Bab 4 Tidak Bekerja
Shira menyentuh dada Aurel dengan jarinya, "Apa ini? Kau sendiri sekarang sudah berani membuka kamar! Mengapa kau tidak memberitahuku, hemm?"
Shira menyentuh beberapa tanda merah yang ada di dada Aurel. Ia tidak menyangka Aurel akan benar-benar melakukannya.
Pantas saja semalam ia cari tidak ada. Ternyata dia, ... hehehe.
"Siapa yang buka kamar? Aku tidak!" Aurel masih tidak mengerti. Ia terus menggelengkan kepala.
"Masih pura-pura bodoh? Lalu strawberry ini siapa yang tanam, hemm? Kucing?" Shira masih menunjuk beberapa tempat di tubuhnya.
Aurel sedikit ragu. Ia segera berjalan ke depan cermin dan melihat tempat yang tadi ditunjuk oleh Shira.
Ada beberapa tanda merah di sana.
"Aaaaa .... " Aurel terkejut melihatnya.
Dia tidak menyangka, pria itu akan menanam beberapa strawberry di tubuhnya. Apa di bagian tubuh yang lain juga ada?
Aurel segera membuka handuknya. Ia menunduk dan melihat. Ternyata di dadanya dan di bagian lain juga ada banyak tanda merah.
"Aaaaa .... " Aurel kembali menjerit. "Brengsek! Dasar pria brengsek!"
"Ada apa? Mengapa kau terkejut? Apa benar, semalam kauuuu .... " Shira sengaja menarik ujung katanya, membuat Aurel segera menatapnya dengan tajam.
"Shiraaaaa! Aku tidak melakukan apapun!"
*
Di dalam kafe, Aurel dan Shira duduk di kursi pojok ruangan dengan dinding kaca di sampingnya, membuat mereka dapat melihat pemandangan yang ada di luar dengan jelas.
Aurel meminum sedikit kopi di dalam cangkir yang ia pegang.
Dengan pelan, ia bertanya, "Apa menurutmu, punyaku masih baik-baik saja?"
Aurel bertanya sambil menatap kiri dan kanan, seolah takut ada orang yang akan mendengarnya.
Shira sudah mendengar semua kejadian tadi malam dari Aurel.
Ia sedikit ragu, mencoba untuk memberi pendapat, "Ya, menurutku masih baik! Karena waktu pertama kali aku melakukannya, yang aku rasakan hanya sakit dan perih hingga keesokan harinya. Bahkan buang air kecil pun masih terasa sakit."
Shira diam sejenak, mencoba untuk berpikir. Lalu melanjutkan kata-katanya, "Sedangkan kau tidak berdarah, tidak pula merasa sakit saat buang air. Menurutku, itu artinya masih baik!"
Ya, walau tidak baik pun dirinya harus tetap mengatakan baik di depan Aurel, agar dia tidak sedih dan murung.
Shira tidak ingin Aurel merasa rendah diri dan terus menyesali apa yang sudah terjadi. Lebih baik tetap memberinya pemikiran positif saja.
Mendengar jawaban dari Shira, Aurel sungguh merasa lega. Kini ia bisa tidur dengan nyenyak tanpa harus memikirkan hal itu lagi.
Pria itu sebenarnya tidak benar-benar brengsek. Dia bisa melepaskannya ketika mengetahui dirinya masih perawan. Mungkin jika orang lain, Aurel tidak yakin akan keluar dari kamar hotel dengan selamat.
"Mulai malam ini, aku tidak akan bekerja lagi di Klub Jingga. Aku takut hal itu akan terulang kembali." Lebih baik, dirinya mencari pekerjaan di tempat lain. Tempat yang aman untuknya.
Mendengar hal itu, Shira setuju. Tapi ....
"Aurel, bukankah Kak Wang menyukaimu. Maksudku, dia menyukaimu karena sejak kau bekerja di tempatnya, omsetnya terus meningkat. Bahkan bayaranmu dengan para pekerja yang lain sangat berbeda. Aku khawatir Kak Wang tidak akan memberimu ijin untuk berhenti bekerja."
Shira yang sudah hampir dua tahun bekerja di sana, tahu ... omset sebelum Aurel bekerja seperi apa dan setelah Aurel bekerja seperti apa.
Sejak dirinya membawa Aurel masuk dan bekerja di sana, banyak para pengusaha kaya setiap hari datang dan berkunjung ke sana. Bahkan hari demi hari, tamu bertambah dan bertambah lagi. Seolah Aurel memiliki daya tarik tersendiri, membuat para tamu tidak bosan-bosannya untuk datang dan bahkan mengajak rekan yang lain untuk datang ke sana.
Sejak awal Klub Jingga sudah menjadi klub malam terbaik di kota A. Tapi semenjak ada Aurel, klub itu semakin ramai lagi. Membuat Kak Wang selaku manajer di sana merasa puas dan mengistimewakan Aurel.
"Tapi sekarang, aku merasa tidak nyaman jika harus terus bekerja di sana." Aurel masih trauma dengan kejadian semalam. Ia takut hal seperti itu akan terulang kembali.
"Baiklah! Kau istirahat dulu di rumah selama satu minggu. Aku akan membantumu meminta ijin kepada Kak Wang. Mungin aku akan memberitahu dia apa yang baru kau alami. Mungkin jika dia ingin tetap mempertahankanmu, dia akan memberikan penjagaan lebih untukmu!"
Shira tidak ingin Aurel dalam bahaya, tapi juga tidak ingin dia bekerja di tempat lain. Mungkin saja jika dia bekerja di tempat lain akan lebih berbahaya dari pada di klub itu. Karena di klub ada dirinya yang akan membantunya jika ada kesulitan. Tapi jika di luar, ia tidak bisa menjaminnya.
Aurel hanya terdiam. Memikirkan ucapan Shira sambil terus meminum kopi cappucino yang kini telah mendingin.
*
Di malam hari, Aurel hanya duduk di sofa sambil nonton acara drama kesukaannya di layar televisi. Ia tidak bekerja dan akan libur selama satu minggu.
"Aku pergi dulu! Baik-baiklah di rumah! Daaaahhh." Shira melambaikan tangan kepada Aurel sambil membuka pintu rumah.
Aurel memutar kepala dan melihatnya. "Yaaa, hati-hati. Daahhh!"
Setelah Aurel melambaikan tangan kepadanya, pintu rumah pun ditutup. Shira segera bergegas pergi ke Klub Jingga dengan mengendarai mobilnya.
Biasanya mereka selalu pergi berdua menggunakan mobilnya untuk pergi ke Klub Jingga. Sekarang hanya ada dirinya sendiri. Ini terasa sedikit aneh.
Ya, Shira hanya memiliki mobil dan Aurel memiliki rumah, membuat keduanya selalu hidup bersama dan saling berbagi satu sama lain. Melewati hari-hari bersama, dan suka duka bersama.
Itulah Aurel dan Shira. Sahabat dari masa kecil hingga tumbuh dewasa.
Setelah tiba di dalam klub, Shira segera menemui Kak Wang untuk membicarakan masalah Aurel.
Shira duduk di ruangan Kak Wang dengan sedikit takut. Takut Kak Wang akan mempersulit Aurel dan tidak mengijinkan dia untuk istirahat selama satu minggu. Ia juga takut Kak Wang akan membiarkan Aurel pergi dan tidak bekerja lagi di tempat ini.
Setelah menunggu keheningan dari Kak Wang cukup lama, akhirnya dia bersuara, "Baik! Dia boleh istirahat selama satu minggu. Tapi setelah satu minggu, dia harus kembali bekerja. Aku tidak ingin dia berhenti. Masalah keamanan, kau tenang saja! Aku akan menyiapkan satu orang penjaga khusus untuk mengawasinya. Dia bisa kembali bekerja dengan tenang."
Kak Wang tidak mungkin melepaskan barang bagus seperti Aurel begitu saja. Ia akan melakukan apapun agar Aurel tetap betah bekerja di tempatnya.
Karena para tamu menyukai Aurel dan selalu menunggu dilayani olehnya. Walau tidak bisa menyentuhnya, biasa melihatnya saja mereka sudah senang.
Jika Aurel benar-benar berhenti, ia khawatir akan banyak tamu yang akan kecewa dan tidak berkunjung lagi ke tempatnya. Itu akan mempengaruhi pendapatan Klub Jingga.
Mendengar ucapan dari Kak Wang, Shira merasa lega. Ia segera berdiri.
"Baik! Terima kasih Kak Wang! Minggu depan saya akan membawa Aurel kembali bekerja! Sekarang, saya permisi!" Shira berpamitan.
Kak Wang mengangguk. Shira segera pergi meninggalkan ruangannya.
Setelah Shira pergi, Kak Wang menerima beberapa panggilan. Panggilan yang memuatnya harus memutar otak untuk berpikir.
Para tamu meminta Aurel untuk datang dan melayani mereka. Tetapi dia tidak bekerja membuat beberapa pelanggan merasa kecewa.
