5. Pembalasan Dendam
Sudah satu minggu Seth tidak bertemu dengan Charlotte, dan mungkin hari ini adalah ke delapan hari nya Seth tidak bertemu dengan Charlotte. Dan membuat Seth frustasi. Seth tidak pernah selama ini menahan gairahnya.
Selama di Amerika kehidupan Seth sangatlah bebas, taruhan, judi, mabuk bahkan seks, hampir setiap hari Seth selalu melakukan kehidupan bebasnya. Dan ini adalah hal sejarah baginya, baru kali ini ia bisa bertahan tanpa seks selama satu minggu, benar-benar sejarah untuk Seth sendiri.
Setelah berpakaian rapi, Seth segera pergi ke bawah. Menuju ke ruang makan. Ia terkejut ketika melihat Charlotte yang sedang asyik tertawa bersana Chaty dan ayahnya.
"Bagaimana acara di Singapore kemarin?" Tanya Chaty antusias.
Seth meradang dalam hatinya, ternyata Charlotte pergi ke Singapore satu minggu kemarin.
"Sangat besar, aku juga memakai salah satu rancangannya, dan katanya tubuhku sangat cocok, tubuhku sangat ideal," ujar Charlotte.
Seth duduk menarik kursinya dan segera duduk saat ayahnya kembali berkata, "Lalu kapan Jonathan pulang?" tanya Ayahnya.
Pertanyaan itu sontak membuat Seth menatap ke arah Charlotte. Charlotte tersenyum. "Dia masih di London, tiga hari lagi dia pulang," jawab Charlotte.
"Aku senang mendengarnya," sahut Sammy.
"Oh ya Seth, aku memiliki kenalan, dia mempunyai putri yang cantik, apa kau mau berkenalan?" tanya Sammy.
"Tidak! Aku tidak mau!" Ujar Seth cepat, membuat pandangan Charlotte, dan Chaty melihat ke arahnya.
"Apa kau memiliki kekasih?"
"Tidak, hanya saja aku risih dengan perempuan," ujar Seth membuat Sammy tertawa.
"Setidaknya bermain dengan perempuan," ujar Sammy sambil terkekeh.
Seth menatap Charlotte penuh arti, mereka saling bertatapan ketika dengan santai Seth berkata, "Karena aku sudah memiliki mainan, Ayah," ucap Seth, ia menyunggingkan senyumannya. Sammy ikut tertawa dengan perkataan anak semata wayangnya.
Sedangkan Charlotte membuang mukanya, ia benar-benar sangat muak melihat wajah Seth yang seperti tidak punya dosa.
"Ayah, kenapa adik tiriku tidak bekerja di kantor saja?" usul Seth. Membuat semua mata menatapnya.
"Dia sudah memiliki pekerjaan, Seth."
"Menjual tubuhnya?" Tukas Seth.
"Seth!" bentak Sammy.
"Model secara tidak langsung mereka menjual tubuhnya hanya untuk dipamerkan, kenapa tidak bekerja di perusahaan saja? Lebih terhormat."
Charlotte yang mendengar perkataan Seth secara tidak sadar memegang garpu dan sendok dengan sangat erat.
Sammy terdiam, begitupun dengan Chaty.
"Sebagai kakak tiri yang baik aku bisa mengajarinya, untuk menawarinya bekerja sebagai asistenku," ujar Seth.
Charlotte menatap ibunya, meminta pembelaan tapi ibunya hanya menganggukkan kepalanya samar. Charlotte beralih menatap wajah Sammy, dan Sammy tidak berkata, ia menggelengkan kepalanya seakan berkata, terserah kamu.
"Aku masih terikat banyak kontrak, jadi aku tidak bisa," ucap Charlotte. Charlotte meneguk air putihnya, "Aku sudah selesai." Charlotte segera berdiri, menghentakan kakinya lalu pergi.
Charlotte menghela napas ketika langkahnya membawanya ke kamarnya sendiri, rasanya badannya benar-benar pegal, pagi ini Charlotte baru saja pulang dari Singapore. Pekerjaan di sana benar-benar lelah.
Dan ketika baru saja pulang ke Indonesia ia sudah mendapatkan penghinaan dari kakak tirinya. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Tidak! Charlotte tidak akan pernah mau menjadi asisten Seth. Ia tahu mau Seth. Lelaki itu berbisa, lelaki itu akan memanfaatkan kehadirannya. Seperti waktu itu, ketika mereka pergi ke toko baju berdua, tidak tidak lagi.
Tanpa sadar Charlotte menggelengkan kepalanya.
"Memikirkanku, Kucing Liar?" Seketika tubuh Charlotte bergerak menjadi duduk, mata Charlotte menatap Seth yang baru saja masuk ke kamarnya.
"Sedang apa kau di kamarku? Keluar kau!" teriak Charlotte sambil berjalan ke arah Seth.
Tapi Seth sangat pintar dengan cepat ia mengunci pintu kamar Charlotte. Dan memasukan kuncinya ke dalam saku celananya. Seth tahu rumah ayahnya sangat mewah sampai sampai setiap ruangan kedap suara. Jadi ia tidak khawatir sekalipun Charlotte berteriak.
"Aku di suruh meminta maaf oleh ayahku," kata Seth santai, ia berjalan lebih masuk ke dalam kamar Charlotte dengan bernuansa putih elegan sangat klasik.
"Cukup menarik," ujar Seth sambil duduk di ranjang berukuran king size milik Charlotte.
"Seth keluar!" tegas Charlotte sambil menarik tangan Seth.
"Akh!" Pekik Charlotte saat tubuhnya terjatuh di atas tubuh Seth.
"Aku menginginkanmu, Kucing Liar!" Bisik Seth di depan bibir Charlotte, mata Seth terus memperhatikan bibir Charlotte yang tak pernah terkatup. Bibirnya begitu menggoda, seakan menyuruh Seth untuk terus menyesapnya.
"Tidak akan! Sekarang kau keluar Seth!" Charlotte berontak, namun dengan sigap Seth membalikkan tubuhnya. Seth mengunci pergerakan Charlotte. Dengan mencengkeram pergelangan tangan Charlotte dengan tangannya.
Dengan membabi buat Seth mencium bibir Charlotte, sedangkan Charlotte sebisanya berontak, ia menggerakan kepalanya agar Seth tidak menciumnya.
Seth tidak bisa berbaik hati lagi, dengan marah Seth mencengkeram kedua tangan Charlotte dengan satu tangannya, dan satu tangannya lagi mencengkeram rahang Charlotte.
"Jangan bermain-main dengan ku, Charlotte!" desis Seth di depan bibir Charlotte. Lalu dengan kasar Seth mencium bibir Charlotte. Tak mau kalah Charlotte menggit bibir bawah Seth hingga Seth benar-benar meringis kesakitan.
"Oh shit!"
Seth melepaskan ciumannya. "Rupanya kau ingin bermain kasar, baiklah."
Plak!
Charlotte memekik kaget saat Seth benar-benar menamparnya begitu keras sampai wajahnya terpental, bahkan Seth mencekik leher Charlotte.
"Jangan pernah bermain-main dengan-ku, Charlotte Mendell, aku bisa saja menghabisimu!"
Charlotte gelagapan ia tidak bisa bernapas, kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Seth. Tangannya mulai meraba apa yang ada di atas kasurnya, ia mulai merasakan ponselnya. Tidak masalah, Charlotte bisa membeli ponsel lagi tapi tidak dengan nyawa. Dengan sekuat tenaga Charlotte memukul kening Seth dengan ponselnya.
Seth meringis, ia melepaskan cekikannya dan dengan cepat Charlotte menghirup udara. Napasnya terenagh engah. Charlotte berdiri dan segera mencari kunci duplikatnya, tapi Seth tetaplah Seth.
Ia kembali menarik tangan Charlotte.
"Bersikaplah baik, aku juga akan bersikap baik!" desis Seth.
"Seth, aku ... aku tidak mau disentuh olehmu, kumohon jangan menyentuh ku lagi ... ahk!"
Celana yang ia pakai sudah di tarik oleh Seth, kemeja putihnya sudah terbuka tanpa kancing, menampilkan dirinya yang memakai bra dan celana dalam senada berwarna merah muda.
"Hitam sangat cocok," komentar Seth saat melihat bra dan celana dalam Charlotte berwarna merah muda.
Tidak! Tidak ada pemanasan, di pagi ini, dengan cepat Seth membuka celana dalam Charlotte, dan membuka kaki Charlotte, dan dengan cepat Seth mencium inti Charlotte, menelusupkaan lidahnya ke dalam. Dan itu tidak luput dari desahan Charlotte.
Charlotte menggit bibir bawahnya tidak ingin mendesah tapi ketika ia mencapai puncaknya, Charlotte mendesah dan itu membuat Seth semakin menjadi jadi.
Seth membuka resleting nya, dan mengeluarkan miliknya yang sudah menegang sejak tadi di meja makan, ia memasukan juniornya ke dalam inti Charlotte membuat Charlotte terkesiap, tapi dengan cepat Seth menahan tubuh Charlotte.
Bibir Seth mencium bibir Charlotte dengan sangat bergairah, tapi tidak mengurangi gerakan tubuhnya yang sedang menghujam milik Charlotte.
"Seth! Akh Seth akhhhhh ...," desahan Charlotte tenggelam oleh ciuman Seth
Beberapa detik kemudian Seth pun sampai di puncaknya.
"Sebenarnya aku ingin lagi, tapi aku ada rapat penting," ujar Seth sambil tersenyum.
Ia memasukan kembali miliknya ke dalam ritsletingnya, lalu dengan santai Seth menarik tangan Charlotte agar tubuh Charlotte duduk. Seth menutupi tubuh telanjang Charlotte dengan selimut milik Charlotte. Ralat, Charlotte tidak benar-benar telanjang karena dia masih memakai branya.
