6. Penyerangan
Seth berjalan dengan angkuh memasuki ruang meeting, dengan elegan dia duduk di salah satu kursi yang sudah tertera namanya.
Beberapa orang juga baru memasuki ruangan itu ketika Seth sudah duduk, sementara beberapa orang sudah mengambil alih kursi mereka.
"Mr. Mendell," sapa seorang wanita. Seth melirik ke samping melihat wanita yang memanggil namanya secara formal.
"Kau mengenal ku? Nona—"
"Artatama, Yora Artatama," ujar wanita itu.
"Kau mengenalku?"
"Tentu saja, senang bisa bertemu dengan Anda," ujar Yora ramah.
Seth hanya mengangguk menatap wajah wanita di depannya, dia cantik, memiliki mata coklat, hidung mancung, bibir merah, rambut sebahu, tubuh? Seth melihat tubuh Yora. Yora memiliki tubuh yang bagus, sedikit pendek dari Charlotte. Tapi kenapa tidak membuat tubuh Seth merasakan apa-apa.
"Mari kita mulai meeting-nya," ujar seorang lelaki berusia sekitar lima puluh tahun, dia sudah memiliki uban di rambutnya dan kerutan di wajahnya.
Semua orang dengan penuh perhatian memperhatikan lelaki itu, Seth hanya menganggukan kepalanya ketika pria itu menjelaskan proyek hotelnya.
Proyek ini adalah lanjutan dari Sammy sehingga Seth sedikit kesulitan saat menerima agendanya, tapi dengan pintarnya Seth mendengarkan semua rencana yang mereka rencanakan, termasuk mengiklankan hotelnya.
"Dan saya sudah mengontrak Charlotte Mendell untuk menjadi salah satu modelnya, dan Gabriel Wiratma untuk menjadi lawan jenisnya—"
Seth terus mendengarkan rencana-rencana itu, tapi ketika pria tua itu mengatakan Charlotte ikut andil dalam proyek pengiklanan launching hotelnya membuat Seth tersenyum misterius.
"Baiklah ada yang keberatan?"
Seth mengangkat tangannya, "Aku setuju, tapi aku rasa kita harus mengambil tema honeymoon di sana, kurasa itu akan cocok. Selain tempatnya aku juga suka bagaimana arsitektur hotelnya, itu akan sangat menarik."
Pria itu terdiam sejenak.
"Aku setuju usul, Mr. Mendell." Yora menambahkan, dan beberapa orang lainnya ikut menyetujuinya.
"Kita akan memulainya minggu depan, saya harap rekan rekan meluangkan waktunya untuk itu."
Mereka mengangguk setuju. Seisi ruangan itu yang berjumlah sepuluh orang mulai berjabat tangan. Dan Seth tidak mau repot-repot untuk itu. Ia segera keluar, meninggalkan ruang meeting itu.
"Wina, apa jadwalku setelah ini?"
"Hanya bertemu klien," kata Wina sebagai sekertaris Seth.
"Aku sibuk, kau saja temui dia, aku akan kembali ke kantor." Seth segera keluar dari gedung tinggi itu, dan disambut oleh beberapa bodyguard-nya.
"Arya, kau antar Wina bertemu klien," ujar Seth.
"Baik Tuan."
Seth memasuki mobilnya, duduk di jok belakang. Setelah merasa bosnya sudah siap, sopir kantor itu segera melajukan mobilnya.
Seth meraih laptopnya, dan mulai membuka beberapa dokumen yang harus ia pelajari. Hanya hal-hal kecil, tapi di ruangannya begitu banyak data yang harus ia periksa.
Sedangkan pikiran Seth melayang. Ia ingin sekali menyetubuhi adik tirinya, pikiran kotor menyeruak dalam otaknya, sialan! Dengus Seth.
"Kita sudah sampai, Tuan."
Tanpa bicara Seth segera keluar dari mobilnya, pintu mobil sudah dibukakan oleh salah seorang bodyguard di sana.
"Bawa barang-barangku ke atas!" perintah Seth.
Seth sangat dingin terhadap orang di sekitar yang tidak dia kenal, dia tidak banyak bicara, hanya bicara seperlunya, tapi tidak ketika sedang berada di lingkungan keluarga. Dia memang banyak bicara tapi perkataannya menyakitkan.
Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya membungkukan tubuhnya memberi hormat, beberapa wanita mencuri pandangan karena suka namun tidak sedikit juga karyawan yang menatpnya iri, karena mengambil perhatian para wanita.
Seth membuka pintu ruangannya, kemudian duduk di kursi kebesarannya, diikuti satu bodyguard-nya yang meletakkan laptop serta ponsel milik Seth.
Tangan Seth terulur memeriksa beberapa data laporan dari para karyawannya, selama ia menjabat sebagai CEO di sini, ia tidak menerima kejanggalan sedikit pun. Pantas saja perusahaan ayahnya sekarang adalah perusahaan yang sangat besar, sangat setara dengan perusahaan perusahaan di luar negri.
Merasa bosan Seth meraih ponselnya, ia membuka beberapa sosmednya. Seth merasa tertarik untuk melihat akun instagram milik Charlotte.
Dengan perasaan penasaran Seth mengetik nama Charlotte. Mata Seth membulat ketika melihat beberapa pose Charlotte yang benar-benar menurut Seth adalah menjaul tubuhnya.
Bayangkan saja beberapa fotonya dengan pria yang hanya memakai boxer dan dirinya memakai bikini. Dan posenya begitu sangat intim.
Pantas saja Charlotte tidak merasa risih ketika Seth masuk ke dalam ruang ganti waktu itu, Charlotte tidak repot repot menutup dirinya, mungkin karena terbiasa dengan pakaian bikini.
Namun sebuah notifikasi membuat Seth menikan sebelah alisnya. Ternyata notifikasi yang memberi tahukan Charlotte sedang melakukan siaran langsung.
Seth ikut bergabung dengan beberapa orang yang ikut menonton siaran langsungnya.
Di sana Charlotte sedang berada di sebuah kolam bersama seorang perempuan.
"Hai semuanya! Aku sama Oliv kali ini kita mau berenang—horeee!" ujar Charlotte dengan girang.
Wanita itu memakai bikini berwarna hitam sangat kontras dengan warna kulitnya yang sangat putih. Dan kulitnya sedikit bersinar kuning akibat pantulan cahaya sore.
Charlotte terus menjelaskan gaya Olive bernang, bahkan Olive sesekali meragakan gaya hewan-hewan yang sedang berenang, membuat Charlotte tertawa terbahak-bahak.
Komentar publik semakin banyak, banyak yang berkomentar positif namun kebanyakan juga yang berkomentar negatif.
Sesekali Seth harus ikut melakukan siaran langsung dengan Charlotte.
Setelah beberapa jam yang lalu telah menyaksikan live streaming Charlotte, dan beberapa dokumen sudah Seth periksa. Seth menghela napas. Ia melihat jam di ruangannya menunjukan pukul 08:27 PM.
Ia meraih ponsel dan kunci mobilnya, lalu segera pergi ke bawah, menggunakan lift yang sudah tersedia.
Pikiran Seth melayang, mengingat penyatuan tubuhnya dan Charlotte. Penolakannya, ringisannya, berontaknya, desahannya, dan wajahnya saat mencapai puncak.
Seth menggelengkan kepalanya saat mengingat Charlotte. Namun tanpa disengaja seseorang menyebrang jalan, dan membuat Seth harus meninjak pedal remnya.
Ia segera keluar melihat orang yang hampir ia tabrak. Orang itu berjongkok ketakuan, Seth mendekat.
"Kau tidak apa apa?" tanya Seth.
Bugh!
Sebuah pukulan di belakang punggungnya membuatnya terjatuh ke jalanan. Namun tidak membuat Seth kehilangan kesadarannya karena saat itu pula Seth bangkit ingin menghajar lelaki yang sudah berani-beraninya memukulnya dari belakang.
Namun dengan cepat seseorang memeluk tubuh Seth hingga Seth tidak bisa melakukan apa-apa. Dan dua orang pria lainnya keluar menghampiri Seth, mereka tertawa, termasuk orang yang baru saja akan tertabrak Seth.
"Siapa kalian? Hadapi aku dengan jantan!" teriak Seth.
Bugh!
Pria yang tadi memukulnya menendang perutnya, Seth meringis merasakan sesak dan sakit. Kemudian Seth dilepaskan oleh orang yang memeluknya.
Dugh!
Kepala Seth di pukul oleh kayu. Dengan kekuatan yang Seth punya, Seth melawan mereka, namun tentu saja Seth kalah jumlah, dengan akhirnya Seth terkulai lemas di atas aspal, ia merasakan darah yang mengucur di dahinya.
Penglihatannya mengabur lalu Seth benar-benar tidak sadarkan diri.
