Daddy kan tahu, mommy tidak pernah membiarkan ku makan jika kalian belum makan, benar benar menyiksa diriku," dengus Cia melirik Charlotte.
Terkadang Cia merasa anak tiri jika di bandingkan dengan Shene, karena ibunya selalu memperhatikan Shene lebih dari memperhatikannya, apalagi di bandingan dengan ayahnya, ibunya itu terlalu tergila gila hingga lebih menyayangi Seth dari pada dirinya.
"Aku sudah bilang sayang, biarkan Cia makan, terlebih dahulu," kata Seth sambil menatap istrinya lembut, tatapan penuh kasih sayang.
"Kau kan kepala keluarga, Seth. Kita harus menghormati mu," ujar Charlotte, ia mengambilkan nasi ke piring Seth lalu mengambilkan beberapa lauknya.
"Sudahlah ayo makan, aku juga sudah lapar," ujar Shene lalu mengambil nasi yang sudah di hidangkan di meja makan.
"Bagaimana keadaan Jean, sayang?" Tanya Charlotte kepada Shene.
"Dia baik baik saja, hanya saja sekarang sepertinya dia terlalu sibuk." Jawab Shene seadanya.
"Katakan kapan kapan Jean harus berkunjung, sudah lama mom tidak berbelanja dengan Jean."
"Akan aku sampaikan, mom."
"Shene, kau akan datang kan ke pesta penyambutan, Miss. Rusell?" Tanya Cia tiba tiba.
Shene mengangkat bahunya acuh, lalu melahap makanannya. Ia tidak bisa menjanjikan apa apa, takut takut ada pekerjaan mendadak di kantor.
"Kau harus datang pokonya!" Dengus Cia.
"Sudah jangan mengganggu kakak mu, Cia." Kata Charlotte, membuat Cia mengendus kesal.
