Bab 6 Perjodohan
Siang ini, Aurel duduk di sofa ruang tamu dengan malas. Ada keengganan ketika ia harus duduk berdua dengan pria paruh baya yang kini duduk di depannya.
Sudah satu tahun dirinya tidak bertemu dengan pria ini. Aurel tidak pernah mencarinya, begitupun dengan pria ini. Mereka sama-sama tidak mencari satu sama lain. Hingga pertemuan kali ini ada sedikit kecanggungan yang terjadi di antara mereka berdua.
Tapi kali ini, pria yang bernama Jhoni Mouran sengaja datang ke kota A untuk mencari Aurel.
Ketika mengetahui bahwa sang ayah akan datang menemuinya di kota A, ada sedikit firasat buruk yang Aurel rasakan. Kedatangan Jhoni kali ini, pasti bukanlah hal baik untuknya.
"Aurel ... Ayah tahu, kau tidak ingin menggantikan Arabel untuk menikah. Tapi kali ini, Ayah tidak punya cara lain. Kau harus bersedia untuk menikah dengan Evan." Jhoni mencoba untuk mengatakannya lagi setelah berlalu selama satu tahu.
"Tidak! Aku sudah bilang tidak mau! Ayah jangan terus memaksaku! Minta saja Arabel yang menikah!" Jika dari awal dirinya bersedia untuk menikah dengan Evan, tidak mungkin selama ini dirinya pergi dari kota D, dan tinggal di kota A.
"Arabel sudah memiliki kekasih. Dia tidak mungkin melanjutkan perjodohan ini. Jadi kau yang gantikan." Jhoni berkata dengan pelan. Berharap kali ini Aurel mau mendengarnya.
Arabel Mouran adalah kaka kandung dari Aurel sendiri. Dia 3 tahun lebih tua dari Aurel.
Awalnya, Jhoni dan teman baiknya dari kota D, ingin menjodohkan Arabel kepada Evan. Tapi Arabel menolak perjodohan dengan alasan dia sudah memiliki kekasih, jadi dia tidak bersedia untuk dijodohkan dengan Evan.
Jadi, Jhoni memutuskan untuk menjodohkan pria yang bernama Evan itu kepada Aurel.
Siapa sangka, satu hari sebelum hari pertunangan mereka, Aurel malah kabur dari rumah dan tidak pernah kembali lagi ke kota D. Itu membuat Jhoni sangat marah dan tidak ingin mencari Aurel.
Tidak perduli apa yang Aurel lakukan di luar sana, Jhoni sudah tidak ingin menghiraukannya lagi. Ia sudah terlalu kecewa kepada Aurel, karena dia telah mempermalukan dirinya dengan pergi dari rumah.
Bahkan, uang jajan Aurel di stop sejak hari itu. Membuat Aurel hidup kesusahan selama berbulan-bulan sebelum ia ikut bekerja bersama dengan Shira.
"Aku juga sudah memiliki kekasih. Jadi, aku pun tidak ingin dijodohkan dengan dia." Aurel tidak mau kalah. Ia memberikan alasan yang sama kepada Jhoni.
Arabel bisa beralasan seperti itu. Mengapa dirinya tidak?
"Aurel! Ayah tahu, kau berkata seperti ini karena kau tidak ingin bertemu dengannya kan? Asal kau tahu, selama satu tahun ini Evan masih setia menunggumu kembali. Dia tidak keberatan menunggu selama itu."
Hari ini, Jhoni datang ke kota A bersama dengan Evan untuk menemui Aurel. Tapi sekarang Evan sedang beristirahat di hotel, tidak ikut ke tempat Aurel.
Satu tahun bukan waktu yang sebentar untuk menunggu seseorang.
Jika orang lain, mungkin akan menyerah dan membatalkan rencana pertunangan. Tapi tidak dengan Evan! Dia tetap setia menunggu hingga Aurel bersedia bertunangan dengannya.
"Mengapa dia masih tidak menyerah? Apa dia sungguh jelek, hingga tidak ada seorang wanita pun yang bersedia menikah dengannya? Mengapa harus tetap setia menungguku?" Aurel melipat kedua tangan di depan. Terlintas senyum penuh ejekan dari bibirnya.
Bagaimana tidak, pria kaya dan tampan seperti Evan, masih setia menunggunya selama satu tahun? Jika bukan karena dia tidak laku, lantas apa?
Bukankah di kota D, wanita cantik sangatlah banyak? Mengapa dia tidak memilih salah satu dari mereka? Mengapa hanya berdiam diri dan menunggu dirinya?
Mendengar ejekan dari Aurel, akhirnya Jhoni tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Aurel, jaga ucapanmu!" Jhoni berteriak. "Evan setia menunggumu karena dia tidak ingin mengingkari janjinya kepada Erik. Dia telah berjanji untuk menikahimu, bersedia dijodohkan denganmu. Apa dia salah tetap menepati janjinya?"
Erik adalah teman baik Jhoni sekaligus ayah dari Evan sendiri. Walau Erik sudah mengatakan kepada Evan bahwa akan membatalkan perjodoha ini, tapi Evan bersikeras untuk tetap menunggu Aurel.
Hingga Jhoni tidak tahan dan berinisiatif untuk membawa Evan menemui Aurel di kota A.
"Tapi Ayah .... " Belum sempat Aurel menyelesaikan ucapannya, Jhoni segera memotong.
"Kali ini, Ayah tidak ingin mendengar penolakan darimu lagi. Cepat berpakaian, ikut Ayah untuk menemuinya." Jhoni tidak memberinya kesempatan untuk menolak.
Hari ini Jhoni harus membawa Aurel pergi untuk menemui Evan. Tidak perduli dia bersedia ataupun tidak. Mereka harus bertemu.
*
Sore hari, dengan suasana hati yang buruk, Aurel duduk di dalam taksi bersama dengan Jhoni. Walau dirinya tidak ingin ikut pergi, tapi juga tidak bisa membantah perintahnya.
Dengan berat hati Aurel mengikuti Jhoni untuk pergi menemui Evan.
Evan sudah jauh-jauh datang dari kota D untuk menemuinya. Jika tidak bertemu, mungkin dia akan kecewa. Aurel tidak ingin di kemudian hari Jhoni dipersulit oleh Evan dan keluarganya.
Jhoni hanyalah seorang pengusaha biasa yang memiliki beberapa restoran di kota D. Berbeda dengan Erik, dia seorang Direktur di perusahaan Eleswim AT, salah satu perusahaan terbesar d kota D. Membuat dia menjadi salah satu orang terkuat di sana. Dan mempu melalukan apapun dengan kekuatan yang dia miliki. Termasuk untuk mempersulit Jhoni.
Kali ini, lebih baik Aurel patuh demi kenyamanan keluarganya.
Tiba di Hotel Catwan, Jhoni segera membawa Aurel naik ke lantai 4 tempat Evan berada.
Ketika Aurel masuk ke dalam kamar, ia melihat kamar yang sangat luas dan nyaman, ada dua kamar tidur dan satu ruang tamu di sana, membuat Jhoni dan Evan cukup nyaman untuk beristirahat di sana.
"Halo Aurel, apa kabar? Lama tidak berjumpa denganmu!"
Dia adalah Evan, pria yang akan Jhoni jodohkan dengan Aurel. Pria tampan dengan senyum ramah itu, mengulurkan satu tangan kepada Aurel. Tidak ada raut wajah kesal ataupun kecewa ketika menatapnya.
Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah satu tahun tidak bertemu. Bahkan Evan masih terlihat sopan dan ramah kepada Aurel, sama seperti awal mula mereka berkenalan. Lebih tepatnya adalah diperkenalkan oleh Jhoni dan Erik.
Aurel diam sejenak menatap pria di depannya, sebelum Jhoni menyenggol untuk menyadarkannya.
Aurel segera tersadar.
"Eh, ya!" Aurel menyambut tangan Evan, "Aku baik! Senang berjumpa denganmu lagi." Ia tersenyum ramah kepada Evan.
Membuat Evan segera membalas senyumannya, dan dia semakin kagum kepada Aurel.
Aurel hampir menggit lidahnya sendiri. Berkata manis kepada pria ini.
Jika bukan karena mempertimbangkan banyak hal tentang kehormatan keluarganya, dirinya tidak akan sudi harus berpura-pura ramah kepada Evan.
Walau Evan seorang pria tampan dan kaya, tapi Aurel tetap tidak menyukainya. Tidak ingin dijodohkan dengannya.
Awalnya ia mengira, jika dirinya kabur dari pertunangan, Evan akan menyerah dan Jhoni akan membatalkan pernikahan. Tapi ternyata dugaannya salah. Evan setia menunggunya selama satu tahun dan masih bersikap baik.
Melihat respon dari Aurel, Jhoni kali ini merasa puas. Ia segera meminta Evan dan Aurel untuk duduk di sofa.
Jhoni mulai berbicara serius kepada putrinya, "Aurel, karena hari ini Evan sudah datang untuk menemuimu setelah satu tahun berlalu, Ayah minta kau untuk bersikap baik kepadanya. Ayah tidak ingin melihat kau memberontak dan kabur lagi."
Jhoni menatap Evan, "Karena kalian sudah bertemu, lebih baik kau tinggalah beberapa hari di kota A. Agar kalian lebih sering bertemu dan semakin dekat satu sama lain."
Jika masih terpisah oleh jarak dan waktu, bagaimana bisa menciptakan cinta di antara mereka berdua.
Mungkin bagi Evan tidak masalah. Karena sejak awal bertemu dengan Aurel, dia sudah sangat tertarik dan menyikai Aurel. Jika tidak? Untuk apa sampai sekarang dia tetap setia menunggu Aurel selama satu tahun?
