Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

            Adel termenung sedirian di kolam renang, ia memikirkan ucapan dari Milla dan Rinrin kemarin siang. Awalnya dia tidak memperdulikan ucapan mereka, tetapi tadi siang, saat ia kembali terserang rasa pusing yang berlebihan hanya Raka yang tampak khawatir dan memperdulikannya. Bahkan Raka dengan ikhlas menemaninya di ruang kesehatan selama dirinya beristirahat di sana. Sedangkan Bara, dia datang saat siang hari setelah mata kuliah dan urusan senatnya selesai. Bara berani meninggalkan Adel di ruang kesehatan karena panggilan senat. Sebenarnya Raka juga anggota senat, tetapi dia tidak sampai sesibuk Bara dan Desi. Dia malah terlihat santai dan anteng saja. Mungkin karena Raka hanya sebagai anggota bukan yang memiliki jabatan seperti Bara.

"Malam malam begini kenapa melamun sendiri?" tanya Fram duduk di sisi Adel.

Adel menoleh ke arah Fram dan tersenyum kecil. "Aku sedang menatap bintang di langit," dusta Adel.

"Apa bintang sekarang pindah ke tanah?" tanya Fram membuat Adel mengernyitkan dahinya. "Sejak tadi Papa perhatikan pandangan kamu tidak ke atas langit melainkan pandangan kosong ke depan," ucap Fram.

Adel sadar memang sulit berbohong dari Papanya itu.

"Ada apa, Sayang?" tanya Fram.

"Entahlah Pa," jawab Adel.

"Lho kok entah? Entah apa yang merasukiku, begitu?" seru Fram dengan kekehannya.

"Ih Papa apaan, kecanduan sama viral di medsos," kekeh Adel.

"Kan Papa sosialita," kekeh Fram membuat Adel ikut terkekeh. "Jadi ada apa?" tanya Fram kembali.

"Menurut Papa, bagaimana Bara dan Raka?" tanya Adel.

"Hmm, tumben kamu menanyakan mereka berdua? Ada apa nih?" tanya Fram.

"Jawab aja Pa, jangan kepo dulu," seru Adel.

"Ya bagaimana yah, Bara dan Raka. Hmmm,," Fram tampak berpikir sesaat. "Kalau boleh Papa jujur yah, Bara itu baik, sopan, dewasa. Tetapi kesempurnaannya itu papa lihat tidak cocok dengan kepribadianmu," seru Fram.

"Maksud Papa?" tanya Adel.

"Bara itu terlihat cuek dan lebih mementingkan hal lain yang menurutnya bisa menguntungkan dirinya. Dan sudah jelas kamu paham betul yang begitu akan bagaimana. Dia akan menjadi sosok yang gila kerja dan melupakan keluarganya, kamu paham kan?" tanya Fram yang di angguki Adel. Dan pemikiran Papanya itu tidak meleset sedikitpun.

"Dan Raka, kamu tau sendiri bagaimana dia. Dia sangat bertanggung jawab, penuh perhatian dan sangat perduli dengan keluarganya dan sahabatnya. Dia tidak memiliki Ayah, tetapi dia sanggup kuliah sambil mengembangkan usaha Ayahnya yang sempat gulung tikar. Dia juga merawat ibunya dan adiknya. Dia acuh dari luar tetapi hangat di dalamnya," seru Fram.

"Jadi kamu mau memilih siapa sebenarnya?" tanya Fram menggoda Adel.

"Papa ini apaan sih, Raka itu hanya sahabatku, Pa."

"Memangnya sahabat tidak bisa menjadi kekasih?" tanya Fram.

"Papa... Raka itu kekasihnya Desi," ucap Adel dan membuat Fram terdiam.

***

Siang itu Bara berada di rumah Adel, kebetulan weekend jadi dia main ke rumah Adel.

Saat ini mereka sedang masak bersama di dapur rumah Adel. Adel yang memasak untuk mereka berdua dan Bara hanya membantu memotong sayurannya saja.

"Yank, aku ke kamar mandi dulu yah," seru Bara.

"Iya," jawab Adel dan tetap fokus pada masakannya.

Bara berjalan menuju kamar mandi yang terhalang dinding dengan dapur. Saat ia keluar dari dapur, ia tak sengaja menabrak seseorang.

"Awww..."

Mendengar itu, Adel menengadahkan kepalanya dan tatapannya melebar melihat pemadangan di depannya.

Terlihat Desi berada di dalam pelukan Bara, dan tatapan mereka saling bertautan satu sama lain. Adel masih memperhatikan mereka dengan kebingungan dan mereka masih tidak bergerak sedikitpun.

"Khem..."

Akhirnya deheman Adel menyadarkan mereka, dan mereka segera melepaskan pelukan mereka masing-masing.

"Maaf Kak, tadi Desi buru-buru," ucap Desi.

"Tidak apa-apa," jawab Bara yang tampak salah tingkah. Tanpa bicara apapun lagi, Bara pun beranjak pergi menuju kamar mandi. Sedangkan Desi masuk ke dapur dan mengambil air dari dalam kulkas.

"Tidak keluar, Des?" tanya Adel seakan mencairkan suasana yang tegang dan canggung itu.

"Tidak Kak, aku ada banyak tugas," jawab Desi dan beranjak pergi meninggalkan Adel sendirian.

"Ayolah Del, jangan berpikiran negative," gumamnya.

***

Adel berjalan di lorong kampus dengan memeluk dua buah buku dan menenteng tasnya. Saat sedang asyik berjalan, matanya menangkap sesuatu hingga langkahnya terhenti.

Tak jauh di depannya dimana lorong menuju fakultas Bara, terlihat Desi dan Bara tengah berbincang akrab. Adel memperhatikan mereka dengan memperlambat langkahnya. Mereka berdua tampak tertawa bersama dan terlihat layaknya sepasang kekasih. Bahkan Bara sempat membenarkan anak rambut Desi yang mengenai wajahnya. Menurut Adel itu sudah berlebihan.

Adel merasa kepalanya terasa pening dan sangat sakit sampai ia tidak mampu berdiri tegak lagi. Ia berjalan perlahan dan berpegangan ke dinding. Ia mengernyit melihat kembali ke arah Desi dan Bara.

"Ada hubungan apa sebenarnya di antara mereka?" gumam Adel.

Adel semakin kaget saat matanya menangkap sosok Raka yang berada tak jauh di depannya. Raka tampak juga tengah melihat ke arah Desi dan Bara. Mengetahui Raka melihat kejadian itu, ada keresahan di dalam hati Adel. Ia takut Raka emosi dan menyakiti Desi. Ya, Raka adalah tipikal pria yang tidak suka menahan amarahnya, walau tidak sampai main tangan. Dan Raka juga tipikal pria yang sulit memaafkan setelah dia tersakiti.

"Ya Tuhan..." gumam Adel saat tubuhnya oleng dan kepalanya terasa seperti di pukuli palu besar hingga rasanya sangat sakit.

Semakin lama rasa sakit itu semakin kuat dan Adel tak mampu menahannya hingga merenggut kesadarannya.

***

Adel membuka matanya dan yang pertama ia lihat adalah cahaya lampu yang bersinar hingga membuat matanya sakit. Ia kembali menutup matanya dan memijit pelipisnya saat terasa pening.

"Bagaimana keadaan lu?" pertanyaan itu membuatnya membuka matanya kembali dan menoleh ke sampingnya. Di sana terlihat Raka duduk tenang walau matanya menyiratkan kekhawatiran.

"Gue baik-baik saja," ucap Adel dan berusaha untuk bangun, Raka bergegas membantunya dan menyandarkannya ke kepala ranjang dengan sandaran bantal.

"Minumlah," ucap Raka menyodorkan sebotol air mineral dengan sedotannya. Adel menyeruput air itu cukup banyak.

"Menurut Dokter klinik sebaiknya lu periksa ke rumah sakit," ucap Raka setelah menyimpan kembali botol air mineralnya.

"Buat apa? Gue baik-baik saja, ini mungkin karena darah rendah gue kambuh, atau karena semalam tidur terlalu malam," jawab Adel.

"Lu tau, dalam seminggu ini lu sering sekali mengeluh sakit kepala bahkan tak jarang sampai pingsan. Sebaiknya kita ke rumah sakit," ucap Raka.

"Gue baik-baik saja," jawab Adel. "Ka, yang tadi di lorong itu-"

"Tidak perlu di bahas!" jawab Raka dengan tegas. "Kalau lu sudah lebih baik, kita pergi ke rumah sakit. Gue akan pesankan taxi online, kita pergi bersama."

"Tapi gue-"

"Tidak ada tapi-tapian!" ucap Raka jelas sekali tersirat nada tak ingin di bantah. Akhirnya Adel pun mengalah dan menyetujui keinginan Raka, walau sejujurnya ia merasa yakin kalau pusing di kepalanya karena anemia.

---

Sudah dua jam mereka menunggu hasil pemeriksaan Dokter yang di lakukan pada Adel. Mereka menunggu di depan pintu ruangan Dokter dengan sabar. Raka terlihat mondar mandir dan Adel duduk dengan bersandar ke sandaran kursi karena merasa tubuhnya begitu lemas dan kepalanya pusing.

Tak lama seorang suster keluar dari ruangan tersebut dan memanggil mereka untuk masuk ke dalam ruangan Dokter karena hasilnya sudah keluar.

Raka segera membantu Adel berdiri dan memapahnya untuk masuk ke dalam ruangan Dokter.

Mereka duduk berdampingan di hadapan Dokter pria berkacamata itu. Dokter pria itu melihat ke arah Adel dan Raka secara bergantian dan menghela nafasnya perlahan.

"Bagaimana Dok? Tidak ada yang serius kan?" tanya Adel.

Dokter itu menatap ke arah Adel, kemudian membenarkan posisi kacamata yang di gunakannya. Ia kembali menghela nafasnya membuat Adel dan Raka saling pandang.

"Begini," ucap sang Dokter mulai membuka suaranya. "Dari hasil pemeriksaan ini, Nona Adelia positif terkena penyakit kanker otak stadium lanjut."

Deg

*** 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel