Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

11. Kesepakatan 2

Jika dulu Abi sangat mendambakan Shene maka sekarang terbalik, Shene lah yang sangat mendambakan Abi, ia benar benar menginginkan Abi. Shene menjatuhkan tubuh Abi di atas ranjang, dan melepaskan bajunya, namun segera di tahan oleh Abi.

"Jangan terlalu cepat, sir." Bisik Abi.

Jari Abi menelusuri dada bidang Shene, membuat gerakan abstark dengan jarinya dada bidang Shene. Shene menutup matanya, menikmati sentuhan Abi.

Tangan Abi melepaskan dasi Shene lalu membuangnya, kini jarinya beralih membuka setiap kancing kemeja shene, dan bibirnya sibuk mencium dan menjilati dada dan perut Shene.

Abi akan berusha membuat Shene bertekuk lutut padanya, ia ingin anaknya mendapatkan pengakuan dari semua orang, walau ia harus melakukan hal menjijikan ini lagi.

Tangan lentik Abi beralih ke celana hitam Shene. Kini Abi sudah berjongkok di depan kejantanan Shene, meremas kejantanan Shene, bibirnya sengaja ia gigit sambil mendongakkan kepalanya, seolah ia sedang memohon kepada Shene.

"damn!" Desis Shene.

Sialan! Ia sudah tidak bisa menahan gairahanya lagi.

Shene menarik tangan Abi. Seketika Abi langsung berdiri. Tangan Shene sudah memeluk pinggang Abi dengan posesif.

"Sudah cukup bermain main." Lalu Shene menyesap kembali bibir Abi, melumatnya dengan sangat rakus seolah tidak ada lagi hari esok.

Shene tidak suka Abi menunjukan bahwa dirinya seorang dominan dan dia adalah submisif . Ia tidak mau memohon kepada Abi untuk memuaskannya. Tidak! Dan tidak akan pernah!

Shene menjatuhkan tubuhnya da tubuh Abi di atas ranjang. Sialan! Shene masih sama seperti dulu, terlalu agresif dan ingin menjadi seorang dominan.

Tapi Abi tidak mau kalah, Abi bahkan lebih liar sampai Shene benar benar pasrah dengan Abi yang memimpin permainan di malam ini.

Hingga Shene yakin, Abi sudah melakukan seks dengan pria lain, berbeda dengan dirinya yang hanya melakukan seks dengan Abi saja.

***

"You crazy abi!"  Teriak Bian tidak percaya.

"Aku sedang membuat dia bertekuk lutut padaku," kata Abi santai, ia merapikan riasan yang baru saja selesai di tempelkan di wajahnya.

"Tapi tidak dengan seumur hidup," dengus Bian tidak terima dengan cerita yang baru saja Abi ceritkan.

Aktivitas Abi berhenti ia menatap wajah tampan Bian, mengelus lembut rahang Bian dan tersenyum.

"Kau pikir aku Abigail Amar? Yang akan menurut dengan apa yang di perintahkan pria itu?" Desis Abi. Bian hanya diam menunggu perkataan Abi setelahnya.

"Aku bahkan bisa lebih licik dari pria itu. Let's see later." Wajah Abi begitu tidak terbaca, entah lah Bian harap apa yang akan terjadi nanti tidak akan merugikan Abi dan Anggello.

"Giliran anda mis. Rusell." kata seorang perempuan yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.

Abi segera beranjak dari sana dan meninggalkan Bian dengan pikiran berkecamuk.

Abi sudah menyusun rencana untuk Shene, ia akan membuat orang orang yang pernah menghinanya menderita, tunggu tanggal mainnya saja, semuanya akan merasakan apa yang di rasakan oleh Abi bahkan lebih.

***

"Aku seperti bercermin ketika masih kecil," Kata Shene dengan suara rendahnya.

Matanya menatap seorang anak kecil berusia 4-5 tahun yang sedang bermain dengan anak seusianya dan di perhatikan oleh seorang wanita sekitar berusia 45 tahun.

Ia melewatkan pertumbuhan anaknya, darah dagingnya.

Shene terkekeh, "sialan! Kau bukan ayahnya, Shene!" Desis Shene pada dirinya sendiri, ia cukup sadar diri.

Ia terus memperhatikan anak kecil itu, sampai sampai tidak ia sadari dirinya keluar dari mobil dan mendekati anak itu.

Namun langkahnya langsung terhenti, "tidak, tidak, aku tidak boleh mendekatinya." Shene segera membalikkan tubuhnya. Ia mematung ingin sekali ia bertemu dengan Anggello tapi ia sangat malu bahkan ia tak pantas di sebut ayahnya.

Deringan ponsel membuat Shene segera mengambil ponsel dari saku jasnya.

"Oke, tunggu aku." Shene segera mematikan sambungan teleponnya dan pergi dari taman kanak-kanak itu.

Sepeninggal Shene, tanpa Shene sadari Anggello terserempet motor karena mengambil bola yang tertendang jauh oleh dirinya. Membuat Anggello mendapatkan luka di kepalanya tapi tidak terlalu parah hanya sedikit berdarah.

Sedangkan Shene dalam perjalanan ke rumah Nial yang baru saja datang dari Singapore.

Setelah sampai di rumah Nial, Shene langsung masuk ke dalam karena Shene yakin di dalam sudah ada teman temannya juga, karena sudah terlihat di parkiran rumah Nial ada motor dan mobil milik Hdjdj dan kebeiie.

"Sialan kau bertambah tampan," pekik Nial saat Shene baru saja bergabung dengan mereka.

Shene hanya tersenyum simpul lalu meneguk Vodka milik Gavin dan meneguknya.

"Akhirnya kita berkumpul kembali setelah 6 bulan ldr," kekeh Lio mendramatisir keadaan.

"Sialan!" Kekeh Shene.

"Cis untuk kepulangan Nial." Gavin menaikan gelas yang berisi vodka di ikuti oleh ke Shene dan yang lain.

"Shene aku dengar ayah mu mengontak seorang model dari Amerika," kata Nial.

Shene melipat bibirnya lalu mengangguk.

"Dan kau tahu siapa yang di kontrak oleh om Seth?" Tanya Lio.

"Siapa dia?"

"Abi Rusell."

"Astaga sialan! Aku ingin bertemu dengannya Shene, dia model sekelas dengan Gigi Hadid istri Zayn Malik." Heboh Nial.

"Aku juga ingin bertemu dengannya, tapi Shene tidak menanggapi ku, bahkan email dariku tidak ia balas."

"Berlebihan," desis Shene sambil terkekeh.

"Jangan bilang kau akan menidurinya, Shene," kekeh Lio.

Membuat merkea semua tertawa.

***

"Mom."

"Kau tidak apa apa?" Tanya Abi khawatir menghiraukan perkataan Anggello. Karena melihat plester menempel di pelipis anaknya, dan lututnya.

Setelah mendengar kabar jika Anggello terserempet motor, Abi dan Bian langsung pergi ke sekolah Anggello.

"Aku baik baik saja, mom," kata Anggello santai sambil duduk di taman bermain milik sekolah itu sambil memakan es krim yang tadi sempat Aime belikan untuknya.

"Mom sangat khawatir." Abi langsung memeluk tubuh kecil Anggello, sambil mencium rambut Anggello.

"Maapkan aku, Abi." Aime merasa bersalah karena dirinya lalai. Tadi Aime meninggalkan Anggello karena dirinya ingin buang air kecil. Dan setelah kembali ia sudah mendapati orang berkerumun di tengah jalan.

Abi mengangguk lalu tersenyum. "Terimakasih sudah menjaga Anggello, Aime."

"Ayo kita pulang." ajak Bian mulai tidak enak karena beberapa orang tua anak anak memperhatikan Abi dan dirinya mungkin karena penampilan Abi sangat seksi, serta memakai masker dan topi.

"Apa kau ingin aku gendong, son?" Tanya Bian beralih kepada Anggello yang masih asik menjilati eskrim miliknya.

"Aku baik baik saja, kaki ku tidak patah, Bian." dengus Anggello.

Bian terkekeh, "Kau jagoan persis seperti ku dulu." Bian menyombongkan dirinya, ia membusungkan dadanya.

"Cih." Abi berdecih sambil mendorong dada Bian, lalu berjalan menggenggam tangan Anggello.

Sedangkan Bian malah terkekeh geli sambil menggoda Abi.

To Be Continue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel