Ruang Olahraga 5
"Chandra...." panggil Michael seraya berjalan mendekati ibu Chandra.
Chandra melihat ke arah Michael. Lalu berjalan sempoyongan ke arah Michael. Lalu memeluknya erat.
"Maafkan aku, Michael. Aku tak sempat mengucapkan selamat ulang tahun waktu itu. Aku malah pergi meninggalkanmu." ucap Chandra yang masih memeluk Michael.
"Tak apa, Chandra. Lagi pula aku sudah menerima kotak kecil. Dikotak itu ada sepucuk surat dan sebuah gelang yang sangat indah. Sella yang memberikannya. Waktu itu, Sella datang ke rumahku. Dan memberikan kotak itu. Tanpa mengucapkan apa pun, dia langsung pulang. Langsung saja aku membuka kotak itu. Dan rupanya kotak itu darimu. Terima kasih untuk semuanya." jelas Michael seraya melepaskan pelukannya dengan Chandra yang memakai raga salah satu siswa.
"Benarkah, syukurlah. Maaf aku tak sempat mengucapkannya secara langsung." ucap Chandra dengan suara khasnya.
"Chandra, maafkan aku."
Sella mengucapkan permintaan maafnya. Dengan tatapan yang datar. Tak lama Sella mulai menangis. Ia mulai mengisi pandangannya. Ia menatap ke arah siswa yang raganya di pinjam oleh Chandra.
"Maafkan aku. Aku sudah membawa penyesalan ini selama bertahun-tahun. Dan aku sudah tidak sanggup lagi. Aku mohon padamu, maafkan aku. Maafkan aku, Chandra." ucap Sella dengan tangisan yang sangat menyedihkan.
Chandra yang tadinya berdiri berhadapan dengan Michael. Sekarang sudah duduk di depan Sella yang berada di ata kursi roda. Dan pada saat yang bersamaan, semua siswa yang tadinya hanya diam di pinggir lapangan. Sekarang sudah ikut mengerumuni kami. Dan aku melihat Andre berada di belakang ibu Chandra. Apa yang dia lakukan disini?.
"Tak apa. Aku akan memaafkan mu, Sella. Karena kau sudah memberikan Michael kotak itu. Dan lihatlah, dia sedang memakai gelang itu." ucap Chandra dengan suara yang mulai memudar.
"Benarkah?" tanya Sella yang mulai semangat lagi. Dan Chandra mengangguk sebagai jawaban.
Tak lama, muncul sebuah titik cahaya yang semakin membesar. Tepatnya di atas kepala siswa ini. Persis seperti saat Nani waktu itu. Dan benar, setelah cahaya itu kecil dan hilang. Arwah Chandra pun ikut menghilang. Dan siswa yang dirasuki oleh Chandra tadi, sekarang sudah terbaring lemas di depan Sella.
"Chandra sudah pergi. Dia pergi dengan senyuman khasnya." ucapku.
Semua orang tersenyum lega termasuk aku. Siswa yang pingsan tadi, seketika sadar dan berdiri. Aku yakin dia pasti sangat heran. Mengapa kami mengerumuninya. Aku menunggu saat dia bertanya. Tapi bukannya bertanya, dia malah menunjukkan wajah yang setengah tertawa yang sangat lucu sehingga membuat kami semua tertawa.
.
.
.
Andre pov
.
.
.
Saat aku sedang menyeleksi calon anggota tim basket yang tadi pagi sudah mendaftar. Tiba-tiba aku melihat Tami masuk ke ruang olahraga ini. Tapi dia tidak sendirian. Dia bersama 2 temannya, seorang wanita paruh baya, seorang pria yang dapat kupastikan bahwa ia memiliki banyak uang karena dia mengenakan stelan jas. Dan ada 2 orang perawat yang sedang mengawasi seorang wanita yang sedang duduk di kursi roda.
Entah apa yang akan mereka lakukan. Tapi aku merasa ada yang tidak beres disini. Aku memperhatikan mereka dari jauh. Aku melihat mereka seperti membentuk lingkaran. Dan tiba-tiba satu teman Tami berlari ke toilet. Setelah temannya sampai ditoilet. Tami seperti melihat ke arah ku.
Eunha yang sepertinya melihat kearahku, sekarang berlari ke tengah lapangan. Ternyata ada satu calon anggota tim basket yang pingsan. Aku tak menghampirinya. Bukan karena aku tak peduli, melainkan karena sudah banyak juga orang yang menolongnya.
Aku memperhatikan mereka dari jauh. Aku melihat siswa yang tadi pingsan sedang memeluk wanita paruh baya itu. Dan sepertinya siswa ini sedang menangis. Tak lama mereka berpelukan, sekarang giliran pria itu yang berpelukan dengan siswa ini. Sebenarnya ada apa ini? Aku mulai penasaran. Akhirnya aku putuskan untuk melihatnya dari jarak dekat. Aku mengambil posisi paling depan. Didepan ku ada seorang wanita paruh baya yang sedang menahan tangisannya.
Setelah mereka berpelukan, siswa ini terduduk di depan wanita yang berada di atas kursi roda. Aku rasa ada yang salah dari siswa ini. Aku fokus mendengarkan apa yang siswa ini katakan sampai akhirnya siswa ini kehilangan kesadarannya.
"Chandra sudah pergi. Dia pergi dengan senyuman khasnya." kata Tami yang membuat ku mengerti.
Ternyata tadi yang berada di dalam tubuh siswa ini adalah hantu. Dan mereka semua adalah keluarga dan kerabat dari hantu itu.
Tapi ada satu pertanyaan yang tiba-tiba muncul di pikiran ku. Apakah Tami indigo? Hanya pertanyaan itu yang terus berputar di kepalaku.
.
.
.
Jungkook pov end
.
.
.
Karena hari sudah mulai gelap. Kami memutuskan untuk pulang. Dan untung saja, kami mendapat tumpangan. Michael bersedia mengantar kami pulang ke rumah masing-masing. Dengan senang hati kami menerima tawarannya.
Sesampaiku dirumah, aku langsung menghampiri ayahku yang sedang membaca koran di ruang tamu. Kemudian aku menceritakan padanya tentang kejadian hari ini tanpa ada yang terlewati.
Setelah aku hampir mencapai akhir dari ceritaku. Tiba-tiba saja ibuku muncul dari arah ruang tengah. Dia pun duduk dan ikut mendengarkan ceritaku. Dan tak lama setelah ibuku bergabung, tak terasa ceritaku sudah sampai diekornya.
"Ayah bangga padamu, Tami. Kau sudah bisa membantu orang lain dengan kemampuanmu itu. Ayah sangat bangga padamu." kata ayahku sambil mengusap lembut kepalaku.
"Kau bersihkan dulu tubuhmu. Lalu kau makanlah. Ayah dan ibu tadi sudah makan." perintah ibuku dan aku langsung menuruti perintahnya.
Setelah aku selesai makan malam, aku langsung menuju ke kamar ku lagi. Aku rebahan di atas kasur yang berwarna biru tentu saja dengan gambar bunga yang besar. Aku memainkan handphone ku. Dan aku memikirkan sesuatu. Bagaimana kalau aku membuat grup chat untuk kami bertiga?. Langsung saja aku membuat sebuah grup chat yang aku beri nama Detektif Indigo. Didalamnya ada aku, Erin dan Sindy.
Baru beberapa menit grup chat itu ku buat. Pesan-pesan kami sudah memenuhi grup itu. Dan akhirnya, tanpa aku sadari. Aku tertidur. Mungkin karena aku merasa kelelahan.
.
.
.
Keesokan harinya ....
.
.
.
Pagi ini aku tidak terlambat lagi ke sekolah. Jadi aku sempat berbincang dulu dengan sahabat-sahabatku sebelum pelajaran dimulai. Kemudian bel berbunyi diikuti oleh seorang guru yang masuk ke dalam kelas. Dan segera memulai pelajaran.
Sesuai dengan informasi yang kami dapatkan. Hari ini sepulang sekolah, kami akan bertemu dengan Kak Susan di ruang ekstrakurikuler dance. Karena bel pulang sudah berbunyi, langsung merapikan semuanya kedalam tas masing-masing. Lalu berjalan menuju ruang tersebut. Kami berjalan melewati beberapa koridor. Dan saat kami berada di salah satu koridor. Di koridor ini, kami bisa melihat ruang UKS. Tiba-tiba saja, hidung Sindy berdarah lagi. Ya, itu adalah pertanda bahwa ada mahluk lain di sini.
"Hidungmu berdarah lagi, Sindy." ucap Erin sambil menunjuk ke arah hidung Sindy.
"Aku tau." ucap Sindy seraya mengambil tisu yang ada di sakunya. Kemudian membersihkan darahnya.
"Aku penasaran dengan koridor ini." ucap Sindy.
"Sudah, kita kan harus menemui Kak Susan sekarang. Mungkin dia sudah menunggu. Sebaiknya kita bergegas." ucapku. Lalu kami berlari menuju ruang tersebut yang berada tak jauh dari koridor itu.
Tok.. Tok.. Tok.....
"Silakan masuk" ucap Kak Susan dari dalam.
"Maaf kami terlambat." ucapku setelah membuka pintu. Dan di sini, bukan hanya Kak Sowon saja. Tetapi ada dua siswi yang asing bagiku.
"Ohh, Unhy kau ikut juga. Dan Yuna juga ikut. Wahhh... " ucap Sindy dengan nada yang lumayan tinggi.
"Baiklah, karena kita semua sudah berkumpul. Sebaiknya kita perkenalan dulu. Aku akan memperkenalkan diriku, kemudian dilanjutkan oleh kalian secara bergantian. Namaku Susan Andriani. Tapi aku sering di sapa dengan nama Susan. Aku sekarang kelas 3. Dan di sini aku berperan sebagai ketua. Ada yang ingin menanyakan sesuatu padaku. Kalau tidak ada. Sekarang giliran kalian yang memperkenalkan diri." ucap Kak Susan dengan nada yang lembut. Aku yakin dia adalah orang yang baik dan ramah.
"Hai semua, namaku Wahyunhy. Disapa Unhy. Aku sekarang kelas 1. Dan mungkin aku adalah yang paling mudah disini. Aku mohon bimbingan kalian semua, yah." ucap salah satu anggota yang memiliki rambut hitam dan panjang.
"Namaku Ayyuna. Aku lebih suka di sapa Yuna. Aku sekarang kelas 2. Dan mungkin aku yang paling tinggi di antara kalian kecuali Kak Susan. Jadi kalau kalian butuh bantuanku, dengan senang hati." ucapnya dengan diakhiri sebuah senyuman. Dia juga memiliki rambut panjang, bukan berwarna hitam tetapi coklat tua.
"Sekarang giliranku, namaku Sindyandra. Panggil aku Sindy. Aku kelas 2. Dan aku sekelas dengan mereka berdua." ucap Sindy sambil menunjuk ke arah kami.
"Hai semua, namaku Erin Dian. Erin adalah nama sapaanku. Jujur saja, aku tidak tau sama sekali bagaimana cara menari yang bagus. Jadi aku butuh bantuan kalian." kata Erin kemudian duduk kembali. Dan sekarang adalah giliranku. Aku tak tahu apa yang akan aku katakan.
"Hai semua, namaku Utami Anastasya. Aku disapa Tami. Senang bertemu kalian semua." giliranku selesai.
"Baik. Aku harap kita bisa akrab secepatnya. Untuk hari ini khusus untuk perkenalan saja. Mungkin kita akan mulai latihan besok. Jadi besok sepulang sekolah kita berkumpul lagi di ruangan ini. Kalian harus membawa pakaian yang bisa digunakan untuk latihan dance." jelas Kak Sowon.
"Baiklah, Kak." ucap kami bersamaan.
"Sekian untuk hari ini. Kalian semua bisa pulang ke rumah masing-masing." ucap Kak Susan.
Lalu kami keluar sekolah bersama-sama. Kami menunggu bus di halte dekat sekolah. Sambil menunggu bus, kami berbagi cerita satu sama lain. Jujur, aku tidak menyesal bergabung dengan mereka.
