Pustaka
Bahasa Indonesia

My Teacher My Husband [SERIES 1]

197.0K · Tamat
Soffia
123
Bab
30.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Dijodohkan dengan seseorang yang tak dikenal, tentu saja Kim menolak. Apalagi harus menerima kenyataan kalau laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah gurunya sendiri. Dunia sepertinya semakin sempit. Perbedaan pemikiran adalah hal yang mencolok dari keduanya. Alvin dengan sikap dewasanya, dan Kim yang masih terbilang kekanakan dengan statusnya yang masih siswi SMA. Akankah keduanya mampu menjalani kehidupan dengan perbedaan-perbedaan itu? Ditambah lagi, dengan berdatangannya orang ketiga dalam hubungan rumah tangga mereka. Apa mereka kuat bertahan dengan goncangan itu?

RomansaMetropolitanBillionaireIstriFlash MarriageKampusPernikahanSweetBaperSalah Paham

BAB : 1

-Kimberly Hana Affandi-

Kimberly Hana Affandi. Gadis SMA yang berperawakan manis, dan heboh layaknya anak muda pada jamannya.

Putri tunggal dari pasangan William Affandi, dan Jessica Sefa Affandi. Papanya merupakan CEO di sebuah perusahaan milik keluarga, yang bergerak di bidang pertambangan minyak. Sedangkan mamanya punya bisnis Butik yang sudah memiliki beberapa cabang di beberapa kota.

Ia merupakan salah satu siswi kelas 12, di sebuah sekolah SMA swasta yang bernama Tunas Bangsa.

-Alvian Dika Geraldi-

Berperawakan tinggi, putih, tampan, dan yang paling mencolok dari sifatnya adalah, dingin. Itulah dia, Alvian Dika Geraldi, yang biasa di panggil Alvin. Usianya saat ini sudah menginjak 21 tahun. Pekerjaan? Berhubung ia merupakan anak tunggal, jadi tugasnya adalah menjadi pewaris tahta papanya.

Putra dari Doni Geraldi, dan Karmila Geraldi, yang Saat ini juga meng-heandle salah satu Sekolah milik Om nya yang tidak memiliki penerus.

[][][][]

Pagi ini masih sama seperti hari-hari biasanya, Sekolah Sekolah dan Sekolah. Hidup memang tak jauh-jauh dari yang namanya buku pelajaran. Itu jugalah yang dialami gadis bernama, Kimberly Hana Affandi, yang biasa dipanggil Kim atau Kimmy.

"Pagi Ma, Pa," sapa Kim pada mama dan papanya yang sudah berada di meja makan untuk sarapan.

"Pagi, Sayang," balas sepasang suami istri itu.

"Loh, Mama pagi-pagi udah rapi aja, mau kemana, Ma?'' tanya Kim pada Mamanya.

"Ini, Mama mau datang ke acara pembukaan butik temen Mama."

"Ooh," balas Kim ber-oh ria sambil terus melanjutkan sarapannya.

Di saat ia sedang menikmati sarapannya, tiba-tiba papa dan mamanya malah sibuk berbisik-bisik. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi ia merasa curiga kalau dirinyalah yang sedang menjadi pokok pembicaraan.

"Ehem," dehemnya yang membuat kedua orang tuanya mengarahkan pandangan padanya. ''Papa sama Mama ngapain, sih, bisik-bisik?''

"Gini, Sayang. Papa sama Mama mau menjodohkan kamu dengan anak dari sahabat kami,'' terang papanya tiba-tiba.

Tentu saja itu membuatnya kaget. Kupingnya saja langsung berasa panas mendengar ucapan papanya barusan.

"What! Di jodohin?'' kaget Kim.

"Iya, Sayang. Kamu mau, kan?'' tanya Jessica pada sang putri.

Di jodohkan? Siapa yang mau. Ya kali di jodohinnya sama pacar sendiri, itu baru perfecto.

"Aduh ... Papa sama Mama apa-apaan, sih. Masa iya Aku dijodoh-jodohin segala. Aku juga masih Sekolah Pa, Ma, masih 18 tahun. Aku masih pingin kuliah, kerja, dan lain-lain lah pokoknya," jelas Kim panjang lebar.

"Meskipun kamu menikah, kamu akan tetap Sekolah seperti biasanya, kok. Mau, ya?" Tambah Jessica lagi membujuk.

"NO!" Jawab Kim pasti. "Apa Papa sama Mama pikir Aku nggak laku, sampe harus dijodoh-jodohin segala!?"

"Oke. Kalau gitu kamu tinggal pilih aja, terima perjodohan ini, atau ..." William menggantung ucapannya.

"Atau apa, Pa? Papa mau ngancem aku?"

"Atau ini semua Papa sita," ujar William sambil meletakkan kunci mobil, beberapa kredit card, ponsel dan tablet milik Kim di meja.

Kedua bola mata Kim langsung terbelalak. Ia heran, bagaimana papanya bisa memegang semua aset-aset berharganya itu?

"Gimana, Kim?" tanya Wiiliam membuyarkan lamunan gadis itu.

"Tapi, Pa ..."

"Kimmy, Sayang ... masa kamu nggak mau ngabulin permintaan kami ini? Cuma ini, Sayang ... Mama sama Papa nggak minta yang lain-lain. Sejak masih dalam perut, kamu Mama bawa-bawa. Pas udah lahir, Mama manja-manjain, sampe saat ini. Kamu seorang yang kami punya, hanya ini permintaan kami, Nak," jelas Jessica mengeluarkan bakat terpendamnya yang tak tersalurkan.

Sudah jelas itu membuat Kim terharu.

"Ya udah, ya udah ... Aku terima," pasrah Kim setelah berpikir.

"Beneran, Sayang?"

"Iya, Ma. Tapi ...”

"Tapi?'' Tanya keduanya serentak.

"Kalau orangnya nggak ganteng, aku bunuh diri," ancam Kim.

"Oke," jawab Jessica dan William memastikan.

"Mama yakin, kamu nggak akan menolak laki laki ini. Udah ganteng, berpendidikan, baik, dan kaya. Pokoknya semua yang terbaik ada padanya," puji Jessica.

Entah kenapa, mendengar pujian-pujian yang di ucapkan mamanya, malah membuat ia penasaran dengan sosok laki-laki itu.

"Kalau gitu aku berangkat Sekolah dulu, Ma, Pa," ujar Kim pada kedua orang tuanya. Saat hendak menyambar semua barang-barang berharga miliknya yang tadinya mau di sita, tiba-tiba papanya kembali menghentikan niatnya.

"Jangan bohong loh,” ingatkan William akan janji putrinya.

"Iya, Papa," balasnya sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya secara bergantian.

"Ya udah, hati hati. Belajar yang bener, jangan pacaran-pacaran, kan udah mau punya calon suami," teriak Jessica pada Kim mengingatkan.

"Ahh, calon suami," gumamnya sambil berlalu pergi dengan langkah lesu tak bersemangat.

---000---

Di tempat yang berbeda, seorang laki-laki berparas tampan juga sudah rapi dengan tuxedo yang menutupi tubuh atletisnya. Penampakan yang benar- benar sempurna.

"Aku berangkat dulu," ucapnya pamit pada kedua orang tuanya yang saat itu berada di meja makan.

"Kamu mau kemana?'' tanya seorang laki laki paruh baya dengan tatapan dingin.

"Aku mau ke Sekolah, nanti siang baru ke kantor," jawabnya tak kalah dingin.

"Duduk dulu, Papa sama Mama mau bicara hal yang penting sama kamu, Vin," ujar Doni pada putranya.

"Ada apa?''

"Papa mau menjodohkan kamu dengan Putri dari teman Papa sama Mama. Namanya Kimberly, dan dia juga salah satu siswi di Sekolah kamu,'' jelas papanya yang hanya ia tanggapi dengan tatapan dingin.

Jujur, ia memang kaget dengan penjelasan papanya yang seolah memaksanya dengan perjodohan ini. Tapi, apa dayanya sebagai seorang anak. Ia hanya ingin orang tuanya bahagia. Meskipun hatinya tak menginginkan itu semua.

"Bagaimana, Vin?" Giliran Karmila yang bertanya pada sang putra.

"Bukankah itu merupakan sebuah pernyataan, bukan pertanyaan. Jadi, aku tak perlu menjawabnya," terang Alvin langsung bangkit dari duduknya, dan berlalu pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Terlihat raut wajah kesal yang ditunjukkan Doni atas sikap Alvin.

"Sabar, Pa ... Alvin memang begitu, kan, sikapnya," ujar Karmila menenangkan hati suaminya atas sikap putranya.

"Terserah apa kata dia, yang jelas perjodohan ini tetap berlanjut."