5. Akhirnya Semua Tahu
Malam hari Rain di bawa ke rumah sakit, di temani oleh Raisa, Amel dan tentunya Guntur. Mereka tak memiliki kontak nomor telepon keluarga Rain, dan mereka juga tak menemukan ponsel Rain, perkiraan Rain tak membawa ponsel saat kabur bersama dengan Guntur.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Raisa pada salah seorang dokter jaga di IGD. Dokter jaga tersebut cukup bingung dengan kondisi pasien yang baru saja ia periksa. Ada yang tidak beres.
"Usia berapa anak pasien?" Tanya dokter tersebut yang membuat tiga Raisa cukup bingung.
"Usia Rain berapa?" Tanya Raisa pada Amel dan Guntur.
"Maaf, bukan usia pasien. Tapi usia anak dari pasien." Sela dokter jaga dengan cepat karena Raisa salah mengartikan ucapannya.
"Anak pasien?" Gumam Amel dengan bingung.
"Pasien ini seorang ibu, benar?" Tanya dokter lagi.
"Dia belum menikah." Jawab Guntur dengan cepat.
Dokter jaga cukup terkejut dengan jawaban tersebut, bagaimana bisa seseorang yang belum memiliki anak memiliki asi sederas itu?
"Dia sedang hamil?" Tanya dokter kembali dengan ragu, kalau di lihat dari perutnya, kalaupun hamil, usia kandungan pasien tersebut mungkin masih di bawah lima bulan. Tapi kenapa asi nya sudah sangat deras?
Raisa dan Amel menatap ke arah Guntur bersamaan dengan tatapan tajam.
"Kenapa kalian menatapku begitu? Bukan aku yang menghamilinya." Terang Guntur dengan sedikit kecewa, benarkah Rain hamil? Anak siapa?
"Jadi, pasien benar hamil?" Tanya dokter kembali.
"Tidak, dia menderita Prolaktinoma, tumor nonkanker yang tumbuh di kelenjar hipofisis (pituitari) di dasar otak." Jawab seorang perawat yang kebetulan memasang infus untuk pasien di sebelah Rain dan kebetulan tirainya belum di tutup.
"Prolaktinoma?" Beo dokter jaga tersebut dengan terkejut.
"Benar, dia pasien dokter Rendra. Cairan yang keluar dari payu*daranya itu bukan ASI, tapi dampak dari tumor yang dia derita." Terangnya yang sukses membuat semua terkejut bukan main.
Guntur mematung di tempat sembari menatap Rain dengan penuh kesedihan, tumor? Rain memiliki tumor? Kenapa perjalanan cintanya selalu tak pernah berjalan mulus? Kenapa harus penyakit yang selalu memisahkan mereka?
"Hubungi dokter Rendra sekarang, bisa jadi kondisinya darurat." Titah perawat tersebut pada dokter jaga. Dokter jaga bernama Antonio tersebut langsung bergegas menghubungi dokter Rendra sebelum memberi tindakan, takut jika tindakan yang akan ia lakukan justru berdampak buruk bagi pasien karena ia tidak tahu betul bagaimana kondisi yang sebenarnya.
"Tumor?" Gumam Amel ikut merasa iba. Ia ingat saat di kantor, beberapa kali ia mendapati pakaian atas Rain basah, dan gadis itu memberi alasan yang tak masuk akal saat di tanya mengapa bisa basah. Mungkin karena ini.
"Pasti sangat sulit bagi wanita muda seperti dia menerima kenyataan ini." Lirih Raisa sembari menitihkan air mata sembari menatap haru pujaan hati sang anak semata wayang.
"Bawa pasien ke ruang praktek dokter Rendra." Titah Dokter Antonio pada dua orang perawat, dua perawat tersebut langsung bergegas membawanya ke ruang praktek dokter Rendra, di ikuti oleh Guntur, Amel dan juga Raisa.
"Mohon maaf, harus ada yang mendaftarkan pasien di admisi." Tegur seorang perawat pada salah satu di antara mereka.
"Biar gue aja." Tutur Amel dengan cepat.
Amel mengurus semuanya pendaftaran, sedangkan Guntur dan Raisa mengikutinya sampai ke sebuah ruang periksa.
"Dokter Rendra nya tengah dalam perjalanan, sebentar lagi sampai. Mohon di tunggu ya."
"Lelet banget sih dokternya." Komen Guntur tidak sabaran.
Raisa memegang bahu Guntur, membuat pria itu langsung menatap sang ibu.
"Ku rasa, cukup sudah perasaanmu padanya. Mari kita akhiri." Ucap Raisa meminta Guntur untuk berhenti mencintai Rain.
"Enggak!" Tolak Guntur dengan cepat. "Aku udah suka diam-diam sama dia selama tiga tahun, Mah. Gak mungkin aku lepasin dia gitu aja. Ini hari yang cukup bahagia buat aku, di mana untuk pertama kalinya kami bersentuhan."
"Tapi ini juga hari yang sulit buat kamu dan dia. Dia sakit, Guntur."
"Aku tahu, Mah. Tapi Guntur gak mau nyerah gitu aja. Guntur sayang sama Rain."
"Mama cuma gak mau kalau kamu patah hati lagi nanti karena kehilangan dia. Mama capek lihat kamu merana beberapa tahun karena kehilangan Naina---,"
"Cukup, Mah. Jangan bahas dia lagi. Guntur gak mau ingat. Mulai Sekarang, Guntur bakalan fokus sama kondisi Rain. Guntur gak mau kehilangan seseorang yang Guntur sayang lagi karena penyakit. Rain harus sembuh, bagaimanapun caranya."
Rain membuka matanya dengan lemah, ia mendengar semua ucapan Guntur walaupun kadang terdengar sangat pelan karena kesadarannya yang belum pulih sempurna. Ke dua matanya kembali tertutup rapat, bukan karena tak sadarkan diri, melainkan karena merasa sangat lemas.
Naina, nama itu, Rain ingat. Naina adalah seorang penulis yang cukup terkenal, semua karya novelnya di terbitkan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Dan rumor yang beredar di kalangan karyawan adalah, Naina kekasih Guntur. Tapi sayangnya Naina meninggal tepat di hari ulang tahun Guntur karena penyakit kanker otak yang dia derita. Hanya itu yang Rain tahu, ia mendapatkan cerita itu dari karyawan lama jauh sebelum dirinya.
Tunggu, apa ia tidak salah dengar mengenai perasaan Guntur terhadapnya?
Tidak mungkin, efek dari rasa pening di kepala membuatnya kehilangan sedikit indra pendengarannya.
"Bagaimana kondisinya?" Dokter Rendra baru saja sampai, bergegas memeriksa keadaan Rain dengan stetoskop.
"Tekanan darahnya stabil, detak jantung stabil, hanya saja cairan yang keluar dari payu*daranya cukup deras beberapa saat yang lalu. Tapi sudah berhenti sekitar sepuluh menit yang lalu." Lapor perawat pada Rendra.
"Pasang infusnya."
"Baik dok."
Dokter Rendra menghela nafas berat, Rain harus segera di operasi.
"Bagaimana kondisinya?" Tanya Guntur dan Nathan secara bersamaan.
Nathan menoleh ke arah Guntur dan mereka saling bertatapan satu sama lain.
"Kamu, yang bawa lari Rain sore tadi, kan?" Tuding Nathan sedikit emosi.
"Lebih tepatnya, bukan saya yang membawa lari Rain. Tapi Rain yang membawa lari saya." Jelas Guntur pada ayahanda Rain.
"Jadi, kamu apain anak saya? Kenapa sampai pingsan begini?" Kini giliran Angel yang mengamuk.
"Saya---,"
"Tante Angel dan Om Nathan." Panggil dokter Rendra menghela ucapan Guntur. "Bisa kita bicara secara pribadi?"
Nathan dan Angel mengangguk pelan dan hendak berjalan mendekat ke arah dokter Nathan.
"Kalian berdua, terima kasih sudah membawa Rain ke rumah sakit. Sekarang, kalian bisa keluar dari ruangan." Usir Dokter Rain pada Guntur dan Raisa, ia ingin bicara serius dengan ke dua orang tua Rain.
"Aku tidak akan pergi sampai Rain siuman." Tolak Guntur dengan cepat.
"Tapi, ada sesuatu yang bersifat pribadi yang ingin saya katakan pada ke dua orang tua pasien. Mungkin, anda bisa keluar terlebih dahulu, nanti setelah selesai berbincang, anda bisa masuk kembali untuk menjenguk pasien." Jelas Dokter Rendra dengan sabar dan juga tenang, ia sudah beberapa kali menangani orang seperti Guntur.
"Apa benar dia punya tumor?" Tanya Guntur yang sukses membuat syok ke dua orang tua Angel.
"Jawab!" Tuntut Guntur pada dokter Rendra.
"Maaf, anda bukan siapa-siapa dari pasien. Jadi, saya tidak bisa menjelaskannya pada anda."
"Aku calon suaminya!" Tegas Guntur yang kembali membuat syok semua orang.
Rain yang tadinya memejamkan mata kini mulai membuka matanya perlahan, ia tidak salah dengar lagi?
"Jadi tolong, jelaskan sekarang juga." Pinta Guntur pada Rendra.
"Rendra," panggil Angel pada teman kecil Rain. "Rain, punya tumor?" Tanya Angel dengan nada suara yang bergetar, ia berdoa dalam hati bahwa semua yang ia dengar tidak benar.
"Maaf, bisa anda keluar sebentar?" Usir Rendra pada Guntur. Seharusnya yang mengatakan terlebih dahulu mengenai penyakit Rain adalah dirinya, lengkap dengan penjelasan medis yang jelas dan akurat. Bukan tuntutan penuh emosi seperti ini.
"Enggak."
"Saya akan bawa keluar. Maaf mengganggu." Raisa menarik telinga Guntur agar keluar dari dalam ruangan, namun walaupun begitu, Guntur tetap saja bisa lolos dan masih berhadapan dengan Rendra untuk mendengar penjelasan yang lebih rinci lagi.
"Aku tidak akan pergi."
"Keluarga Rain punya privasi yang tidak semua orang harus tahu. Termasuk kamu." Tegur Raisa dengan tegas.."ayo, berikan mereka waktu untuk tahu semuanya. Jika kau merasa kacau, mereka justru lebih kacau Dari ini. Mengerti?"
Raisa menggandeng tangan Guntur lalu menariknya pelan keluar dari dalam ruangan. Sedangkan di dalam ruangan tersebut, Dokter Rendra menjelaskan semuanya kepada ke dua orang tua Rain mengenai penyakit, kondisi, hingga langkah pengobatan yang akan di jalani oleh Rain.
Tentu saja hal tersebut membuat Angel lemas seketika, putri semata wayangnya harus melawan penyakit yang tengah di deritanya.
Dokter Rendra ikut bersedih, ia bahkan telah melanggar perjanjiannya dengan Rain untuk tidak mengatakan yang sebenarnya pada ke dua orang tuanya. Tapi karena ini adalah momen yang pas, jadi ia memutuskan untuk mengatakannya pada ke dua orang tuanya.
"Rain, cepat pulih."
