Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

BAB 2 Kondisi Darurat

“Bukankah hari ini libur? Mau kemana sa?” tanya ayahnya yang siap siap mau berangkat ke sekolah

“Sa hari ini ada acara yah, disekolah inspirasi” ayahnya hanya menjawab “Oh” , iya nerissa suka banget dengan acara social kayak gitu, dia akan ikut terjun jika menyangkut anak jalanan, anak kurang mampu, dan semacamnya

“mah, pinjem mobilnya ya temen sa mobilnya udah pas ga cukup”mamahnya mengangguk tanda setuju “nenek sayang, sa berangkat dulu” sambil mencium pipi neneknya yang sedang berjemur di halaman belakang, “Assalamu’alaikum, sa berangkat yah” pamit nerissa yang sudah keluar pagar

Nerissa berangkat bersama temannya juga 2 wanita dan 1 cowok, dia akan berangkat ke sekolah inspirasi di daerah kaki gunung, mereka sudah mempersiapkan souvenir untuk anak anak itu, dan mereka berangkat menggunakan 2 mobil, mobil yang satunya udah berangkat lebuh dulu.

“tumben rik, daerah sini maceet, biasanya juga enggak” tanya salah satu teman nerissa yang duduk dibelakang, dia menanyakan ke riky yang sedang mengemudi,

“lumayan panjang deh ini kayaknya, bisa bisa kita telat” jawab riky panic sambil melihat jam, nerissa berinisiatif untuk turun dari mobil dan melihat keadannya,

“maaf pak ini ada apa ya?” tanya nerissa pada salah satu pengemudi motor, untung dia kali ini ada dijalan raya yang enggak begitu besar

“sepertinya ada kecelakaan mbak” jawab nya, dan nerissa langsung lari melihat, ternyata ada anak kecil yang sedang menggunakan seragam merah putih tergeletak di tengah jalan, sepertinya tertabrak dan pelakunya lari, nerissa langsung mengecek nadi anak tersebut dan Alhamdulillah masih bernafas, dia berfikir untuk memanggil ambulance pasti tidak sempat karena ini jauh dari pusat kesehatan.

Dia tanpa pikir panjang menyetop mobil paling depan di hadapannya yang berlawanan arah, dan meminta bantuan.

“dengan sangat hormat pak, saya mohon bantuannya untuk membawa anak itu kerumah sakit” kata nerissa setelah mengetok kaca mobil itu, dan nerissa meminta bantuan orang yang berkerumun untuk membantu mengangkat anak itu ke dalam mobil yang distop tadi, tak lama lalu lintas sudah berjalan, handphone nerissa bordering dari tadi, ternyata yang menelfon adalah teman temannya yang tadi ikut mobilnya

“kalian pergilah ke sekolah inspirasi sebelum terlambat, aku ada hal mendesak harus kembali ke rumah sakit” akhirnya kali ini mereka pergi tanpa nerissa

“pak, bisakah cepat sedikit” nerissa memohon kepada yang punya mobil itu dan sesampainya dirumah sakit dia langsung membawa anak itu ke UGD dan meminta petugas menangani anak itu, nerissa sibuk di UGD nunggu anak itu dibersikan lukanya, dan hasil pemeriksaannya samapi dia lupa dengan orang yang dia tumpangi tadi, setelah ingat dia langsung keluar dan mencari mobil tersebut ternyata sudah pergi, padahal dia belum mengucapkan kata terima kasih dan kata maaf kepada pemilik mobil itu.

Setelah selesai perawatan itu, anak terseut masih belum sadar dan masih belum dipindahkan di ruang perawatan, dia masih di dalam UGD agar bisa dipantau pihak UGD, “bisa telfonkan pihak sekolahnya, untuk menginformasikan ada siswanya yang sedang dirawat” kata nerissa kepada perwat UGD

“baik dokter nerissa tunggu sebentar” jawab perawat tersebut, dan langsung mencari kontak telfon sekolah itu,.

“kalo ada apa apa hubungi aku, aku akan tunggu dia sampai orang tuanya datang” setelah perawat itu mengiyakan dia langsung keluar UGD dan pergi ke taman rumah sakit sambil melihat beberapa pasien yang sedang menghirup udara segar ditaman.

“dok, bisakah ke UGD sekarang” telfon seorang perwat yang mengagetkan lamunan nerissa, nerissa yang bergegas ke UGD langsung diberitahukan oleh dokter UGD secara private.

“ada mei ?” tanya nerissa yang sedang memandang nerissa dengan serius, mei adalah temannya dia adalah dokter umum di Rumah sakit tempat nerissa bekerja dan yang menangani anak tersebut

“dia adalah anak yatim piatu sa, dia hanya hidup dengan neneknya, dan pihak sekolah tadi bicara dengan saya kalo untuk membiayai dia dirumah sakit ini neneknya enggak bakalan sanggup, temui dulu mereka” kata mei menjelaskan dengan sekilas, dan nerissa menuju tempat anak tersebut dibaringkan

“apakah anda kepala sekolah dari anak tersebut? Tanya nerissa setelah membuka kelambu pembatas di UGD

“perkenalkan saya dokter nerissa yang membawa anak ini tadi pagi, bisakah saya bertemu dengan keluarganya?” tanya nerissa sambil memandang dua orang perwakilan sekolah tersebut

“perkenalkan dok, saya tari kepala sekolah dari adik udin ini, saya mohon maaf dok mewakili pihak sekolah dan kami juga berterima kasih dokter telah menolongnya” kata sambutan dari pihak sekolah tersebut, dan sepertinya serius, nerissa mengajak perwakilan tersebut untuk berbincang diluar ruangan UGD

“kami mohon maaf dok, anda mungkin tidak akan pernah bertemu dengan keluarganya, udin adalah siswa tidak mampu yang hidup bersama neneknya yang sudah tua, kedua orang tuanya sudah meninggal dok, dan neneknya itu juga sudah duduk dikursi roda dan tidak bisa kemana mana tanpa bantuan udin” nerissa kaget mendengar penjelasan bu tari

“bagaimana dia membiayai sekolahnya bu, dan bagaimana dia menjalani hidupnya?” tanya nerissa kembali

“untuk biaya sekolahnya, dia mendapatkan beasiswa hingga dia lulus Sekolah Dasar dok, untuk biaya hidupnya dan neneknya, dia menjual krupuk yang dikemasi di dalam plastic, dan menjual beberapa gorengan, dia akan membawa dagangan krupuknya itu di beberapa warung, dan kalo pulang sekolah dia akan mengantarkan kembali gorengan yang digorangnya setelah pulang sekolah” nerissa sakit hatinya mendengar penuturan itu, dan dia tidak tega untuk melihat kehidupan mereka

“bu tari, ini kartu nama saya, apakah saya boleh minta tolong?” tanya nerissa setelah memberikan kartu namanya dan bu tari mengangguk akan siap membantu

“tolong beritahukan ke neneknya bu, saya akan menanggung biaya pengobatan udin hingga sembuh, dan tolong sampaikan untuk tidak mengkhawatirkannya, dan tolong hubungi saya di nomer handphone saya, kalo enggak anda bisa mencari saya di sini dan meminta bantuan pada perawat, hubungi saya jika ada apa apa bu, insya’allah saya akan membantu semampu saya” kata nerissa dan pihak sekolah tersebut paham dengan maksud nerissa dan kemudian pamit untuk meninggalkan rumah sakit dan pergi untuk mengabari neneknya udin.

“mei, uruskan anak itu yang bernama udin, semua biaya atas namaku” kata nerissa setelah menemui dokter mei

“sa, apakah kamu akan selalu seperti ini? Dia pasien yang ke berapa yang akan ditanggung olehmu?” tanya mei balik, iya temannya itu sudah terlalu sering membantu pasien yang kondisinya dibawah rata rata

“tenanglah mei, ini kondisi darurat, tolongin aku seperti biasanya,” kata nerissa sambil meringis

“baiklah” kata dokter mei yang tak berdaya, dia tau betul kalo temennya itu mempunyai hati yang baik untuk sesama

“terima kasih dokter mei yang cantik, silahkan anda bekerja kembali, dan tolong kabari aku jika terjadi sesuatu dengan dia, aku pulang dulu ya bumilku yang canti” kata nerissa yang mengakhiri percakapannya dengan dokter mei, dokter mei adalah teman baiknya dirumah sakit, dan dia juga pasiennya yang tengah mengandung anak pertamanya.

Hari ini dia gagal ke kelas inspirasi yang selalu dia ikuti setiap sebulan sekali dengan para teman temannya yang beda beda profesi tersebut dan dipertemukan di kelas inspirasi, meskipun begitu dia juga masih bisa berbuat baik dengan menyelamtkan seorang anak kecil yang mengalami kecelakaan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel