3. Crot Ah …
Ananda berpikir dengan menjetik-jetikkan jarinya pada pipi.
"Habis ciumannya langsung bobo."
Percayalah, Taufik rasanya ingin pingsan mendengar penuturan Ananda.
Taufik mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba menghindari acara pingsan karena penuturan istri belianya yang teramat polos.
Gadis apa yang dinikahinya ini.
Bukan, bukan karena gadisnya tapi karena salahnya sendiri mau menikahi gadis kecil.
"Ya sudah sekarang Anna ganti gaunnya dulu ya Om," ujar Ananda karena melihat Taufik hanya mengerjap dan menggeleng tidak jelas.
Toh, lagian ciumannya tidak jadi.
~~~~~~~
"Om! Mau kemana?" panggil Ananda bertanya pada Taufik.
Taufik sudah berada di depan pintu hendak keluar dengan bantal dan selimut di tangannya.
"Om mau tidur di sofa, Anna tidur saja," kata Taufik.
"Kenapa Om?"
Setahu Ananda kalau sudah menikah itu tidur bersama, seperti drama dan Papa Mamanya.
Sedangkan Taufik, pria itu kembali memutar otaknya mendapat lagi pertanyaan dari sang istri.
"Nanti virus batuknya nempelin Anna saat tidur. Anna tidur saja, biar Om yang tidur diluar."
Lagi-lagi virus batuk yang nyatanya tidak ada kembali menjadi alasan.
Tidak mungkin Taufik mengatakan alasan yang sebenarnya.
Kalau dia takut khilaf berada di dekat Ananda, apalagi dengan keadaan Ananda yang sekarang. Yang ... Pokoknya menggoda iman.
Istri kecilnya ini masih polos, Taufik tidak mau merusak kepolosannya dan mengganggu belajarnya.
"Ya udah deh. Selamat tidur Om."
Ananda memosisikan tidurnya dengan nyaman.
Taufik mematikan saklar dan kamar hanya diterangi lampu temaram.
"Om, jangan dimatiin. Anna takut gelap."
Ananda membuka matanya merasakan pencahayaan yang berkurang.
"Oh! Maaf, Anna kembali tidur lagi."
Taufik mendapat anggukan dari Ananda dan kembali menyalakan saklar.
Setelah Ananda kembali tidur, Taufik keluar dari kamar dan menutup pintu kamar dengan pelan.
~~~~~~
"Makasih Om," ucap Ananda tersenyum kepada Taufik dan hendak keluar dari mobil, tapi tidak bisa terbuka.
Saat ini mobil Taufik terhenti di depan gerbang sekolah, SMA ....
"Om, kok nggak bisa. Bukain kuncinya Om."
Ananda menoleh untuk melihat Taufik yang tidak kunjung membuka kuncinya.
"Papa Anna nggak pernah mengantar Anna ke Sekolah?" tanya Taufik.
Kedua alis Ananda hampir menyatu mendapat pertanyaan tersebut.
Sudah pasti jawabannya pernah, dan tidak mungkin Taufik tidak tahu. Bahkan hari pertama Ananda ke Sekolah, Mizail lah yang mengantarnya.
"Pernah kok Om. Kenapa nanya gitu?"
Tiba-tiba Taufik menyondorkan tangan kanannya.
"Apa Om?" tanya Ananda belum mengerti maksud dari Taifik.
"Salim dulu," kata Taufik mengayunkan tangannya karena Ananda malah memeperhatikan tanpa melaksanakan perintah Taufik.
"Ini nggak apa-apa Om?"
Sebelah alis Taufik ter angkat mendengar ucapan Ananda.
"Apanya?" Tanya Taufik.
"Nanti kalau virusnya nularin Anna! Gimana?"
Oh iya, Taufik melupakan virus penyelamatnya.
Tapi ....
Taufik ingin dicium punggung tangannya.
Gimana dong?
"Kayanya nggak apa. Om tidak batuk lagi."
Taufik dalam masalah besar, ucapannya itu bisa memberikan dampak berbahaya untuk dirinya sendiri.
"Benaran Om?"
"Iya, ayo sun tangannya."
Dengan cepat Ananda meraih tangan yang sudah lama menunggu itu.
Diciumnya punggung tangan Taufik yang mungkin besarnya 2 x dari tangan Ananda.
Taufik bergetar merasakan bibir lembut Ananda bersentuhan dengan kulit punggung tangannya.
Belum hilang getaran akibat bibir tadi, rasanya Taufik ingin meledak saat Ananda malah mendekatkan wajahnya.
"Ke_napa Anna."
Taufik berusaha menjauhkan kepalanya dari Ananda. Ditambah Ananda tidak melepaskan tatapannya dari Taufik, membuat dada Taufik naik turun.
"Hehehh ...."
"Biasanya kalau Anna habis salim sama papa, papa nyium kening Anna Om."
"Te_terus."
Taufik gugup campur senang melihat Ananda tertawa tanpa dosa diatas tersiksanya Taufik.
"Om nggak mau nyium kening Anna juga?"
Ekspresi menggemaskan yang Anna tunjukkan saat bertanya membuat Taufik mematung.
"Ish Om. Kok malah diam!"
Ananda yang kesal segera menarik kepala Taufik dengan kedua tangannya, lalu meletakkan bibir Taufik pada keningnya.
Mata Taufik melotot besar merasakan bibirnya bersentuhan dengan kulit kening Ananda, apalagi wangi poni Ananda yang harum membuat mata Taufik mengerjap beberapa kali setelah Ananda melepaskan kepalannya.
"Anna_"
Apa lagi yang mau gadis kecil ini lakukan? Kenapa semakin mendekati Taufik lagi setelah tidak lama kembali tenang saat aksi cium di tempatnya duduk?
Ananda malah mendekatkan lagi kepalanya. Apa lagi yang yang diinginkan gadis ini.
Taufik menjauhkan kepalanya yang hampir mencapai kaca mobil serta menutup rapat-rapat kedua matanya. Seluruh badannya memanas merasakan Ananda semakin dekat pada dirinya.
Taufik dapat menghirup wangi yang sama saat mencium kening Ananda tadi. Apa Ananda akan memintanya untuk mencium kening lagi?
Taufik semakin gugup.
Klik
"Coba aja dari tadi. Om lelet! Dah Om, Anna pergi ya. Keburu gerbangnya dikunci."
Ananda berlari karena satpam sudah siap untuk menutup gerbang.
Brak
Taufik membuka matanya mendengar suara pintu yang tertutup.
Sial!
Ananda hanya membuka kunci pintu mobilnya?
Taufik menggeleng serta menghembuskan nafas kasarnya. Bisa-bisanya Taufik mengharapkan agar dicium oleh istri kecilnya itu!
Taufik tersenyum mengingat tingkahnya yang memalukan di depan Ananda. Apa yang akan istrinya itu pikirkan bila mengetahui pikiran Taufik tadi.
Tidak ingin memikirkannya, Taufik mulai menyalakan mesin mobil untuk melanjutkan perjalanan ke Kantor.
~~~~~~
Kriing Kriing Kriing ....
Para guru mulai meninggalkan ruang kelas saat mendengar bunyi nyaring yang memenuhi area sekolah.
Disusul para murid yang mengikuti jejak sang Guru untuk meninggalkan kelas, tapi mereka akan kembali lagi setelah bel dibunyikan lagi! Berbeda dengan beberapa guru yang akan berjumpa dipembelajaran selanjutnya.
Setelah disatukan oleh kesatuan seruangan, mereka dipisahkan oleh keinginan hati nurani untuk menempatkan waktu istirahat.
Ada yang memilih untuk tetap dalam kelas, jalan-jalan di taman sekolah, ada juga yang memilih nongkrong singkat dibeberapa pos sekolah.
Bagi siswa yang rajin akan memilih untuk membuka buku-bukunya, untuk mempelajari pelajaran selanjutnya, ataupun memahami pembelajaran yang baru didapatnya.
Sebagian besar para siswa akan mengunjungi tempat terlaris di Sekolah.
Yap!
Kantin.
Kegiatan di atas tadi hanya akan dilakukan oleh siswa-siswi yang masih bertenaga, namun tidak bagi yang perutnya kosong minta diisi. Maka disinilah tempat ter indah bagi siswa-siswi yang mencari nutrisi.
Mereka akan berbondong-bondong minta dilayani lebih dulu, dan hal itu yang harus selalu membuat ibu kantin mengeluarkan jurus kilatnya.
"Makasih Bu," ucap Ananda setelah mendapatkan keinginannya dan memilih berjalan keluar tanpa duduk lebih dulu.
~~~~~
"An!" panggil Mila melihat Ananda dengan permen alpenlibe memenuhi sebelah area pipinya dan menciptakan benjolan pada pipi kanannya.
"Sini."
Ananda menghampiri teman sekelasnya tersebut dan ikut duduk disampingnya. Saat ini mereka tengah duduk di bangku tugu UKS. Ditemani sejuknya angin yang menerpa di bawah pohon rindang menenangkan.
"Nggak ngantin Mel?" tanya Ananda sembari mengeluarkan permen yang ada dalam mulutnya.
"Nggak. Malas."
"Kalau permen?"
"Kalau ada sih, mau."
Mila tertawa renyah mengatakannya.
Ananda hanya tertawa lalu mengeluarkan permen dari kantung bajunya.
"Nih."
Ananda menyondorkan permen alpenlibe pada Mila.
"Uh, baik banget sih. Makasih ya. Gratis kan."
Mila mulai membuka kulit permen tersebut dan memakannya.
"Bayar 5000."
Mila menghentikan hisapannya dan mengeluarkannya lagi.
"Ini deh, aku kembaliin. Beli di kantin 5000 bisa dapat 10 bungkus."
Mila manyun mengembalikan permennya pada Ananda.
"Ih, baper banget sih. Bibirnya sampe manyun gitu."
Ananda tertawa setelah menggoda Mila, lalu mengarahkan tangan Mila yang memegang permen pada mulutnya.
"Untuk kamu gratis tanpa bayar, lagian siapa juga yang mau permen berliur gitu?"
