Bab 7
Tibalah hari kelahiran dari Papa Adelia. Semua sahabat dan keluarga sudah berkumpul di restaurant. Begitu juga dengan anak-anak yatim piatu dan pengurusnya. Hanya Adel dan Fram yang belum ada.
Adel ingin memberikan kejutan pada Papa tersayangnya itu.
Saat ini Adel sedang berada di dalam mobil bersama Fram.
"Kita mau makan siang dimana?" tanya Fram.
"Tempat langganan kita saja, Pa."
"Kamu yakin Desi dan Tante tidak mau ikut?" tanya Fram.
"Mereka ada acara," jawab Adel tersenyum kecil. Padahal Tantenya itu juga Desi sudah berada di tempat acara.
Tak lama, mereka sampai di restaurant.
"Tumben sekali terlihat sepi," seru Fram.
"Mungkin sedang sepi aja, Pa." Jawab Adel seenaknya.
Mereka berjalan menuju pintu masuk restaurant. Seperti biasa seorang pelayan menyambut mereka di depan pintu dan mengarahkan mereka ke bagian outdoor dimana berada di lantai dua. Sesuai keinginan Adel.
"Happy Birthday!!!"
Mereka di sambut dengan teriakan semua orang dan suara kembang api juga hiasan kertas berwarna yang di tembakan ke arah mereka berdua.
"Apa ini?" kekeh Fram yang tak menyangka ada sebuah kejutan untuk dirinya.
"Selamat ulang tahun My Hero," seru Adel memeluk manja Fram seraya mencium pipinya.
"Sayang, putri kecil Papa. Terima kasih," ucap Fram sangat terharu dan mencium puncak kepala Adel.
Setelahnya mereka semua mengucapkan selamat ulang tahun pada Fram bergiliran.
"Kalian di sini juga ternyata," seru Fram memeluk Desi dan tersenyum ke arah adiknya.
"Kan kejutan, Pa," kekeh Desi.
Fram di giring ke meja utama dimana sudah tersedia kado ulang tahun di sana. Fram mulai meniup lilin dan memotong kue ulang tahun. Ia juga menyuapkannya kepada Adel dan Desi juga adiknya.
"Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk kalian semua. Terutama untuk putriku yang cantik," seru Fram seraya merangkul Adel yang tersenyum. "Untuk semua orang yang sudah hadir dan terlibat dalam kejahilan putriku ini. Terima kasih banyak, ini sungguh sangat berkesan."
"Terima kasih Sayang, kamu adalah anugrah terbesar buat Papa. Kamu sudah bisa menjadi seorang anak, istri dan semuanya untuk Papa, sehingga Papa tidak membutuhkan yang lain lagi." Fram tampak berkaca-kaca menatap Adel yang tersenyum ceria.
"Papa sudah menjadi My Hero aku. Papa mengurusku dari aku kecil, mengusap air mataku saat aku sedih. Papa sudah menjadi seorang Ibu juga Ayah untukku hingga aku tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang dari Papa. Jangan menangis," seru Adel mengusap air mata Fram dan ia juga ikut menangis.
"Tak ada tangisan," seru Fram menghapus air mata Adel.
"Ini untuk Papa," seru Adel menyerahkan sebuah kado kecil ke Fram.
"Apa ini?"
"Buka saja," seru Adel.
Fram membukanya dan terlihat sebuah jam tangan mewah dan elegant di sana.
"Papa suka?" tanya Adel.
"Sangat, terima kasih." Fram mencium kepala Adel dengan rasa haru dan bahagia.
Setelahnya acara doa bersama, kemudian mereka semua menyantap makanan dengan santai seraya menikmati hiburan dan berbincang-bincang.
***
Pagi-pagi sekali Fram mengetuk pintu kamar Adel. Pitu terlihat tidak di kunci hingga Fram masuk dan Adel terlihat baru bangun tidur.
"Anak gadis baru bangun jam segini?" seru Fram membuat Adel tersenyum seraya mengucek kedua matanya.
"Pagi Pa," sapa Adel.
"Pagi sayang."
Adel mengernyit menatap Fram masuk dengan sebuah nampan di tangannya.
"Apa itu?" tanya Adel.
"Ini Papa masakin kamu sarapan, cuci muka dan gosok gigi kemudian makanlah," ucapnya menyimpan nampan di atas meja nakas.
"Bau nya harum," seru Adel. "Papa yang masak?"
"Menurutmu?" seru Fram dengan nada bangga.
Adel terkekeh. "Sudah lama Papa tidak memasakkan makanan untuk Adel, waktu kecil Papa hampir tiap hari memasak. Pasti sangat enak," serunya.
"Cuci muka dulu, jangan jorok!" tegur Fram saat Adel hendak mengambil piring.
Adel hanya terkekeh dan beranjak dari duduknya menuruni ranjang.
Tak lama Adel keluar dari kamar mandi dengan lebih segar. Ia melihat sang Papa sudah menata makanannya di atas meja kecil dan menyimpannya di atas ranjang.
"Kemarilah dan makanlah," ucap Fram.
"Tanpa di mintapun akan langsung ku lahap," kekeh Adel.
Adel duduk di atas ranjang dan langsung melahap naso goreng yang menggugah selera hingga hendak membuat air liurnya keluar.
"Emmmm tidak ada yang berubah dan tetap sangat enak," seru Adel mengacungkan jempolnya.
Fram tersenyum senang seraya mengusap kepala Adel. Adel tetaplah putri kecilnya yang menggemaskan. Walau sekarang putri kecilnya itu telah beranjak dewasa, dan mungkin sebentar lagi akan menemukan tambatan hatinya dan menikah. Adel akan pergi meninggalkan dirinya.
Memikirkan Adel yang akan menikah dan meninggalkan dirinya, membuat Fram merasa sedih. 21 Tahun ia membesarkan dan mengurus Adel seorang diri tanpa istri. Ia harus merangkap menjadi seorang Ayah sekaligus Ibu untuk Adelia.
"Ada apa Pa?" tanya Adel saat Fram terlihat memalingkan wajahnya dan mengusap sudut matanya.
"Tidak apa-apa," ucap Fram.
"Papa, Adel tau Papa sedang menyembunyikan sesuatu. Katakan Pa," seru Adelia.
Fram kini duduk di hadapan Adel dan tersenyum penuh kehangatan. Tampak sekali keriput dan wajah lelah di wajah tampan Fram.
"Papa hanya tidak menyangka kalau putri kecil Papa kini sudah dewasa, dan mungkin sebentar lagi akan menikah dan meninggalkan Papa," seru Fram.
"Papa..." Adel merasa sedih mendengarnya. "Adel masih tetap putri kecil Papa sampai kapanpun juga."
"Itu pasti Sayang," seru Fram.
"Dengar yah Papa." Adel mengambil tangan Fram dan mencium punggung tangan cinta pertamanya itu. "Adel tidak akan menikah sebelum Papa menikah."
"Apa?" seru Fram. "Kamu ini sedang berbicara apa sih Adel."
"Dengar yah Papaku tersayang, Adel ingin Papa bahagia dan tidak kesepian. Jadi Adel tenang kalau sudah menikah dan di ajak pergi oleh suami Adel kelak. Papa harus ada yang mengurusi Papa dan menemani masa tua Papa."
"Ck kamu ini, sudah berapa kali Papa bilang, Papa tidak tertarik untuk menikah lagi dan mencari wanita pengganti Ibu kamu," seru Fram.
"Memangnya Papa tidak merasa kesepian?" tanya Adel.
"Kesepian bagaimana? Papa merasa baik-baik saja."
"Seperti merindukan kehangatan dan perhatian seorang istri. Papa kan masih muda dan sangat tampan, dan sangat jelas sekali banyak fansnya. Apa tidak ada yang menggetarkan hati Papa?" tanya Adel hingga membuat Fram terkekeh.
"Hanya Mamamu yang bisa menggetarkan hati Papa, Del." Seru Fram menerawang jauh ke masalalu dan tersenyum membayangkan wajah mendiang istrinya.
"Sampai kapanpun, Mamamu tidak akan tergantikan. Papa tidak bisa melupakannya, apalagi mencari penggantinya. Dia adalah wanita pertama dan terakhir dalam hati Papa. Papa tidak ingin ada yang menggantikannya sampai kapanpun juga."
"Terkadang aku tidak paham cinta seperti apa yang Papa miliki untuk Mama. Tetapi aku berharap, suatu saat aku bisa bertemu dengan pria yang akan mencintaiku sebesar cinta Papa ke Mama," ucap Adel.
"Sudah pasti kamu akan mendapatkannya. Karena Papa tidak akan rela menyerahkanmu pada pria yang hanya akan menyakitimu," seru Fram membelai kepala Adel membuatnya tersenyum dan memeluk sang Papa,
***
"Ekhem..."
Adel yang sedang duduk di kolam renang rumahnya dengan memasukkan kedua kakinya ke dalam kolam tersadar dari lamunannya mendengar deheman itu.
"Bara?" seru Adel tersenyum senang saat melihat kekasihnya datang ke rumahnya.
"Sibuk melamun apa sih, sampai aku datangpun tidak sadar," seru Bara yang ikut bergabung di samping Adel.
"Tidak ada, kamu kenapa gak ngabarin dulu kalau mau datang?" tanya Adel.
"Tidak apa-apa, aku ingin tau apa yang di lakukan kekasihku saat weekend begini tanpa keluar bersamaku," seru Bara.
"Beginilah, bersantai dan rasanya sangat mager," kekeh Adel.
"Daripada melamun begini, bagaimana kalau kita nonton dan makan di luar. Kalau gak salah ada film baru," ucap Bara.
"Emm boleh, aku ganti baju dulu yah."
---
Bara dan Adel sampai di bioskop salah satu mall. Mereka sedang mengantri untuk membeli tiket.
"Lho kalian?" seru Adel membuat dua orang yang berada tak jauh darinya menoleh.
"Kak Adel, kak Bara," seru salah satu dari mereka yang merupakan Desi dan Raka.
"Kalian kemari juga?" tanya Raka yang di angguki Adel.
"Nonton apa kalian?" tanya Bara.
Desi menjawab pertanyaan Bara dengan sangat semangat.
"Wah kita akan nonton film yang sama," ucap Adel.
"Ya sudah kalian tunggu saja dan pesan makanan, aku akan pesankan empat tiket untuk kita," ucap Raka.
Bara, Desi dan Adel berjalan menuju kasir food dan memesan popcorn ukuran jumbo dan minumannya.
Adel sedikit mengernyit saat Desi bersikap sedikit manja pada Bara, entah itu hanya perasaannya saja atau memang Desi terlihat mencari perhatian dari Bara.
Adel berusaha mengenyahkan pikiran negative nya dan berusaha berpikir positif.
Mereka berempat sudah duduk di kursi studio sesuai urutan nomor, kebetulan Desi dan Bara duduk berdampingan. Dan mereka akan menonton film horor.
Film di mulai, dan mereka semua tampak fokus ke layar besar di depan mereka seraya menikmati popcorn yang mereka pesan.
Semakin lama cerita dalam film semakin menegangkan dan menakutkan. Desi berkali-kali salah berpegangan, ia selalu memegang dan mencengkram lengan Bara. Membuat Bara sedikit bingung dan menoleh ke arahnya.
Sadar Bara melihat kearahnya, Desipun ikut menoleh hingga tatapan mereka berdua beradu satu sama lainnya. Cukup lama mereka berdua saling bertatapan satu sama lainnya sampai Desi tersenyum kecil dan melepaskan cengkraman tangannya dan kembali menatap ke layar depan.
***
