Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB : 5

Sesampainya di Sekolah, Kim segera menuju kelas. Hani dan Jeje pun sudah menunggunya di depan pintu masuk kelas.

"Pagi," sapa Kim pada Hani dan Jeje.

"Pagi juga."

"Kimmy, kita kangen banget tau," ujar Hani yang lebaynya kumat.

"Iya," tambah Jeje.

Mereka bertigapun segera memasuki ruang kelas.

"Eh, tumben amat seisi kelas pada lengkap. Biasanya mah, bel udah bunyi baru pada masuk." Heran Kim melihat suasana kelas yang tampak berbeda dari hari-hari biasanya.

"Ya itu, gara-gara ulangan sama si Mr.Killer," jelas Jeje.

"Oh," balas Kim sambil manggut-manggut .

"Kok cuman, oh, doang, emang situ yakin dapet nilai keren?" tanya Hani.

"Elehhhh, gimana mau dapet nilai keren, Han. Orang tadi aja di telfon dia aja nggak inget kalau hari ini ada ulangan," jelas Jeje.

"Hehehe ...." Ia hanya bisa tertawa membalas penuturan Jeje.

Tentu saja Kim merasa tenang-tenang saja. Karena memohon-mohon tadi sama Alvin, ulangan hari ini ditunda.

Tak lama setelah itu bel berbunyi, di iringi oleh masuknya Alvin, si Guru Killer. Seolah dengan masuknya Alvin, membawa kesan mistis di ruangan kelas.

"Pagi semua," sapa Alvin.

"Pagi, Pak,"

"Sekarang, buka buku kalian halaman 47," ujar Alvin.

"Kita nggak jadi ulangan, Pak?" tanya Anggi si cewek kutu buku di kelas.

"Memangnya kemarin saya bilang ada ulangan?'' tanya Alvin yang sebenarnya ia hanya pura-pura bertanya.

"Nggak, Pak!" Seisi kelas langsung menjawab penuh semangat.

Gimana mereka nggak semangat, ulangan yang menghantui seisi kelas tiba-tiba saja dibatalkan. Andai saja mereka tau semua ini terjadi karna Kim. Oke, ucapkan terima kasih pada Kim.

"Ya sudah, sekarang semuanya buka buku," perintah Alvin.

"Sstt .., itu Pak Alvin kenapa, sih? Jangan-jangan kepalanya kejedot, trus jadi amnesia," bisik Jeje pada Hani dan Kim.

"Entahlah, mungkin saja, iya," balas Kim sambil senyum-senyum nggak jelas.

Jam 10:00 waktu istirahat. Semua isi kelas berhamburan keluar, termasuk Kim dan kedua sahabatnya yang menuju ke kantin.

"Eh, gimana acara tunangan sepupu lo kemaren, lancar?" tanya Jeje.

Kim yang sedang meneguk minumannya, nyaris saja tersedak. Ia lupa, kemaren kan alasannya tak masuk sekolah karena ada acara tunangan sepupunya.

"Ah, itu, iya lancar," jawab Kim gugup.

"Wih, Kim. Cincin baru, ya?'' tanya Hani yang tiba-tiba melirik cincin yang ada di jari manis Kim.

'Astaga, gue lupa ninggalin ni cincin di rumah," batin Kim was-was.

"I-iya. Ini kemaren di beli-in bokap gue,'' terangnya berbohong.

Memang, ya, kalau sekali berbohong, bakal keterusan. Tapi gimana, ia terpaksa melakukannya lagi, dan lagi.

''Mm, mirip cincin kawin. Make di jari manis pula," tambah Jeje masih sambil mematut-matut cincin milik Kim dan itu jelas membuatnya gugup.

''Ih, enak aja lo bilang cincin kawin. Ini hadiah dari bokap gue, Limited Edition. Muatnya di sini, ya gimana," elak Kim.

Tentu saja Limited edition, namanya juga cincin kawin.

"Gue kan cuma bilang mirip, sewot amat lo, ah," cibir Jeje.

Bukannya ia sewot, tapi ia was-was saja. Jangan sampai kedua temannya ini malah jadi kepo akut dan memeriksa cincinnya secara detail. Kemudian melihat dengan mata mereka, ada nama Alvin yang tertera dilingkaran cincin. Pastinya mereka akan kaget, karena hanya satu nama Alvin yang mereka kenal. Yap, guru mereka sendiri.

---000---

"Aku pulang!!!" Kim berteriak memasuki rumah saat pulang Sekolah. Ia langsung duduk di sofa karna kecapean, apalagi cuaca hari ini sangat panas. Mungkin matahari sudah sangat dekat dengan bumi.

"Eh, Non udah pulang. Mau bibik bikinin minum?" tanya bibik yang menghampirinya.

"Nggak usah, Bik. Aku mau tidur aja, capek," tolaknya. "Oiya, Kak Alvin udah pulang belum, Bik?"

Entah kesambet apaan, ia sampai menanyakan Alvin yang menurutnya memiliki ekspressi layaknya sebuah tembok. Sangat datar.

"Den Alvin udah pulang tadi dari Sekolah jam 11, Non. Trus, habis ganti baju langsung pergi lagi ke kantor,'' jelas Bibik.

"Oo .., ya udah, Bik. Aku mau ke kamar, istirahat," ujarnya bangkit dari sofa, dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas.

Setibanya di kamar, saking ngantuk dan capek, ia langsung ketiduran masih dengan seragam Sekolah yang melekat di badannya. Lengkap dengan sepatu yang masih menempel di kaki.

---000---

Jam menunjukkan pukul 18:00. Si pemilik kamar masih tertidur dengan pulas, tanpa ada seorangpun yang mengusiknya. Bahkan, nyamuk pun tak mendekat. Kemungkinan besar, darahnya pahit. Jadi, nyamuk nggak suka.

'Toktoktok ...' Terdengar suara ketukan pintu.

"Non, bangun. Udah jam 6 sore loh. Non Kimmy, bangun," teriak seseorang sambil menggedor-gedor pintu kamarnya.

"Aduh, siapa coba yang teriak-teriak kurang kerjaan,'' kesalnya langsung bangun karna terganggu suara teriakan dan gedoran di pintu kamarnya.

"Non!!!"

"Iya," balasnya ikut berteriak sambil berjalan gontai menuju pintu kamar.

"Non, dari tadi bibik gedor-gedor pintu, tapi Non nggak bangun-bangun." Ternyata bibiklah yang dari tadi berteriak-teriak.

"Ada apaan, sih, Bik," tanya Kim bersandar di pintu dengan tampang yang belum sepenuhnya sadar. Lagi tidur nyenyak, tiba-tiba aja di bangunin, ya jadinya linglung lah .

"Itu, Non, Den Alvin dari tadi nelfonin mulu. Katanya udah nelfon ke hp nya, Non, tapi nggak di jawab-jawab," jelas bibik.

"Emang dianya mau ngapain?'' tanya Kim.

"Ya, bibik nggak tahu."

Di saat yang bersamaan, ponsel Kim yang berada di dalam tas Sekolahnya, kembali berdering.

"Nah, itu pasti Den Alvin lagi," ujar bibik menebak.

Kim langsung merogoh tas sekolah untuk mengambil ponselnya. Ternyata benar, Mr.Killer, itulah nama yang tertera di layar ponselnya.

"Bibik bener," ujar Kim sambil menggeser layar ponselnya. Sementara itu, Bibik berlalu pergi.

"Ya, Pak. Eh, maksudnya, Kak," ujar Kim.

Untung orangnya nggak berada di hadapannya. Kalo nggak, bisa di cium ia gara-gara memanggilnya, Pak.

"Dari mana saja?"

"Maaf, habisnya aku ketiduran. Ngantuk berat."

"Aku udah hubungi kamu dari tadi loh."

"Kan udah minta maaf ."

"Aku mau minta tolong, supaya kamu ke sini bentar."

"Ngapain?''

"Ada file ku yang ketinggalan di meja, tolong kamu bawa ke sini."

"Males," balas Kim.

"Ini kali pertama aku minta tolong sama kamu, dan kamu menolaknya?"

"Ck, ya udah, ya udah. Tapi aku mandi dulu."

"Aku tunggu."

"Hmm," balas Kim menutup percakapannya dengan Alvin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel