Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Tubuhmu Milikku

Charlotte mondar-mandir menunggu Seth yang sedang mengganti bajunya, lama sekali, bahkan seorang wanita kalah oleh Seth. Charlotte saja sudah berganti baju dengan memakai baju putih tangan pendek tapi kembali ia lipat beberapa lipatan, di padukan dengan celana putih setengah pahanya, dan tas kecil yang sudah mengait di pundaknya.

"Astaga lama sekali pria itu," dengus Charlotte.

Setelah beberapa menit kemudian, Seth turun dengan memakai kemeja bergaris biru muda, tangan yang sudah ia lipat sampai sedikit mencapai siku menampilkan separuh tatonya yang menunjukan sayap, kemeja itu di padukan dengan celana berwarna kopi susu.

Charlotte sampai tercengang melihat penampilan keren lelaki tampan yang sayangnya menyandang gelar sebagai kakak tirinya.

Kacamata hitam sudah mengait sempurna di hidung mancung Seth, tangan sebelah kirinya di masukan ke dalam saku celana, sedangkan sebelah kanannya ia gunakan untuk memegang ponselnya.

"Lama sekali, aku sampai pegal menunggumu," ujar Charlotte yang langsung pergi lebih dulu keluar dari rumah Sammy.

Seth hanya mengekori Charlotte, melihat penampilan Charlotte yang santai namun sangat cocok untuk dipakai oleh Charlotte. Sialan tubuh Charlotte benar-benar seksi.

"Mobilmu apa mobilku?" tanya Charlotte.

"Mobil ku butut, aku belum menukarnya, pakai mobilmu," jawab Seth santai.

Charlotte hanya mengangguk dengan santai Charlotte memberikan kunci mobilnya pada Seth, "Kau yang menyetir." Charlotte segera masuk ke dalam mobilnya, mencari posisi nyaman duduk di samping pengemudi.

Disusul oleh Seth.

"Ayo jalan," ujar Charlotte.

"Sepertinya, Kucing Liar suka berbelanja," ujar Seth membuat Charlotte menatap ke arah Seth.

Seth membuka kacamata hitamnya menampilkan mata coklat jernih miliknya.

"Kau!" Desis Charlotte.

"Ya, Kucing Liar." Seth terkekh pelan, samabil memasangkan kembali kacamata hitamnya.

Charlotte kembali mengingat ingatannya semalam, Kucing Liar, tato, pukulan oleh vas bunga di kening orang itu. Ciri-cirinya sama dengan Seth, tato itu, luka di kening Seth dan panggilan Seth Kucing Liar.

"Jadi kau? Bagaimana bisa, maksudku—"

Ucapan Charlotte berhenti ketika Seth tanpa permisi mencium bibirnya dengan penuh gairah. Melumat bibir Charlotte, menyesapnya dan menggigitnya.

Dengan cepat Charlotte mendorong tubuh Seth.

"Kau bajingan!" Teriak Charlotte.

Seth tersenyum nakal mengubah posisinya menghadap ke arah Charlotte yang berusaha keluar dari mobilnya, tapi dengan cepat Seth mengunci pintu mobilnya.

"Hei, kau menikmatinya semalam, Kucing Liar," bisik Seth.

"Aku akan melaporkanmu kepada Ayah, dan ke polisi atas tuduhan pelecehan!"

"Kau punya bukti?"

"Hotel itu pasti memilki cctv," jawab Charlotte tak mau kalah.

"Kau kalah cepat nona, aku sudah menghapus jejak semuanya, dan aku mempunyai video bergairah kita semalam, jika kau mengatakannya pada siapapun, kupastikan publik akan melihat video bergairah kita," ujar Seth.

Charlotte tersenyum tipis, "Aku bisa mengadakan konferensi pers, dan mengatakan itu adalah pelecehan,"

"Tapi di sana kau mendesah, menikmati sentuhanku, publik tidak akan percaya begitu saja, dan pikirkan ibu tiriku itu yang akan dipermalukan di seluruh kota, dan bagaimana reaksinya jika ia tahu anaknya melakukan hal hal semacam itu," tukas Seth.

Charlotte diam, ia menggeram. "Kau! Apa maumu, sialan!"

"Tubuhmu," bisik Seth.

"Tidak akan lagi."

"Tubuhmu atahu ibumu?" Seth menaikan sebelah alisnya.

"Kau seharusnya sadar Seth, kau adalah kakakku!"

"Aku tidak memiliki saudara, ingat itu. Kita tidak memiliki ikatan darah, kau juga harus ingat itu!"

"Kenapa kau melakukan ini padaku!" Charlotte sudah tidak bisa membendung air matanya lagi.

"Jangan menangis, karena itu tidak akan mengubah segalanya, putuskan! Tubuhmu atahu ibumu!" desis Seth. Sebelum akhirnya menginjak pedal gas mobil Charlotte.

Seth tertawa dalam hatinya, sekarang ia menanag. Salahkan saja tubuh Charlotte yang menggoda, jika Charlotte kumuh seperti dulu, Seth juga tidak akan mau menyentuh Charlotte bahkan seujung kukunya saja.

Charlotte diam, tanpa ingin bicara, matanya terus menatap kosong ke depan. Apa kesalahannya sehingga kakak tirinya benar-benar tega membuatnya seperti ini.

Tapi Charlotte tidak boleh lemah, ia harus menantang Seth, ia tidak mau dianggap gadis kumuh yang menjijikkan lagi oleh Seth, ia akan membuat Seth bertekuk lutut padanya, memuja Charlotte, meski hanya karena seks semata.

Setelah beberapa menit Seth memutuskan untuk memasuki salah satu mall yang dulu pernah ia kunjungi. Tempatnya masih sama, tapi bangunanya kini sangat luas. Ternyata banyak kemajuan, tidak hanya pada diri Charlotte tapi pada bangunan mall ini juga.

Setelah sampai di mall, Charlotte dengan cepat masuk terlebih dahulu, meninggalkan Seth yang memberikan kunci mobil Charlotte pada salah satu penjaga mall di sana.

Seth sedikit berlari mensejajarkan langkahnya dengan langkah Charlotte. Dengan sengaja Seth menarik tangan Charlotte, menggenggamnya erat seolah Seth menunjukan pada Charlotte bahwa dirinya milik Seth.

"Lepaskan tanganku, sialan," desis Charlotte.

Namun tidak membuat Seth melepaskan tangan Charlotte, lelaki itu malah semakin menjadi-jadi menarik tangan Charlotte ke salah satu toko pakaian.

"Pilih sesukamu, aku akan membayarnya."

"Kau pikir aku tidak memiliki uang, uangku juga banyak."

"Hasil dari menjual diri?"

"Profesiku seorang model, ingat itu!"

"Apa bedanya dengan menjual tubuh? Secara tidak langsung mereka membeli tubuh mu dan memamerkan tubuh mu di majalah-majalah, dan kau berbangga diri?" dengus Seth.

"Lalu apa masalahmu?"

"Berhenti menjadi model celana dalam itu!"

"Itu tidak ada sangkut pautnya denganmu, Tuan Mendell," ujar Charlotte.

"Aku menyukai tubuhmu, seluruh tubuhmu! Dan tubuhmu miliku, apa pun yang menyangkut tubuhmu, itu juga menyangkut denganku," ujar Seth penuh penekanan.

"Cuih! Sebelumnya kau menghina tubuhku, lalu di kemudian hari dengan seenaknya kau mengklaim tubuhku milikmu, apa kau waras!?"

"Aku tidak waras karena menyukai tubuhmu,"

"You crazy!" Desis Charlotte lalu pergi dari hadapan Seth.

"Yes! I'm. Aku gila karena tubuhmu." Seth terkekeh lalu duduk di tempat tunggu. Menunggu Charlotte. Tapi gadis itu belum juga datang. Sampai-sampai Seth risih karena terus diperhatikan oleh pengunjung toko dan pelayan toko. Ia segara pergi mencari Charlotte.

Sampai kemudian Seth menemukan Charlotte yang sedang memilih pakaian di temani dengan dua palayan.

Charlotte tersentak kaget ketika Seth tanpa malu memeluk Charlotte dari belakang, dan mencium pipi Charlotte dari belakang.

"Kau lama sekali, aku sampai risih terus ditatap oleh banyak wanita karena ketampananku."

Charlotte melepaskan pelukan Seth, lalu mengelus rahang kokoh Seth, "Kau terlalu percaya diri Tuan Mendell, mereka menatapmu karena kau aneh, dan menyebalkan!" dengus Charlotte. Lalu kembali beralih memilih beberapa gaun.

Kedua pelayanan itu nampak tersenyum melihat Seth dan Charlotte yang sangat serasi dan lucu.

"Aku akan mencoba gaun ini, ini dan ini," kata Charlotte lalu memberikan gaun ketiganya kepada pelayan. Pelayan itu mengangguk lalu pergi ke ruang ganti.

"Kau tunggu aku di depan, aku risih harus di ekori oleh Crocodile darat sepertimu!" kata Charlotte sambil menepuk-nepuk pipi Seth.

Charlotte segera pergi dari hadapan Seth.

Tanpa Charlotte sadari Seth mengikutinya, saat Charlotte masuk ke sebuah ruangan kecil, Seth masuk ke ruangan itu dan memerintahkan kedua pelayan itu pergi, dan memberikan beberapa lembar uang ke kedua prlayan itu.

"Berikan aku gaunnya!" perintah Charlotte dari dalam, ia mengulurkn tangannya dari balik tirai putih.

Seth tersenyum, ia memegang tangan Charlotte, tanpa menunggu lebih lama, Seth masuk ke dalan ruangan kecil itu.

Dengan refleks Charlotte menjerit, dengan sigap Seth menutup mulut Charlotte dengan tangannya. Charlotte meronta membuka tangan Seth dari mulutnya.

"Apa yang kau lakukan, sialan!"

"Membantumu berganti baju," bisik Seth, dia  meraih tubuh Charlotte yang hanya memakai bra dan celana dalamnya yang berwarna hitam.

"Pergi, Seth! Kau sudah melewati batasmu, sialan!"

"Sttt! Jangan mengumpat padaku Kucing Liar, mari bermain kilat." Seth mengedipkan sebelah matanya, mengunci pergerakan Charlotte.

Tubuh Charlotte menempel di dinding, hingga ia merasakan dingin yang menjalar ke seluruh permukaan kulitnya.

"Seth keluar sebelum kesabaranku habis!"

"Hanya satu kali orgasme, kucing Liar."

Dengan tanpa permisi Seth mencium bibir Charlotte, menyalurkan gairahnya agar Charlotte merasakan apa yang dirasakan oleh Seth. Charlotte merasakan sebuah benda yang menekan intinya. Tunggu apa? Seth benar-benar ingin melakukannya di sini?

Bibir Seth turun ke leher Charlotte dan Charlotte semakin terbawa oleh gairah yang dibawa oleh Seth. Seth sudah melepaskan bra milik Charlotte, ia mehisap sedikit demi sedikit puting Charlotte, membuat Charlotte mengerang karena nikmat, tangan Charlotte meremas rambut Seth dengan lembut, dan sentuhan Charlotte membuat gairah Seth semakin menggebu-gebu.

Dengan sekali hentakan Seth merobek celana dalam Charlotte, sampai Charlotte memekik kaget. Seth mengangkat kaki Charlotte sebelah, dan itu peluang untuk Seth.

Seth membuka celana dan boxer miliknya lalu dengan sekali hentakan Seth menjamah tubuh Charlotte. Charlotte sasmpai gelagapan karena sakit beserta nikmat yang Seth berikan secara bersamaan.

Charlotte mencengkarm kemeja Seth, saat gairahnya tidak terkendalikan.

"Ouh, Sethhhhh! Akh!" Charlotte melenguh ketika mendapat pelepasannya, ia semakin mencengkarm kemeja Seth saat pelepasannya.

Disusul oleh Seth setelahnya, Seth mengeluarkan spermanya ke perut Charlotte. Ia mencium bibir Charlotte skilas. Dan kembali memakai boxer dan celananya.

"Tunggu sebentar aku akan membelikan tisu untukmu, " ucap Seth. Seth kembali mencium bibir Charlotte sedikit menyesapnya sampai akhirnya benar-benar pergi.

Setelah Seth benar-benar pergi, Charlotte meneteskan air matanya, ia benar-benar kotor sangat kotor. Ia bisa memakluminya ketika melakukannya dalam keadaan mabuk, tapi sekarang, bahkan Charlotte mengingat betul kejadian ini.

Charlotte meringis, meratapi nasibnya, kenapa? Kenapa kakak tirinya? Kenapa tidak orang lain, setidaknya jika orang lain, Charlotte bisa meminta pertanggungjawaban, tapi kakaknya? Itu tidak mungkin.

Setelah beberapa lama berpikir dengan pikiran kosongnya. Charlotte terlonjak kaget saat seseorang masuk kembali ke ruangannya. Dengan repleks ia menutupi asetnya dengan kedua tangannya.

Seth menaikan sebelah alisnya, ia sedikit tersenyum geli melihat Charlotte. Charlotte melihat Seth yang membawa paper bag.

"Bersihkan dirimu," ujar Seth. Ia membuka tisu basahnya berniat memabantu Charlotte.

"Aku bisa sendiri, kau keluarlah!"

Seth mengangguk lalu memberikan paper bag yang ia bawa kepada Charlotte. Lalu meninggalkan Charlotte di dalam.

To Be Continue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel