13. Pilihan
Aku menunggumu di apartemen, datanglah, atau kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan! aku tahu kau hari ini libur.
Shene
Abi menghela napas berat, memijat pelipisnya setelah membaca pesan singkat dari Shene, sialan! Bisakah Shene tidak mengganggunya untuk hari ini saja.
Ia menatap Anggello yang sedang makan lahap di depannya, tampaknya ia sangat bersemangat karena hari ini ia akan berliburan untuk pertama kalinya dengan ibunya.
Tidak mungkin Abi membatalkan liburannya dengan Ello hari ini, apalagi hanya karena lelaki keparat itu, Abi tidak bisa melihat wajah anaknya itu menjadi sedih karena dirinya tidak menepati janji.
"Sayang." Abi tersenyum manis kepada Anggello memegang tangan anaknya dengan lembut.
"Ya?"
"Mom ada sedikit pekerjaan, berangkat terlebih dahulu dengan Bian, nanti mom akan menyusul mu," kata Abi dengan lembut ia mengelus tangan anaknya. Tapi wajah Anggello seketika berubah membuat Abi merasa bersalah.
Bian dan Aime menatap Abi meminta penjelasan. Jelas jelas Abi hari ini libur tapi wanita itu bilang ada sedikit pekerjaan.
"Mom janji, 15 menit saja, mom akan berangkat sekarang."
Anggello menghela napas, lalu mengangguk.
"Aku mencintaimu," kata Abi mencium kening Anggello sebelum akhirnya dia pergi.
Di perjalanan Abi terus saja mengutuk pria keparat itu yang sayangnya adalah ayah dari anaknya. Tapi Abi tidak perduli, lebih baik Shene mati saja daripada hidup di dunia hanya menyusahkan Abi.
"Sialan akan ku bunuh kau, keparat!" Dengus Abi saat membuka pintu apartemen milik Shene. Tepat saat lelaki itu sedang berjalan ke arah dapur untuk sarapan.
"Ini masih pagi, untuk mengumpat, Abi."
"Akhirnya kau sadar ini masih pagi, dan kau meminta ku untuk datang kesini?"
Shene terkekeh, ia mengangkat bahunya, "pada akhirnya kau datang, kan?"
"Aku tidak ada waktu, katakan lah!" Abi menghampiri Shene yang sedang santai duduk di meja makan.
"Temani aku sarapan!"
Brak!
"Kau pikir ini lelucon!?" Desis Abi menggebrak meja.
"Duduk atau kau tahu akibatnya." Desis Shene yang masih santai menikmati sarapannya.
"Aku tidak takut!" Desis Abi tak mau kalah.
Prang!
Shene melempar semua barang yang ada di meja, ia melangkah mendekati Abi yang tampaknya tidak takut sama sekali. "jangan menguji kesabaran ku, Abi," bisik Shene di telinga Abi.
"Apa mau mu!"
Shene mencium bibir Abi dengan sangat kasar melumatnya serakah, Abi hanya diam membiarkan Shene menciumnya membabi buta. Kemudian dia mendorong dada shene, kemudian menjauh. Ia tidak ada waktu hanya untum bersantai, sarapan, berciuman hari ini adalah milik Anggello.
Shene menarik tangan Abi dengan kasar membawanya ke kamarnya, mendorong wanita itu ke ranjangnya.
"Tidak ada waktu untuk seks," kata Abi.
Shene henya terkekeh, ia melemparkan berkas ke samping Abi. "Tapi aku ingin melakukannya. Tandatangani dan kembalilah jadi simpanan ku," desis Shene.
Abi membuka berkas itu, membacanya dengan detail. Ia tidak mau di rugikan. Setelah membanya Abi segera mentandatangani berkas itu.
"Aku akan kembali nanti malam, hari ini aku akan pergi karena ada urusan." Abi bangkit sambil membawa berkas itu di tangannya.
Shene mencekal lengan Abi, "Kemana?"
"Bukan urusan mu!"
"Sekarang menjadi urusan ku."
"Berlibur dengan anak ku!" Desis Abi dengan penuh kebencian, membuat Shene langsung melepaskan cekalannya.
***
"Dia sangat mirip dengan Shene." Wanita paruh baya itu tersenyum sambil melihat poto seorang anak berusia 5 tahun.
"Karena dia darah dagingnya," kata pria paruh baya itu, ia mengelus pundak istrinya dengan lembut.
"Aku merasa bersalah." Istrinya itu tampak bersedih.
"Itu sudah berlalu, sayang."
"Jika saja aku tidak menentang Shene yang akan bertanggung jawab waktu itu, cucuku tidak akan semenderita itu."
"Kita tidak ada pilihan lain waktu itu."
Flashback on
"Aku akan bertanggung jawab!"
"Tidak!"
"Lalu aku harus diam?" Teriak Shene.
"Kau harus pikirkan perasaan Jean!" Kata Charlotte murka.
"Apa mom memikirkan perasaan Abi?" Tanya kembali Shene.
"Apa kau mencintainya?" Sahut Seth. Ia menatap anak pertamanya itu. Anaknya tampak bingung dengan keputusannya sendiri.
Shene tampak diam, ia tidak mencintai Abi tapi dia merasa iba, ia sudah memikirkannya selama berhari-hari ini, ia terus memikirkan Abi. Shene masih mencintai Jean tapi Shene juga merasa iba kepada Abi.
Apalagi di tambah vidio seks dirinya yang tersebar di sekolahan di sebarkan oleh Victor, Shene tidak mencemaskan dirinya, karena di dalam vidio itu Shene sudah mengedit wajahnya dengan menyamarkan wajahnya agar tidak jelas. Tapi bagaimana dengan Abi? Shene takut Abi akan bunuh diri karena merasa telah di hancurkan masa depannya. Ia ingin ada untuk Abi, meskipun dia tidak mencintainya.
"Aku____ tidak! Aku tidak mencintainya." Shene terlalu gengsi untuk mengakui perasaannya. Ia tidak mungkin mencintai Abi tidak mungkin.
"Lalu kenapa kau ingin menikahinya?" Tanya Seth.
"Aku tidak tahu," jawab Shene putus asa.
"Kau tahu Shene, Abi akan semakin menderita jika kau menikahinya tanpa perasaan kau semakin akan membuatnya terpukul, tapi apapun alasan mu dad akan mendukung mu." Ujar Seth, Seth akan mendukung pilihan anaknya, menikahi Abi ataupun menanggung hidup Abi akan Seth lakukan, menurut Seth, anaknya itu memang salah karena telah memanfaatkan Abi.
"Aku tidak tahu harus apa!" Teriak Shene tampak prustasi.
"Shene! Shene! Tolong, tolong Jean dia dia akan melompat dari atap, tolong anak ku!" Teriak Alya yang baru saja masuk ke dalam rumah mereka.
Tanpa pikir panjang Shene segera berlari ke rumah Jean yang berada di depan rumahnya. Di ikuti oleh Alya, Charlotte dan Seth.
Dan benar saja Jean sedang bersiap untuk terjun dari lantai 3 rumahnya.
"Jean apa yang kau lakukan!" Teriak Shene.
"Aku hancur Shene!" Jean menangis meraung raung. "Kau! Kau bahkan meniduri adik tiri ku! Bahkan kau menghamilinya! Kenapa?" Teriak Jean.
"Maaf, maafkan aku." Ujar Shene.
"Aku tidak bisa melihat kau bersama orang lain Shene, aku tidak bisa! Maka dari itu aku lebih baik mati saja!"
Sialan!
Shene telah menghancurkan 2 wanita sekaligus.
"Tidak! Jean! Shene sangat mencintaimu, jangan lakukan hal yang konyol," kata Charlotte.
"Katakan jika kau tidak akan menikahinya katakan, Shene." Teriak Jean.
Shene diam, dia menatap ibu dan ayahnya bergantian, Seth yang ada di sana tampak sama bingung, ia menepuk bahu Shene seolah mempercayakan semuanya kepada anaknya itu.
Ingin sekali Shene meminta maaf, tapi ibunya sudah memotong niatnya.
"Tidak! Shene tidak akan menikahinya, Shene hanya akan menikahi mu Jean," ujar Charlotte.
Shene tidak punya pilihan ia hanya mengangguk pasrah. Ia tidak tahu harus apa, kedepannya Shene hanya akan menjalankan hidupnya saja sesuai sekenario Tuhan.
Flashback off
