Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2

Hai, cantik. Kamu bangun lebih cepat dari yang kukira,” ucapnya santai, suaranya dalam dan penuh kekuasaan.

“Mendekatlah kemari, Savana. Sekarang. Atau aku tarik pelatuknya.”

Savana menahan napasnya. Tangannya mencengkeram pegangan tangga, tubuhnya gemetar hebat.

Matanya menatap pistol di tangan pria itu, lalu kembali ke wajah ayahnya. Ada darah yang mengalir dari pelipis pria paruh baya itu, namun matanya jelas menatap putrinya dan menggeleng pelan.

Savana mulai bergerak menuruni sisa anak tangga seperti mayat hidup.

Ketika kakinya akhirnya menyentuh lantai, pria itu mukai mendekat. Sorot matanya tetap mengawasi, seperti predator menilai mangsanya.

“S-siapa kamu?” guman Savana dengan suara tercekat.

“Aku Kael. Kael Rainier,” jawab pria itu singkat. Tatapan dari bola mata coklatnya kini memandangi bibir Savana yang memucat dan bergetar.

Lalu tanpa ada peringatan ataupun aba-aba, tiba-tiba saja suara menggelegar kembali terdengar dan membuat Savana menjerit seraya menutup telinganya.

Itu adalah suara peluru, yang ditembakkan dari ujung senjata.

Dan saat itu juga Savana melihat tubuh ayahnya yang tumbang ke atas lantai, dengan darah mengalir deras membasahi lantai kayu, yang keluar dari lubang menganga mengerikan di keningnya.

“IYA TUHAN!!” Savana pun lemas dan seketika jatuh berlutut. “TIDAK!! AYAAH!!!” Jeritnya pilu. Matanya berkaca-kaca dan pandangannya nanar.

“Ibu… Sean—jangan… jangan tembak mereka—”

Tapi sayangnya, permohonan Savana sama sekali tidak membuat Kael berhenti. Dengan langkah tegas namun santai, pria itu mengarahkan pistolnya dan menembak ibunya.

Tepat di kening, sama seperti ayahnya.

Savana menjerit tanpa henti, dan semakin melengking saat Kael juga menembak Sean, kakaknya.

Dan hanya darah serta air mata yang tersisa.

Savana terus menjerit histeris. Tubuhnya terhempas ke lantai. Air mata tumpah tanpa bisa ia kendalikan, dan suara tangisnya menggema di seluruh ruangan.

Tapi Kael tetap berdiri tenang.

“Kenapa… kenapa kamu melakukan ini…” lirih Savan dengan suaranya yang pecah.

Kael berjongkok di hadapannya. Ia meraih dagu Savana, memaksanya menatap ke dalam matanya yang dingin dan gelap seperti jurang neraka.

“Karena seluruh keluargamu adalah iblis, Savana sayang. Dan kamu... akan menjadi penebus dosa yang manis.”

Savana merasakan sesak dan sulit bernapas. Ia pun berusaha menjauh, tapi Kael menahan lehernya dan membisikkan kalimat berikutnya dengan nada rendah namun mengguncang jiwa.

“Aku membunuh ayah, ibu, dan kakakmu. Tapi kamu akan tetap hidup. Di ranjangku. Di rumahku. Dan dalam hidupku.”

Perkataan itu membuat manik biru Savana seketika melebar dan tubuhnya membeku.

Seketika itu juga, salah satu anak buah Kael maju dengan sebuah alat suntik di tangannya.

Savana menjerit pelan saat merasakan sesuatu yang tajam menyengat lehernya,

Lalu dunia pun mulai berputar. Pandangannya mulai kabur dan napasnya tersengal.

Sebelum semuanya ditelan kegelapan, Kael membisikkan satu kalimat terakhir di telinganya.

“Mulai sekarang kamu adalah milikku, Savana Ardyan."

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel