Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

14. Perusahaan

"Kau sudah melakukan apa yang aku minta, Morry?" Tanya Shene. Ia menurunkan kacamata min nya, lalu meletakkannya di atas meja kerjanya

Morry menganggukan kepalanya, "Hanya tinggal perusahaan kita yang belum menarik sahamnya." Ujar Morry, lalu meletakan dokumen di hadapan Shene.

"Bagus." Shene mengangguk ia meraih dokumen itu, memakai kembali kacamatanya untuk membaca isi dokumen itu, tentang perusahaan ayah Jean.

Lagi pula Shene yakin perusahaan itu akan segera hancur, itu alasan kenapa Shene mengiyakan permintaan Abi. Ia ingin lihat sejauh mana Abi akan mempertahankan perusahaan AR Company. Dan sejauh mana ambisi Abi yang sekarang.

"Tuan Seth ingin bertemu dengan mu." Ujar Morry.

Shene mengangguk ia yakin ayahnya akan membahas tentang perusahaan milik Ayahnya Abi.

"Dimana dad?" Tanya Shene, matanya masih membaca dokumen itu.

"Di ruang rapat." Jawab Morry.

Shene mengangguk-angguk kepalanya, menutup dokumen itu, membuka kacamatanya, lalu keluar dari ruangannya menyusuri lorong hingga akhirnya sampai di ruang rapat petinggi. Tidak ada rapat mungkin ayahnya akan membahas hal yang penting maka dari itu ayahnya memilih di ruangan itu karena ruangan itu adalah ruangan paling aman karena kedap suara.

"Apa dad ingin bicara dengan ku?" Tanya Shene dengan tersenyum.

Seth menaikan sebelah alisnya, apa Shene gila perusahaan tunangannya bangkrut tapi Shene seperti berbahagialah.

"Kau melakukannya?" Tanya Seth tenang, ia melemparkan sebuah koran berisikan tentang perusahaan AR company yang sudah bangkrut.

Shene sudah memikirkan jawabannya dan jawabannya, "Tidak! Aku bahkan tidak tahu."

Seth tidak akan menghakimi Shene, karena pria tua itu sudah tahu siapa dalangnya, ia hanya membiarkan apa yang akan di lakukan oleh anak nya itu, Seth mempercayakan semuanya kepada Shene, meskipun terkadang keputusan Shene selalu salah.

"Pelelangannya akan dilakukan minggu depan kau harus mendapatkannya," kata Seth.

Shene mengangguk, "Akan aku lakukan semampuku," jawab Shene.

Seth diam menatap lekat anaknya itu yang terlihat sangat bahagia. Seth yakin Shene adalah dalangnya.

"Ayah akan membatalkan kontrak dengan ms. Rusell dan menggantinya dengan Jean," ujar Seth tanpa pikir panjang.

"Why?"

"Tapi ayah akan memberikan mansion mu kepada ms. Rusell, sebagai gantinya."

Shene terdiam, "Apa itu tidak berlebihan?"

Seth menaikan sebelah alisnya. "Kau sedang mempertanyakan mansion mu? Atau ms. Rusell?"

"Lupakan saja!" Dengus Shene.

"Ayah akan bicara langsung dengannya." Ujar Seth.

Shene mengendus sebal, "Aku tahu kau kaya raya dan bisa memutuskan kontrak dengan siapa saja, tapi itu keterlaluan. Kau memintanya datang ke Indonesia dan setelah itu kau membatalkan kontraknya."

Itu jawabannya! Shene di balik semuanya.

"Kenapa kau marah?" Tanya Seth.

"Aku tidak mau masa lalu ku terulang kembali," desis Shene lalu bangkit dri duduknya.

Sialan! Apa apaan ini. Shene yakin ada sesuatu yang terjadi kenapa ayahnya tiba tiba membatalkan kontraknya dengan Abi. Apa mungkin ayahnya mengetahui jika Abi adalah Abigail amar?

Sudah Shene duga Seth akan mengetahuinya, Seth tidak bodoh dia pasti akan mencari tahu latar belakang semua orang yang terlibat dengan dirinya dan perusahaannya.

"Aku tahu kau menjanjikan perusahaan AR Company kepadanya dan setengah perusahaan Mendell atas nama Anggello."

"Dia anakku, sepantasnya aku memberikannya kepada dia." Desis Shene.

Seth terkekeh membuat Shene semakin emosi, "Ayah macam apa?" Tanya Seth, ia ingin Shene menyadari kesalahannya, dan tidak seenak jidatnya untuk memaksakan kehendak nantinya.

"Aku tidak pantas dia panggil sebagai ayah dan aku pun tidak akan memaksakannya tapi setidaknya aku ingin melihat anakku hidup layak kedepannya, apakah itu salah?" Shene terkekeh. "Ahh ya, kau pun melakukan hal sama dulu kepadaku dan ibuku, sialan bahkan aku seberengsek dirimu." Setelah mengatakan itu Shene pergi dari ruangan itu dengan emosi menggebu gebu.

"Astaga anakku sudah dewasa," gumam Seth sambil tersenyum. Seth tidak mempermasalahkan perusahaannya hanya saja Seth ingin tahu motifnya, karena Seth takut Shene menyalahgunakan perusahaannya, dan kekuasaannya.

***

"Apa kau keberatan?" Tanya Seth ramah.

Setelah dari perusahaan Shene, Seth sengaja mampir ke kediaman dimna Abi tinggal untuk membicarakan hal ini.

"Tidak sama sekali, aku sudah lama ingin berhenti menjadi model," jawab Abi santai.

"Tapi anda tetap bisa menjadi model DH screet hanya saja kita menghapus kontraknya agar anda bisa berhenti semau anda."

Abi mengangguk paham, ia tidak mengerti kenapa Shene melakukan ini semua, mungkin Shene ingin tunangannya mengantikannya, ya itu masuk akal.

"Aku yang bertanggung jawab atas kontrak ini." Ujar Seth seolah tahu apa yang di pikirkan oleh Abi.

"Ahh, ya. Terimakasih," Kata Abi santai.

"Sama sama, sampai ketemu kembali ms. Rusell." Seth menjabat tangan Abi, lalu sedikit membungkukkan tubuhnya tanda ia memberi hormat. Lalu pergi di ikuti Morry di belakangnya.

"Kenapa sangat tiba tiba?" Ujar Bian. Abi menggelengkan kepalanya karena ia juga tidak tahu alasannya.

"Apa mungkin dia tahu identitas mu?" Tanya Bian lagi.

"Sepertinya seperti itu, dan mungkin ada kaitannya dengan Jean."

"Aku rasa seperti itu, tapi kenapa memutuskan kontrak seenak jidat?"

"Biarkan seperti itu."

Abi sudah menyusun rencana dan Abi harap rencananya akan berjalan dengan baik. Dan semoga saja takdir berpihak kepadanya dan Karma berpihak pada semua orng yang terlibat di msa lalunya.

"Mom, ponsel mu terus berbunyi," ujar Anggelo, ia memberikan ponsel ibunya.

Abi tersenyum, senyumnya seketika berubah ketika nama yang tertera di sana adalah Shene.

"Apa kau mengangkatnya?" Tanya Abi karena melihat panggilan itu sudah di terima, ia langsung mematikan sambungan teleponnya.

Anggello mengangguk, "Dia bilang ingin bertemu dengan mom."

"Lain kali jangan angkat telpon di ponsel ku!" Ujar Abi dengan nada marah ia langsung pergi dari hadapan Anggello.

Bian yang melihat raut wajah Anggello yang sepertinya sedih karena Abi tidak pernah memarahi dirinya apalagi di depan orang. Bian langsung menghampiri Anggelo, menepuk bahu Anggello dengan sayang.

"Apa aku salah, Bi?" Tanya Anggello pada Bian.

Bian menggelengkan kepalanya, "Mungkin ibumu sedang banyak pikiran, biarkan ibumu tenang dulu, nanti dia akan minta maaf."

"Apa masalah pekerjaan?" Tanya Anggello.

Bian menganggukan kepalanya. "Aku ingin cepat dewasa, dan aku akan bekerja keras untuk mommy, agar mom tidak banyak pikiran karena pekerjaan." Ujar Anggelo dengan bangga diri.

Bian mengacak rambut Anggello sambil terkekeh geli karena perkataan anak itu sudah seperti anak usia 15 tahun yang mengerti dunia. Bian sudah menganggap Anggello sebagai anaknya, dari kecil ia juga sudah merawat Anggello, bahkan ia tahu apa makanan kesukaan Anggelo, warna kesukaan anak itu dan apa yang di benci anak itu.

"Maka tumbuhlah menjadi pria yang bertanggung jawab, jangan seperti ayah mu, seorang pecundang." Gumam Bian.

To Be Continue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel