Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Aku Punya Nama

Di lantai bawah, empat orang pria masih duduk dengan tenang. Kali ini mereka tidak memilih ruang VIP untuk bersantai dan menghabiskan malam mereka. Saat ini, mereka berempat duduk di lantai satu dekat dengan tempat hiburan.

"Sayang sekali, hari ini 'Wanita Sulit' itu tidak bekerja. Padahal aku ingin melihatnya." Edward yang berada di sisi kiri merasa sedikit kecewa.

"Mengapa dia tidak bekerja?" Juno mengerutkan kening. Ia langsung menatap Stefan dengan penuh tanya.

Mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Juno, Rian segera memberikan pertanyaan kepada Stefan, "Stef, apa yang terjadi semalam? Mengapa Wanita Sulit itu sekarang tidak bekerja? Apa kau menyiksanya hingga dia tidak bisa bangun lagi dari tempat tidur?"

Mendengar pertanyaan dari Rian, semuanya tertawa seolah baru saja mendengar sebuah lelucon yang sangat lucu.

"Kau mengatakan, semalam berhasil tidur dengan Wanita Sulit itu. Bahkan tadi pagi kami sudah mengirim uang taruhan ke rekeningmu! Lantas, apa saja yang kalian lakukan di kamar hotel yang aku pesan? Berapa lama kau bermain dengannya hingga dia tidak kuat untuk bekerja malam ini?" Edward yang tidak takut mati, terus bertanya dengan penuh provokasi.

Membuat mereka kembali tertawa hingga keluar air mata.

Stefan yang mendengarnya hanya menatap satu persatu teman baiknya yang terus tertawa dan bertanya.

Mereka bertanya 'Apa yang dilakukan semalam?' Dirinya harus menjawab apa?

Ya, walau semalam dirinya dan wanita sulit itu sempat melakukan pemanasan, membuka semua pakaian dan melaukannya, tapi tidak sampai lima menit, permainan telah berakhir. Lantas apa yang harus dijelaskan kepada mereka? Jika mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi, mungkin dirinya akan ditertawakan hingga isi perut mereka keluar dari dalam mulut.

Wanita Sulit itu sekarang tidak bekerja? Apa kelelahan karena semalam telah bermain dengan gila bersama dirinya?

Aishhh, sungguh konyol. Mana ada bermain dengan gila? Yang ada, dirinya gila karena harus mandi air dingin selama setengah jam untuk memadamkan api. Ketika dirinya keluar dari kamar mandi, Wanita Sulit itu sudah pergi.

Melihat Stefan hanya diam tanpa menjawab, Juno kembali bertanya, "Aku penasaran, berapa uang yang kau habiskan untuk menikmati tubuh seksi Wanita Sulit itu?"

"Gaya apa saja yang kalian mainkan?"

"Apa kau mengantarnya pulang?"

"Di mana rumahnya?"

"Berapa nomor ponselnya?"

"Apa kalian saling menghubungi?"

Berbagai pertanyaan terus diarahkan kepadanya, hingga telinga terasa tuli dan kepala terasa sakit dan hampir meledak.

Stefan segera berdiri, ia tidak ingin terus berada di dalam klub ini. Toh Wanita Sulit itu malam ini tidak bekerja? Untuk apa dirinya terus melayani mereka bermain?

Melihat Stefan berdiri dan berniat untuk pergi, Edward segera menghentikannya, "Eitss Bos! Kau mau melarikan diri begitu saja? Semalam kita sudah membantumu, dan setelah mendapatkannya kau akan pergi begitu saja tanpa memberitahu kami apapun? Apa ini tidak terlalu naif?"

Melihat Edward berdiri untuk menghalanginya keluar dari kursi, Stefan akhirnya bersuara.

Ia berkata dengan singkat, "Aku mengeluarkan banyak uang. Kami melakukan banyak gaya. Dia pulang sendiri dan aku tidak memiliki nomor ponselnya. Apa sekarang kalian sudah puas? Bisakah kau membiarkanku pergi sekarang?"

Stefan berkata dengan asal untuk menutup mulut bau mereka semua.

Sebenarnya semalam sangat miris. Harus berhenti makan ketika daging sudah berada di depan mulut. Itu sangatlah tidak nyaman.

"Wowww!" Juno bersorak. "Kau memang hebat!"

"Pantas saja, malam ini Wanita Sulit itu tidak kuat bekerja. Ternyata masih lelah."

Hahhaa ....

Stefan menghiraukan ketiga temannya yang terus menertawakannya.

Tidak ingin berlama-lama di tempat ini, akhirnya Stefan memutuskan untuk pergi. Moodnya sangat buruk malam ini. Entah karena kesal, benci, marah atau kecewa, dirinya tidak tahu. Yang jelas, perasaannya saat ini sangat tidak nyaman.

Stefan segera mengendarai mobilnya memasuki jalan raya yang cukup ramai. Saat ini, ia tidak ingin pulang ke rumah, tapi juga tidak memiliki tempat tujuan lain. Hanya terus maju mengunjak gas tanpa arah tujuan.

Di persimpangan jalan selatan, tiba-tiba Stefan melihat sesosok gadis yang tidak asing di matanya sedang berjalan sambil menundukkan kepala. Di tangannya ada kantong makanan yang berwarna putih. Orang yang melihatnya bisa menebak, bahwa wanita itu pergi ke luar untuk membeli makanan.

Wanita itu memakai stelan baju olah raga berwarna hitam, dan rambut panjangnya dibiarkan terurai ke depan. Jika tidak melihatnya secara seksama, tidak akan mengetahui bahwa wanita itu adalah Aurel.

Stefan segera menghentikan mobilnya tepat di depan dia.

Ia turun dari dalam mobil dan memanggilnya, "Nona, tunggu!"

Mendengar ada seseorang yang memanggil, Aurel menghentikan langkah kakinya. Ia memutar kepala dan melihat.

Aurel seketika terkejut, "Kamu?"

Mengapa dia ada di sini?

Seketika Aurel merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Ada perasaan yang tidak nyaman ketika melihatnya.

Selama seharian ini, ia berusaha untuk melupakan kejadian semalam. Tapi kemunculan pria ini malah membuat dirinya mengingat kembali kejadian semalam.

Melihat keacuhan dari wanita di depannya, Stefan segera mendekat. Dengan suara berat, ia memberanikan diri untuk bertanya, "Apa kau baik-baik saja? Semalam apakah aku menyakitumu, hingga hari ini kau tidak bisa pergi bekerja?"

Stefan memang memikirkan hal itu. Mengetahui wanita sulit ini tidak pergi bekerja, ia jadi menyalahkan dirinya sendiri. Ia takut dirinya benar-benar telah menyakitinya.

Mendengar ucapan dari Stefan, Aurel merasa kesal. Bisa-bisanya pria ini mengatakan hal itu? Jika memang semalam dia menyakitinya, tidak harus dibicarakan secara terang-terangan seperti ini, bukan? Itu hanya akan menambah rasa malunya saja.

"Tidak! Tentu saja kau tidak menyakitiku. Bukankah semalam kau bilang, tidak membobolnya?" Aurel sungguh tidak ingin membicarakan hal ini dengannya.

Apalagi membahas masalah yang sangat canggung seperti ini. Ini sangat memalukan.

Mau dirinya sakit kek, mau tidak ... itu apa hubungannya dengan dia?

"Benar kah tidak sakit? Tapi, mengapa hari ini kau tidak pergi ke klub? Apa karena kejadian semalam?" Jika itu memang benar, Stefan sungguh akan sangat merasa bersalah kepadanya.

Walaupun itu benar, Aurel juga tidak akan mengatakannya.

"Tidak! Semuanya tidak ada hubungannya denganmu!" Untuk apa terus mempermasalahkan ini? Bukankah semuanya sudah berlalu?

"Aku tidak bekerja, karena aku sedang tidak enak badan. Semua ini tidak ada hubungannya denganmu. Kita juga tidak saling mengenal." Aurel benar-benar kesal berhadapan dengannya.

Eh, tapi tunggu! Apa dia perduli kepadaku? Mengapa sikapnya ini terlihat begitu perduli?

Tiba-tiba Aurel mengangkat sudut bibirnya. Tersenyum penuh ejekan menatapnya.

"Wanita sulit, semua ini jelas ada hubungannya denganku! Kau tidak enak badan mungkin disebabkan olehku?"

Ya, semalam ... walau tidak benar-benar melakukannya, tapi pemanasan yang mereka lakukan cukup lama. Stefan terus mengikuti nalurinya sebagai seorang pria dewasa normal yang sudah sering melakukanya. Membuat Aurel tidak berdaya dan menerimanya dengan pasrah.

"Apa tadi kamu bilang? Wanita Sulit?" Aurel tadi mendengarnya. Bisa-bisanya dia mengataiku Wanita Sulit?

"Namaku bukan Wanita Sulit. Aku punya nama. My name is Aurel."

Setelah mengatakannya, Aurel memutar badan. Ia melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan Stefan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel