Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. Birahi Yang Tidak Terbendung

Kalau tahu akan mengalami batuk berkepanjangan seperti tadi, dia tidak mau pura-pura batuk saat Ananda hampir menciumnya.

"Sama-sama."

"Om, ciumannya gimana?"

Taufik memutar otak mendapat pertanyaan aneh seperti itu dari istri belianya ini.

Ia harus mendapatkan alasan yang dapat diterima oleh bocah satu ini.

Taufik tidak percaya kepulangannya ke Indonesia malah berujung menikah dengan anak sahabatnya ini.

~~~~~~

"Jangan nyesal yaa, nanti!"

Seorang gadis memperingati kekasihnya yang memintanya melakukan hal aneh.

"Nggak dong. Lagian, Kamu pasti nggak akan bisa!"

Sang kekasih malah bangga dengan kepercayaan dirinya.

"Tapi kalau nanti aku benaran suka, gimana?" tanya sang kekasih.

"Kalau kamu nggak mau kita putus! Masa ini aja kamu nggak mau, ini tuh buat buktiin cinta kamu. Tapi jangan lupa yaa tiap bulannya," kesal pria itu tanpa menganggap serius pertanyaan kekasihnya.

"Terus, kalau aku kangen kamu gimana?" tanyanya lagi.

"Kan kamu punyq HP. itu juga tidak akan ketahuan nanti."

Entah hal apa yang sepasang kekasih itu bicarakan.

"Iya deh, aku mau. Tapi nanti jangan marah yaa."

Gadis itu mengiyakan dan memeluk kekasihnya. Dibelakangnya, kekasihnya menampilkan senyumannya.

~~~~~~

Dua minggu lalu

Seorang pria berjalan dengan pria yang mengikuti dari belakang yang mendorong koper di tangannya.

Drrrt... Drrrt.

Pria itu mengambil benda yang bergetar di balik jas.

"Iya, habis dari rumah aku langsung ke sana."

Setelah menjawab ucapan sahabatnya di balik telepon, pria itu melanjutkan langkahnya menuju mobil yang sudah siap membawa pemiliknya.

"Akhirnya kamu nyampe juga," kata seorang wanita menyambut kedatangan sahabat baiknya.

"Peluk dulu dong. Sebelum suami jahatmu itu muncul."

Wanita itu hanya tertawa membalas ucapan sahabatnya dan memberikan pelukannya.

"Ehem, Taufik sialan. Jangan peluk-peluk istri orang."

Suara seseorang mengejutkan mereka dan perlahan wanita dalam pelukan Taufik berpindah kepelukan sipemilik suara tersebut.

"Aku cuma nyambut sahabatku saja kok Yang."

Mizail malah memper erat pelukannya pertanda tidak menyukai istrinya di peluk pria lain.

"Cih. Kalain sudah tua! Nggak cocok mesra-mesraan."

Taufik sudah muak dan ingin muntah melihat pemandangan di depan matanya.

"Sirik? Cari istri sanah. Moveon dong."

Bukannya kesal, Mizail malah bangga dan mencibir sahabat istrinya.

Amel yang berada dalam pelukan suaminya hanya tersenyum dan sedikit memukul lengan suaminya.

"Udah Fik jangan di dengar. Kita masuk yuk."

......

"Ponakanku mana Mel?" tanya Taufik mencari anak sahabatnya, terakhir kali Taufik melihat ponakan imutnya itu saat masih berumur 6 tahun.

"Lagi ke sekolah," jawab Amel.

"Ngapain nyari-nyari putriku?"

Mizail menatap tajam Taufik yang mencari Ananda.

"Seperti yang kamu bilang tadi, sepertinya aku harus move on. Masih ingat kan perkataan mertuamu 17 tahun lalu? Kayanya aku tertarik deh."

"Kau_"

Mizail marah mendengar ucapan Taufik.

"Yang!"

Amel mengusap bahu Mizail, mencoba menenagkan suaminya yang akan meluap.

"Fik, udah. Jangan main-main."

Amel sebetulnya terkejut mendengar ucapan Taufik tadi.

"Kamu baru mau kembali menetap disini kan? Sebaiknya kamu cari dulu pasangan yang cocok sama kamu jangan buru-buru."

Amel berusaha berkata sebaik mungkin tanpa niat melawan salah satu dari kedua pria tersebut.

" Kalian jangan tegang gitu lah. Itu juga kalau dia mau_"

"Kalaupun dia mau tetap tidak bisa tanpa izinku."

Dengan cepat Mizail memotong ucapan Zakir.

"Papaaa. Mamaaaa. Anna pulan_"

Mereka dikejutkan dengan suara lengking.

"Ada tamu ternyata."

Ananda tersadar dan menghentikan teriakannya.

Saat melihat wajah Taufik Ananda tersenyum senang dan bersorak dalam hati.

......

Saat ini di Kediaman Mizail tengah berlangsung makan malam.

"Ananda."

Panggilan Taufik memfokuskan semua pandangan tertuju padanya.

"Anna mau tida_"

Taufik merasa aneh mengatakannya pada wanita yang berselisih 20 tahun dengannya apalagi dibumbui tatapan membunuh dari Mizail.

"Om ganteng mau ngomong apa? Mau ngajakin nikah? Ya udah, nikah yuk Om. Hehehh soalnya Om kaya mau nembak cewek saja."

Amel tersedak mendengar ucapan Ananda yang terdengar seperti candaan.

~~~~~

"Om, gimana?"

Ananda kembali mengulang pertanyaannya.

Apa sebenarnya yang gadis belia ini pikirkan? Harusnya dia masuk kamar, buka buku, terus mengisi tugas yang diberikan gurunya di sekolah.

"Kenapa Anna mau menikah sama Om?"

Ananda terkejut mendapat pertanyaan dari Taufik.

"Em_ itu. Hehehhh ... Karena Om ganteng lah."

Ananda berdoa dalam hati, semoga Taufik mempercayainya.

" Ish Om, kok malah balik tanya ke Anna sih."

Ananda masih tetap pada pendiriannya,

Membahas ciuman.

Taufik memijit pelipisnya yang seperti akan meledak setiap mendengar ucapan Ananda.

Taufik masih ingat betul bagaimana rengekan Ananda saat meminta pada Mizail agar diizinkan menikah.

Ananda mengancam tidak akan ke sekolah dan tidak mau lagi berbicara dengan kedua orang tuanya. Dan bukan hanya sebuah ancaman, tapi Ananda menjalankan Ancamannya selama seminggu.

Dan akhirnya, Ananda yang tidak menyapa Mizail pun membuat Bapak satu anak itu meradang karena terus dicueki sang putri. Karena tidak tahan lagi, Mizailpun meminta pada Taufik untuk menikahi putrinya.

Awalnya Taufik menolak, karena Ananda masih sekolah, tapi melalui bujukan sahabatnya, akhirnya mau juga.

Dan seminggu kemudian

mereka menikah, tepatnya hari ini.

"Memangnya Anna mau terkena virus batuk?"

Taufik hanya bisa sampai pada titik itu untuk meyakinkan istri genitnya. Mengingat Ananda tidak suka saat Taufik batuk tadi.

Dengan cepat Ananda menggelengkan kepalanya.

"Kata Bu Guru, kalau terkena virus penyakitnya, nanti yang terkena ikutan sakit. Nanti Anna batuk juga dong. Anna nggak mau."

Sekali lagi Ananda menggeleng cepat saat berkata tidak mau.

Taufik bertanya-tanya dalam hati.

Sepertinya istri kecilnya ini belum mengerti arti pernikahan.

Apa yang barusan didengarnya?

Penjelasan itu seperti penuturan anak SD saat Guru di kelas menyampaikan petuah pada murid-muridnya.

Tapi bagaimana bisa istrinya ini kekeh minta dicium?

Sepertinya Taufik harus ekstra sabar berhadapan dengan istrinya.

"Anna tidak mau kan?"

Taufik harus memastikan lagi sebelum Ananda berbelok arah dengan ucapannya.

"Nggak."

"Oke, kalau begitu ciumannya kita tunda dulu."

Taufik sepertinya terbang setelah berucap demikian.

Padahal batuknya hanya pura-pura, cuma semangatnya saja mungkin yang ingin membohongi istri labilnya ketinggian. Akhirnya? Tuhan membalasnya dengan batuk yang menggerogoti dan hampir mengambil nyawanya.

Taufik bersyukur Tuhan masih mau mengembalikan nafasnya.

"Sampai kapan Om?"

Taufik memandang mata polos di depannya.

Ananda bertanya lagi sampai kapan?

"Mungkin sampai Anna lulus sekolah."

Ya, Taufik merasa setelah Ananda lulus mereka bisa melakukan apa saja. Bila perlu lebih dari ciuman.

"Kok lama banget sih Om?"

Ananda seakan tidak suka dengan lamanya waktu yang Taufik berikan.

"Tidak lama, Anna ujiannya kan lagi 2 bulan."

Kenapa Ananda yang baru berumur 17 tahun sudah tidak tahan. Sedangkan Taufik yang sudah 37 masih tahan.

Pernah sih, Taufik hampir melakukan itu ...

Taufik jadi sedih mengigatnya.

"Emang virusnya sampai Anna lulus ya Om, baru hilang?" tanya Anna lagi.

Istrinya ini cerewet sekali.

Taufik jadi gemas ingin mengunci bibirnya yang terus bergerak dengan seirama setiap suaranya terdengar.

"Iya. Makanya tunda dulu yaa."

Taufik mengelus rambut Ananda yang masih tersanggul indah.

Mereka memang tengah duduk berdampingan.

"Iya deh," jawab Ananda.

"Anna kenapa pengen ciuman?"

Pertanyaan itu sudah Taufik ingin tanyakan saat batuk tadi, kenapa istrinya ngotot minta cium.

"Biar kaya drama-drama gitu Om. Kan kalau mereka udah nikah ciuman."

Ananda tersenyum malu mengingat drama-drama favoritnya.

"Apa lagi selain ciuman?"

Taufik harus benar-benar memastikan Ananda paham dengan hal lain selain ciuman atau tidak.

"Biasanya sih."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel